Di tengah-tengah hamparan bunga lavender yang mekar dengan cantik nya, terlihat sepasang manusia sedang berjalan beriringin dengan tangan yang menyatu. Sang wanita, memiliki rambut hitam panjang yang tergerai. Tubuhnya kecil, jika dibandingkan dengan pria nya, tingginya hanya sebatas bahu saja. Sedangkan sang pria, tubuhnya tegap dan menjulang, dia memiliki rahang, mata dan alis yang terkesan tegas yang kadang membuat nya selalu mengintimidasi orang-orang saat menatap nya.
Dua orang itu banyak berbincang dengan diiringi senyum kebahagiaan yang terpancar, juga, sinar mata yang sama-sama menampilkan cinta dan ketulusan.
Hingga kemudian, sang pria menghentikan langkah nya tanpa sadar, saat wanitanya melontarkan kalimat seperti ini, "Aku pikir, sudah saatnya untuk kamu mengakhiri kesepian yang ada."
Karena tangan nya saling bertautan, sang wanita pun jadi ikut berhenti. Lantas, dia menatap pria nya sebentar, lalu menarik tangan nya sendiri.
"Kenapa?" Tanya wanita itu penuh perhatian.
"Aku tidak kesepian." Jawab sang pria dengan tatapan tajam nya, membuat si wanita mengulas senyum.
"Karena Adrastea selalu disisi mu?"
Pria itu mengangguk mantap. "Hm. Dan kamu yang selalu hidup di hati aku."
"Aku mengucapkan banyak terima kasih untuk hal itu, Rion."
"Tidak perlu, itu kewajiban aku, La."
Lavenia--nama wanita itu, dia mengulas senyum nya lalu menangkup wajah laki-laki yang dia panggil Rion itu.
"Dengarkan aku baik-baik." Dan Rion mengangguk patuh.
"Adrastea memang selalu disisi mu selama ini. Tapi suatu hari nanti, dia akan pergi untuk mengejar mimpi nya. Dia tidak akan lagi bisa untuk selalu bersama dengan kamu. Dia akan hidup mandiri dan jauh dari kamu untuk memperjuangkan mimpinya. Dan kemudian, di setelah mimpinya tercapai, bisa saja, dia akan memilih untuk hidup dengan laki-laki lain yang akan dia jadikan teman hidup nya. Lalu, saat itu tiba... Kamu akan sendirian, kamu ditinggalkan lagi."
"Dan aku yakin, kamu akan kesepian. Bahkan, itu akan menjadi sangat." Ada senyum sendu yang terukir dari bibir Lavenia sebelum dia melanjutkan kalimat nya. "Jadi tolong, pikirkan itu baik-baik. Apa kamu sanggup, untuk hidup seorang diri saja di sisa hari tua mu nanti?"
Seolah ada sesuatu yang menahan lidah nya untuk tidak bergerak, Rion hanya mampu bungkam seribu bahasa seraya memikirkan kalimat Lavenia. Memang benar, Adrastea tidak akan selalu ada di sisi nya untuk selama nya. Karena dia seorang anak.
Rion pernah dengar kalimat ini, 'suatu hari, anak yang kamu rawat dari bayi itu, akan pergi meninggalkan mu untuk terbang tinggi mengepakkan sayap nya. Maka saat itu tiba, hanya pasangan mu lah yang bertahan disisimu. Itu karena, pasangan mu sudah terikat dengan mu, dia tidak akan meninggalkan mu kecuali kamu melepaskan nya.'
Tapi, bagaimana dengan Lavenia. Bukankah dia pasangan yang Rion pilih untuk menemani sisa hidup nya. Lalu kenapa dia pergi darinya bahkan ketika Rion tidak pernah melepaskan nya.
"Kamu nggak mau aku kesepian?" Lavenia mengangguk.
"Kalau begitu, ajak aku pergi. Aku tidak akan kesepian jika aku hidup berdampingan dengan mu." Dan Lavenia langsung menggelengkan kepala nya. Jemarinya mengelus pipi Rion dengan lembut.
"Tidak bisa begitu."
"Kenapa?"
"Disana, masih ada banyak orang yang membutuhkan mu. Salah satu nya, anak kita. Jika kamu pergi sekarang, bagaimana dengan hari esok dia?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Me vs Papi
RandomKisah sederhana namun rumit dari mereka yang menjadi satu-satunya. Tentang Asterion Helios yang menjadi orang tua tunggal dan anak semata wayang nya, Adrastea. Karena sebenarnya menjadi satu-satunya itu tidaklah mudah. • Publish awal pada 2019. • P...