'Geta, kamu nanti malem ada acara ngga?' tanya Mika.
'Ciee, sekarang kalo manggil aku-kamu, nih!' jawab gue tengil.
'Apaan sih. Gimana? ada acara ngga, kamu?' tanyanya kesal.
'Mm.. ngga ada keknya. Kenapa? tanya gue balik.
'Ke festival lampion, yuk!' ajak Mika semangat.
Gue pun mengiyakan ajakannya untuk pergi ke acara tersebut. Ini merupakan kali pertamanya gue keluar berdua sama Mika sebagai pacarnya. Gugup dan bingung. Itulah yang gue rasain saat itu.
Pukul 7 malem, gue jemput dia di rumahnya. Selama di perjalanan, gue gugup banget. Keringat gue ngalir deres dari kepala turun ke leher. Gue nyetir itu tegangnya bukan main. Dan keadaan gue makin parah ketika Mika mendekat ke punggung gue dan berbisik, 'Jangan kenceng-kenceng ya, Ta.' brrrr, badan gue seketika nge-bug.
Di acara tersebut kita banyak ketemu orang yang kita kenal, salah satunya adalah Ali dan Gopal, temen kelas kita sendiri, 'Oh, jadi gini ya yang tadi diajak Gopal tapi nolak gara-gara ada acara keluarga.' Ucap Ali.
'Oalah, jadi gini?' Ucap Gopal mendukung Ali.
kami pun hanya tersenyum sambil menyalahkan satu sama lain,
'Mika yang ngajak gue kesini,' Jawab gue.
'Dih kok gue? Tadi yang ngeiyain buat dateng ke sini siapa? Ha?' balasnya sambil membentak.
'Hadeh.. dasar cewe, ngga pernah mau salah.' Keluh gue dalam hati.
'Yaudah gue sama Gopal cabut dulu ya!' jawab Ali sambil menyalami kita berdua, lalu disusul Gopal.
'Oh, oke oke!' balas gue.
Kita pun melanjutkan kencan pertama kita.
Malam itu, gue ngerasa bener-bener bahagia banget. Ngga nyangka aja gue sekarang bisa jalan berdua sama Mika sambil ngeliat langit malam yang dihiasi dengan cahaya dari lampion. Ini merupakan salah satu momen yang ngga akan pernah gue lupain selama gue hidup di dunia ini.
Kita melangkah, melangkah, dan melangkah menyusuri setiap sudut yang ada di festival lampion ini. Sampai akhirnya kita memutuskan untuk berhenti di sebuah bangku taman sambil menghabiskan jajan yang barusan kita beli. Disini langit tampak lebih indah dari biasanya dan bintang-bintang lebih berani menunjukkan keberadaanya.
'Kamu kedinginan, Mika?' tanya gue.
'Oh, sekarang kamu manggilnya juga aku-kamu nih?' jawab Mika tengil.
'Apaan sih. Nih, pake!' jawab gue sambil menyodorkan jaket yang gue pake.
Mika menjawab dengan polosnya, 'Buat apa?
'Buat keset.' Jawab gue.
'Hm?' Mika tampak kebingungan
'Ya buat kamu pake, lah!' Jawab gue kesel.
Mika pun tertawa kecil mendengar jawaban gue.
'Kok malah ketawa sih? buruan dipake, keburu masuk angin nanti!' balas gue.
Mika lalu bertanya, 'Kamu khawatir?'
Tanpa pikir panjang dan rasa malu, gue menjawab, 'Ya iyalah, kan lo sekarang prioritas gue, gimana sih? kalo lo sakit, terus ngga masuk sekolah, yang nyemangatin gue di kelas siapa?'
Mika tersenyum lebar dan mengambil jaket yang gue beri, 'makasih ya, Ta!' jawabnya.
Keheningan kembali menyelimuti kami berdua. Suara jangkrik ramai mengisi telinga kami. Bintang-bintang membisu melihat kami berdua. Sebenernya ada yang gue sembunyiin dari Mika waktu itu. Gue takut kalo Mika tau tentang hal ini. Tapi apalah arti dari sebuah hubungan kalo di dalamnya saling menyimpan rahasia. Setelah membulatkan nyali, gue memberanikan diri buat cerita soal ini ke dia.
'Mika,' panggil gue.
Mika menoleh dengan muka yang tampak orannye disinari lampu taman. 'Iya?' jawabnya.
'Aku mau ngomong soal sesuatu, boleh?' tanya gue.
'Iya boleh.' jawabnya halus.
'Tapi janji ngga boleh marah ya!' ucap gue.
