Februari 2019. 4 bulan lagi gue bakalan naik ke kelas 12 dan mulai sibuk ngurusin buat masuk perguruan tinggi.
'Eh, Ta! besok lusa adik gue OSIS kan diklat, lo mau ngga jadi panitia tambahan?' sambung Yogik, salah satu temen gue yang paling ancur, dan gokilnya bukan main.
'Panitia tambahan? tugasnya ngapain? ogah ah gue kalo berat-berat!' keluh gue.
'Gampang kok tugasnya! tugas lo cuman ngawasin doang,' ucap Yogik.
'Hmm..' gumam gue.
'Gimana? gampang kan? gue tulis ya, nama lo!' jawab Yogik.
'Iya deh,' balas gue.
2 hari kemudian, hari sabtu tepatnya, gue dateng ke sekolah pagi-pagi buat check in panitia, 'Ta, lo nanti jangan lupa dokumentasiin kegiatannya, ya! ini kameranya. Jangan sampe nge-blur ya, hasilnya!' ucap Firda.
Gue dikasih kamera yang lensanya panjang banget, bukannya ngeluh atau gimana, cuman ini berat banget kameranya, asli. 'Kampret si Yogik, katanya gue cuman ngawasin doang.' sambat gue dalam hati. Mau ngga mau, gue pun menerima kamera yang diberikan Mutia ke gue. Inilah salah satu alasan kenapa gue ngga doyan sama cowo, omongannya sampah semua. Ngga ketinggalan, gue juga dikasih kartu tanda pengenal, dan setelah gue telaah, ngga heran aja gue dikasih kamera. Di kartunya tertulis,
Nama : Getatya Pramono
Panitia Tambahan : Sie Dokumentasi.
Bener sih kata Yogik, kalo gue bakalan jadi panitia tambahan, tapi dia ngga bilang kalo gue jadi panitia tambahan bagian sie dokumentasi. Yaudah gapapa, namanya juga cowo.
Satu per satu adik kelas datang untuk check in di bagian absensi. Gue lihat wajahnya satu-satu, mereka tampak begitu imut dan polos, persis kayak gue. Saking asiknya gue ngamatin wajah mereka, gue sampe lupa kalo gue harus mengabadikannya.
Diklat ini berlangsung sampai minggu siang hari. Kegiatan demi kegiatan gue ikutin dengan semangat. Waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB, waktunya bagi yang Islam untuk menunaikan ibadah salat maghrib. Setelah itu, dilanjutkan dengan makan malam. Terdengar dari kejauhan suara Yogik menyiapkan barisan adiknya, 'Perhatian! untuk peserta diklat OSIS tahun 2018/2019, segera bentuk 2 banjar di depan saya! satu! dua! tiga! empat!'
Mereka pun lari berhamburan menuju lorong parkiran, dimana suara Yogik berasal. Setelah mereka berkumpul dan terbagi menjadi 1 barisan putri dan satu barisan putra, mata mereka ditutup dengan kain. Tidak ada satupun di antara mereka yang tahu kalau kegiatan selanjutnya adalah makan malam. Yang mereka tahu saat ini hanyalah gelap. Mereka hanya bisa melihat sedikit cahaya yang masuk melalui serat-serat kain.
'Dek! sekarang kalian pegang pundak teman yang ada di depan kalian! jangan sampai terlepas! pastikan genggaman kalian kuat dan kencang!' ucap Yogik keras.
Mereka segera memegang pundak teman mereka yang berada di depannya masing-masing. Untuk orang yang berada paling depan atau poros, memegang pundak kakak OSIS mereka sebagai petunjuk arah. 'Apapun yang terjadi, jangan sampai pikiran kalian kosong!' teriak Yogik.
Tak lama kemudian, mereka mulai bergerak maju secara perlahan tapi pasti. Mereka dituntun untuk mengelilingi bagian demi bagian di dalam sekolah, dengan tujuan akhir aula sekolah, di mana makanan mereka menanti.
'Gik, sialan lo! katanya gue cuman ngawasin doang?' ucap gue ke Yogik.
'Ya, maaf. Gue kira juga gitu awalnya, taunya malah jadi sie dokumentasi.' balas yogik sambil ketawa tengil.
'Yee, malah ketawa.' balas gue kesel. Gue lalu pergi meninggalkan Yogik dan segera menyusul barisan adik-adiknya. 'Eh, mau kemana lo?' tanya Yogik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yaudah Gapapa
RomanceBercerita tentang seluk-beluk kisah percintaan seorang Getatya Pramono. Seorang siswa SMA Harapan bangsa yang berusaha mendapatkan sebuah hubungan yang pasti. Berlabuh, berlabuh, dan berlabuh, hanya menetap sementara, tetapi tidak pernah untuk selam...