Tanggal 17 Agustus kali ini bakalan ada yang berbeda dari sebelumnya. Kalau tahun lalu gue ngibarin bendera di tingkat sekolah, sekarang gue berkesempatan buat ngibarin Sang Saka Merah Putih di tingkat kota. Sebenernya gue bisa masuk tingkat provinsi, cuman karena tinggi sama berat badan gue ngga ideal, ya mau ngga mau harus gugur. Tapi gapapalah, ini udah lebih dari cukup.
1 bulan gue ditempa dan dilatih di sini, dan selama satu bulan itu gue ngga masuk sekolah, karena latiannya dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai 12.00 WIB. Ada yang sempet nanya gimana dengan pelajaran sekolah yang tertinggal, gimana absensi sekolahnya dan semacamnya, dan para pelatih bilang untuk tidak mengkhawatirkan itu semua. 'Kalian semua disini adalah para pelajar terpilih. Kalian semua mempunyai satu tugas yang mulia dan besar, yaitu untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih di atas sana (menunjuk pucuk tiang bendera). Jadi, untuk masalah absensi dan semacamanya tidak usah dipikir, sudah ada yang mengatur.' kata pak Ali, pelatih kami.
Selama gue latihan baris, gue selalu bayangin Mika sama orang tua gue liat gue waktu upacara besok. Imaji itu selalu ngebuat gue semangat latian. Kalo pas udah capek-capeknya, biasanya pas lagi jalan di tempat atau langkah tegap baju, kaki gue kan ngga gue angkat tinggi, Mika bisik di telinga gue, 'Ayo Ta! angkat kakinya!' seketika itu juga gue langsung angkat kaki gue setinggi rata-rata air. Ngomongin soal Mika, udah 2 bulan semenjak kita putus Juni yang lalu. Semuanya terasa berbeda tanpanya. Tapi ini adalah sebuah keharusan yang harus disanggupi. Gue harus mulai terbiasa tanpanya.
Memasuki minggu kedua latihan, gue masih inget betul, waktu itu gue habis pulang latihan dan badan gue kerasa ngga enak banget, emang waktu itu cuacanya lagi ngga nentu banget sih. Dikit-dikit hujan, dikit-dikit gerimis, dikit-dikit rindu, ea.
Gue upload snap QnA ke nstagram gue. Kalo ngga salah, waktu itu gue nanya 'Obat flu semalam sembuh paan, ya? help, lur!' dan 3 jam kemudian gue liat semua tanggapan pengikut gue. Tanggapannya macem-macem. Ada yang bilang 'Tdr.', 'Try not to breathe.', 'Minum bensin.', dan masih banyak lagi. Gue scroll terus ke bawah, sampe gue nemuin respon, 'Minum baygon, kak.' gue pun ketawa kecil. Setelah gue liat nama penggunanya, ketawa kecil yang ada di muka gue berubah jadi mulut yang melongo selebar dahinya si Faris. Nama itu udah lama sekali hilang dari ingatan gue. Nama itu merupakan bagian dari masa lalu gue yang suram. Bela. Dia adalah salah satu dari daftar mantan gue. Dua tahun yang lalu, gue masih inget itu hari minggu, gue sama Bela lagi ikutan lomba PMR di salah satu sekolah swasta yang ada di kota gue. Dia mutusin gue hanya karna sebuah kesalaHPahaman. Jadi gini ceritanya, waktu malam pentas seni, gue sama temen-temen cowo gue lagi ngeliatin primadona dari sekolah lain kan, terus ada salah satu dari temen gue yang nanya, 'Ta, ntar bantuin gue mintain nomornya dia, ya!' gue pun ladenin ajakannya. Dan gue ngga sadar kalo Bela waktu itu ada di belakang gue sama temen-temennya. Besok paginya, waktu pengumuman juara, Bela mutusin gue deh. Gue kejar-kejar dia 2 minggu lamanya, tapi hasilnya nihil. Sampe akhirnya gue ngerasa kalo gue cuman bikin Bela risih sama keberadaan gue, dan gue pun memutuskan untuk berhenti mengejar. Bukan menyerah tapi lebih ke sadar diri, kalo gue itu udah bukan siapa-siapanya lagi.
Setelah sekian lama menghilang, apakah sekarang dia memberi gue sinyal untuk kembali kepadanya? Respon itu seperti sinyal hijau bagi gue untuk kembali ke pelukannya. Tapi di satu sisi, gue masih kepikiran tentang Mika, sungguh sebuah dilema. Seakan akan otak gue tuh nyuruh gue buat ambil lampu hijau itu, tapi di satu sisi hati gue nyuruh gue buat ngga segampang itu jatuh cinta lagi. Jujur aja, gue seneng waktu Bela ngerespons pertanyaan gue di Instagram. Responsnya itu kek gula di kopi yang pahit, dan gue sekarang sedang butuh gula itu.
Kali ini, gue memutuskan untuk mengikuti otak gue. Gue pun membalas respons nya si Bela lewat DM (Direct Massage). Coba tebak, gue kaget ketika balasan gue yang cuman singkat dibalas Bela lumayan panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaudah Gapapa
RomanceBercerita tentang seluk-beluk kisah percintaan seorang Getatya Pramono. Seorang siswa SMA Harapan bangsa yang berusaha mendapatkan sebuah hubungan yang pasti. Berlabuh, berlabuh, dan berlabuh, hanya menetap sementara, tetapi tidak pernah untuk selam...