Mika pun mengangguk.
'Jadi gini Mika, ada hal yang aku sembunyiin dari kamu,' ucap gue.
'Apa itu?' jawabnya kepo.
'Waktu aku nembak kamu dulu, aku masih pacaran sama cewe lain.'
Mika kaget dan terlihat tidak percaya dengan omongan gue. 'Maksudmu??''
'Ya dulu waktu aku nembak kamu, sebenernya aku masih punya hubungan sama cewe lain.' Jawab gue menunduk.
Mika sangat terpukul dengan omongan gue malam itu. Dia pun kembali bertanya dengan air mata yang perlahan mengalir di pipinya. 'Terus, aku ini apa?'
Gue terdiam
'Pelarianmu?' tanyanya.
'Bukan, Mika.' jawab gue meyakinkan.
'Terus apa, Ta??' tanyanya lagi dengan nada yang menekan.
'Mika, tolong dengerin penjelasanku dulu. Ada banyak hal yang belum kamu ketahui soal hubunganku sebelumnya. Di hubunganku sebelumnya, aku ngerasa kek kita itu bukan pacaran, padahal faktanya kita pacaran. Malah aku ngerasa lebih nyaman waktu sama kamu, padahal waktu itu kita masih berstatus temen. Kadang aku bingung mana yang bener. Temen rasa pacar, atau pacar rasa temen.' Jawab gue.
Mika terdiam.
'Mika, aku lebih nyaman sama kamu daripada dia. Percaya deh. Aku ngerasa lebih seru waktu sama kamu daripada sama dia. Dan kamu jelas lebih ngertiin aku daripada dia yang selalu sibuk ngurusin urusannya sendiri. Tolong percaya.'
Mika akhirnya membuka mulutnya, 'Apa yang kamu bilang itu bener adanya?' tanyanya meyakinkan. Lalu gue menjawab, 'Iya, Mika. Aku tau perasaanmu sekarang pasti sakit banget. Tapi tolong beri aku waktu buat ngobatin itu.' Mika lalu bertanya lagi,
'Apa kamu sekarang.. masih ada hubungan sama dia?'
'Engga ada, aku udah mutusin dia sehari setelah aku nembak kamu.' jawab gue.
'Kamu kok tega banget, sih!? Dia juga punya hati, lo!' jawab Mika dengan nada tinggi.
Emang sih gue jahat banget di sini, tapi mau gimana lagi? hidup itu pilihan, jadi gue harus milih mana yang baik buat gue dan mana yang engga. Dan, di sini gue milih buat bersama Mika.
'Apa gunanya sih punya hubungan tapi cuman sebagai status doang? Apa gunanya sih punya pacar tapi kaya bukan pacar? dan apa gunanya sih bertahan buat yang ngga jelas?' Tanya gue.
Mika terdiam lagi kali ini.
'Mika, aku sayang kamu. Tolong percaya.' Ucap gue.
'Ta, apa kamu suatu saat bakalan ninggalin aku kaya kamu ninggalin dia?' tanya Mika sambil mengusap air matanya.
Gue ambil tangannya Mika dan menggenggamnya, 'Mika, kamu itu beda. Aku tau itu sejak awal kamu ngajarin aku tentang kimia di kelas. Aku tau kamu beda dari yang lain. Itulah kenapa aku milih kamu, dan semoga kamu yang terakhir buat aku, amin.' Jawab gue.
'Geta, yang barusan ngomong itu mulutmu apa hatimu?' tanyanya ragu.
'Hatiku.' Jawab gue. Eh tapi gue ngomong itu beneran dari hati gue lo! Serius ngga boong. Gue ngga ada maksud buat ngelabuin Mika. Lalu Mika bicara, 'Tolong jaga hatiku ya, Ta.'
'Selalu.' Jawab gue.
Jam di HP gue udah nunjukkin pukul 9 malem, kita pun memutuskan untuk pulang, mengingat Mika juga seorang cewe (kalo Mika cowo mah mau sampe subuh pun tetep gas). Kita jalan menuju parkiran dengan perasaan yang lega. Tidak ada lagi rahasia yang tertutupi. Sekarang yang ada hanya rasa untuk saling percaya dan yakin satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaudah Gapapa
RomanceBercerita tentang seluk-beluk kisah percintaan seorang Getatya Pramono. Seorang siswa SMA Harapan bangsa yang berusaha mendapatkan sebuah hubungan yang pasti. Berlabuh, berlabuh, dan berlabuh, hanya menetap sementara, tetapi tidak pernah untuk selam...