Dinner

666 138 38
                                    

"Kok merah semua?"

"Ya kamu salah semua. Aku merahin lah."

"Tea aku udah ngitung, dan bener... Jawabannya ada."

"Iya, tapi salah Sean."

"Ck. Masa sih? Coba deh kamu periksa lagi. Masa dari sepuluh soal nggak ada yang bener satu pun?"

"Udah dua kali aku koreksiin. Nih kerjain lagi coba." Sean mendengus, tapi dia tetap mengambil lembar soal yang Tea berikan.

Jadi, sepulang sekolah Sean meminta Tea untuk mengajarinya matematika. Soalnya bentar lagi kan UAS. Sean mau nilai matematikanya bagus, sekalian modus juga biar bisa deket sama Tea.

Untungnya Tea setuju. Jadilah mereka seperti guru dan murid di ruang keluarga rumah Tea.

"Capek ya?"

"Dikit."

"Yaudah istirahat dulu. Loh minum kamu habis?"

"Hm."

"Mau aku buatin yang sama lagi, atau mau ganti minum apa?"

"Ice coffee, boleh?"

"Oke. Tunggu ya."

"Jangan lama-lama, nanti aku kangen."

"Rumah aku ada cctv nya loh."

"Cctv kan nggak bersuara, sayang."

"Ih Sean."

"Hahahaha kamu lucu banget sih kalo lagi malu."

"Apaan. Udah ah aku mau buat ice coffee dulu." Lalu Tea bangkit.

"Hmm, maaf kalo ngerepotin ya."

"Apa sih yang nggak buat kamu." Sebelum pergi, Tea memberikan wink untuk Sean dulu, hingga detik berikutnya cowok itu bereaksi pura-pura terpanah sampai tubuhnya terhuyung kebelakang.

"Aw Tea, my heart beat so fast. Hahahahaha."

Beberapa menit berlalu, Tea pun kembali dengan ice coffee untuk Sean yang ada ditangannya.

"This is for you, Ocean." Tea memberikan ice coffee itu pada Sean.

"Thank you babe."

"Jangan gitu, nanti kalo Papi tiba-tiba pulang gimana?"

"Oops. Sorry."

"Yaudah diminum gih. Habis itu kamu kerjain lagi soalnya."

"Harus dikerjain?"

"Iyalah, katanya mau nilai matematikanya bagus."

"Tapi kasih tau rumusnya ya?"

"Oke." Lantas Sean pun meminum ice coffee yang Tea suguhkan. Tak lama kemudian, matanya yang besar semakin melebar saat kopi dingin itu menelusuri tenggorokan nya.

"Uwaaaah."

"Kenapa, nggak enak ya?" Muka Tea sedikit panik karenanya.

"Ini kamu buat sendiri?" Tea mengangguk ragu.

"Hm. Rasanya---"

"Calon istri idaman banget sih, kamu. Ini enak banget loh, kaya buatan Mama." Kontan saja Tea langsung tersipu, tapi dia menutupinya dengan tawa renyah.

"Hahahha mulai deh. Udah sana kerjain."

"Galak nih bu guru."

"Biar muridnya pinter."

"Oh gitu. Tapi udah pinter kok."

"Pinter gombal maksudnya?"

"Sama pinter ngebaperin anak orang juga."

Me vs PapiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang