02 - Mauvelous

305 34 11
                                    


"Action is the foundational key to all success."

- Pablo Ruiz Picasso -


▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬


2017


"Physical Education! Physical Education!"

"Kuat! Lincah! Rubah Putih berjaya!"

"Physical Education! Physical Education!"

"Kuat! Lincah! Rubah Putih berjaya!"

Masih pukul setengah sembilan pagi dan lapangan basket indoor sudah penuh oleh gerombolan mahasiswa dengan jaket jurusan masing-masing. Sorakan dari penjuru tribun terdengar memekakkan telinga, paling meriah berasal dari massa yang memegang spanduk Department of Physical Education. Warna-warni menghiasi seluruh gedung olahraga. Beberapa memakai kaus tim kebanggaan; kelompok atlet sepak bola, soft ball, lari, angkat beban, renang, senam, dan sejumlah cabang olahraga lain. Semua bercampur menjadi satu kendati menempuh program studi yang berbeda.

Ada pula anak-anak dari klub modern dance yang ikut meramaikan suasana seraya berjoget heboh dan memamerkan kostum panggung mereka. Cheerleader tidak mau kalah, mulai melakukan warming up, sukses membuat penjuru tribun terpesona dengan lekuk tubuh mereka. Kemudian tim basket dari tiap jurusan sudah siap di tepi lapangan, melambaikan tangan pada suporter.

"Wang Euna di mana?" salah seorang pendukung berteriak. "Hei, Wang Euna! Tunjukkan ekormu! Ayo, Rubah Putih kami!"

"Semuanya, panggil dia! Wang Euna!"

"Wang Euna! Wang Euna! Wang Euna!"

"Wang Euna! Wang Euna! Wang Euna!"

"Kebanggaan kami! Wang! Eu! Na!"

Sementara di kamar ganti, tepat di bagian bawah tribun, yang sedang disoraki malah duduk gemetar sambil memasang raut muka garang. Wang Euna menggigit bibir, beberapa kali mengecek jam dinding di seberang ruangan. Gadis itu tidak berani pindah dari bangku. Tangan terkepal kuat, hati gelisah, dan ia menunduk memandangi sepatu. Sudah lebih dari sepuluh menit, tapi yang ditunggu-tunggu tidak kunjung menampakkan ujung hidung.

"Mana sih dia?!" Euna menggeram. "Manusia-manusia di luar juga berisik sekali! Ada apa dengan mereka dan yel-yel menggelikan itu?!"

Brak!

Ketika pintu terbuka secara mengejutkan, Euna nyaris menjerit. Dipikirnya penantian sudah berakhir. Namun alih-alih sosok yang ditunggu, pria dengan setelan jas formal tampak memegang kenop pintu. Dia menatap cemas seraya membawa sebotol teh kamomil dan cokelat batangan.

"Coach..." suara Euna terdengar seperti bisikan.

Kim Jaeyoung—pelatih sekaligus manajer tim basket universitas—gesit menghampiri dan berlutut. Dia menyodorkan minum pada Euna, memberi isyarat agar si gadis segera meneguk teh tanpa banyak tanya. Jelas membuat Euna merasa sungkan.

"Maaf, Coach, aku— "

"Mingyu belum datang?" potong Jaeyoung, masih dalam posisi berlutut tanpa menatap mata lawan bicara. Netranya mengarah pada sepatu Euna yang belum disimpul dengan benar.

"K-kurasa masih di jalan."

"Aku akan mengecek ke depan gedung. Kamu..." ucapan Jaeyoung terhenti, "tidak bisa ke mana-mana, ya?"

GENTILESCHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang