keempat

8 4 0
                                    

"Genta"

Ternyata benar, setelah namanya aku panggil dia menoleh ke arahku dan seperti biasa tidak lupa dengan senyum manisnya. Aku lari menghampirinya.

"Hai"

"Hai"

Aduh kenapa jadi berasa canggung gini si.

"Ah ya, jaketnya nanti ya aku kembaliin belum kering soalnya"

"Iya ngga papa"

"Kalo sekolah sering jalan kaki?"

"Ngga,  naik metro mini"

"Maksud aku,,, dahlah lupain aja"

Aaiish kenapa ini, kenapa aku ga bisa ngomong apa apa.

Tidt tidt... Tidt tidt

Suara motornya tidak asing, kayanya suara motor si megi. Aku mengahadap kesamping ya tentu saja itu motor pespa Reza.

"Reza"

" Punya gebetan ko ga bilang bilang"

"Gebetan?"

"A,, ituu anuu, gausah dengerin Reza ya. Ah ya hari ini aku piket aku ikut Reza aja yaa daah"

"Ayoo berangkat za"

" tapi nanti gebetan lo gimana? Kasian dia sendirian"

Reza melihat mataku yang sudah melotot marah

"Aa iya iya, duluan ya gebetannya syifa"

Aku memukul bahu Reza dan terus memarahinya. Bener bener bikin malu.

" bilang aja lo cemburukan sama gue"

"Ngapain gue cemburu. Kitakan temenan"

Saat mendengar perkataanya itu, nttah kenapa hatiku ini rasanya sesak banget. Iya tau kita emang cuma temenan ga lebih jadi ga ada kata cemburu.

"Fa"

"Ya"

"Mau sampe kapan duduk terus di motor?"

Aku sampai tidak sadar sudah sampai depan sekolah. Aku menunggu Reza memarkirkan motornya. Kenapa rasanya aneh banyak siswa siswi yang melihat kami, apa ada yang salah sama kita berdua?.

"Za mereka kenapa si liatain kita gitu?"

"Karena gue kan ganteng jadi diliatin terus dong?

" pengen muntah gue za. Lo ngomong gitu"

"Syirik aja. Emang gue ganteng kan?"

Aku langsung berjalan lebih cepat meninggalkan Reza dan tidak menghiraukan perkataannya.

Saat sampai di depan kelas aku di kejutkan Dinda yang membawa sapu, dan langsung menyuruhku untuk piket kelas. Ya Dinda begitu karena dia sebagai sie kebersihan. Sangat bertanggung jawab dengan tugasnya.

Setelah pembiasaan Reza mengajakku ke kantin karena guru guru sedang mengadakan rapat jadi kesempatan untuk sarapan dulu. Aku juga ngajak Dina ke kantin, ya ga enak aja gitu cuma berduan sama Reza.

"Fa yang tadi itu gebetan lo?"

Aku yang sedang mengunyah makanan langsung tersedak dan Reza spontan memberikan ku segelas air putih.

"Lo punya gebetan fa? Ko lo ga bilang bilang gue si. Ganteng ga? Sekolah disini? Kelas berapa?"  Dina merasa kaget dan langsung menanyakan bangak pertanyaan.

"Apaan si, siapa juga yang punya gebetan. Dia itu pernah nolongin gue gara gara lo za"

"Ko gara gara gue?"

"Ya lo, kenapa kemarin ninggalin gue hah? Kenapa kenapa?"

"Ya gue,,, gue"

"Gara gara lo nih ya, kepala gue kena bola voli disitu gue langsung pingsan. Sampe malem gue di UKS"

"Terus kenapa lo bisa kenal Dia?" tanya Dinda.

"Dia yang nyelametin gue dan gue di anter balik sama dia".

" oh jadi yang semalem lo di marahin tuh..aaa"  aku langsung mencubit tangan Reza, aku ngga mau orang tau tentang hubunganku dengan keluargaku seperti apa.

"Marahin?"

"Iya, karna pas malem kan hujan, jadi dia itu pulang hujan hujanan"

Maapin aku Din,aku ngga mau ada orang yang tau termasuk kamu sahabat baik aku. Aku tau Din lo orangnya kaya gimana kalo liat gue di bentak.

"Kenapa lo ga ngabarin gue aja si?"

"Sorry".

Setelah dari kantin, aku meminta Dina mengantarku ke toilet. Tiba tiba saja ingin buang air kecil. Karena kebelet aku lari dan meninggalkan Dina.

Bruug.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TerikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang