Adzan subuh membangunkanku dari tidur seperti selalu. Tanganku bergerak meraba ke sebelah bantal, meraih kacamata setelah itu mengenakannya. Tidak lupa mengucap syukur sebab hari ini aku masih diberi kesempatan untuk dapat membuka mata.
Hal pertama yang aku lakukan setiap kali bangun dari tidur adalah menjalankan sholat. Satu dari beberapa amanat yang nenek serta kakekku berikan jauh-jauh hari sebelum mereka pergi. Dalam sholat, aku merapalkan doa-doa dengan khusyuk pada sang Ilahi. Lekas sholat, aku berdoa untuk orang-orang yang kusayangi yang telah lebih dulu pergi. Kadang kala, aku menangis. Sambil berzikir, aku berpikir bahwa akan lebih baik apabila aku masih bisa sholat berjamaah bersama keluargaku tercinta.
Keluarga yang kurindukan.
Aku menurunkan tombol cooking pada penanak nasi, selekasnya membuka kulkas. Mengeluarkan kentang, telur, daun bawang dan seledri, lalu bahan-bahan untuk membuat sup. Hari ini aku ingin memasak perkedel kentang. Salah satu dari sekian jenis makanan kesukaanku. Kata almarhumah nenek, seleraku sama seperti ibu. Ibu juga suka segala makanan yang berbahan kentang.
Setiap kali tengah memasak, aku pasti akan teringat pada nenek. Karena nenek yang mengajari aku cara memasak sejak aku mulai menginjak masa remaja. Ingin beliau aku bisa mandiri, tidak boleh jadi anak manja dan mampu menjalani hidup sekalipun bekal yang kumiliki cukup sederhana. Dan setidaknya, itu berhasil aku penuhi. Karena sejak lahir aku tinggal hanya bertiga saja dengan kakek dan nenek yang harus pergi bekerja sejak pagi buta, membuat aku sering kali turut melakukan pekerjaan rumah. Dari membasuh pakaian, mencuci piring, memasak air, hingga merapikan rumah. Saat masih bocah, aku memakan makanan yang kubeli atau kuhutang dari warung--sesuai perintah serta pesan nenek, atau aku bisa mendapatkannya dari rasa iba para tetangga untukku. Begitu mulai bisa melakukan semuanya seorang diri, barulah aku berusaha membantu membuat makanan. Meskipun di awal, hasilnya jelas tak keruan.
Aku yatim sejak sebelum aku lahir. Sewaktu kecil, nenek dan kakek bercerita kalau ayahku meninggal karena sakit. Beranjak remaja, aku baru mengetahui tentang ayah yang sebenarnya meninggal karena menjadi korban tabrak lari. Saat itu, ibu tengah mengandung janinku yang menginjak usia 5 bulan. Empat bulan kemudian, ibuku menyusul ayah pergi setelah melahirkanku. Kondisinya kritis akibat mengalami pendarahan. Biarpun aku menjadi yatim piatu setelah ditinggalkan oleh ibu, nenek dan kakek--ayah dan ibu dari ibuku tetap bersedia menjagaku penuh kasih. Tak pernah kurang memberikan aku kasih sayang, mengajarkan aku cara berbagi, bersyukur, bersosialisasi, hingga mengaji dan memahami agama. Berkat mereka, aku tumbuh menjadi anak yang baik, jujur, rajin dan pekerja keras hingga sekarang.
Aku tidak sedang memuji diri sendiri. Orang-orang yang sejak dulu menyebut dan menganggapku demikian.
Dikasihani, dipandang sebelah mata, hingga mendapat segelintir caci maki sudah menjadi bekal yang kudapatkan sehari-hari. Tapi, justru itulah yang mendorong aku agar bisa menjadi lebih berani. Sekalipun aku tak mampu dan tak dianjurkan untuk melawan, mengabaikan mereka dengan cara menunjukkan bahwa aku tetap mampu berhasil adalah cara yang terbaik. Nenek bilang, nama Dewa itu artinya penguasa. Aku berkuasa atas apa yang akan menentukan langkahku menjalani hidup. Arjun yang berarti putih. Sama artinya dengan sosok yang bersih dan baik hati. Sedangkan Rahmana, diambil dari Rahman, yang artinya penuh belas kasih. Maka dari itu, aku harus mampu mengasihi setiap orang tak peduli bagaimana mereka memperlakukanku. Nama adalah cerminan diri, dan aku meyakininya. Mengingat nama ini juga merupakan nama pemberian ibu. Aku tak boleh membuatnya kecewa di atas sana dengan menodai diriku yang menyandang nama darinya.
Aku mencicipi sup. Lalu menambahkan sedikit garam lagi ke dalamnya supaya rasanya jadi lebih nikmat. Di sisi kompor satunya, perkedel kentang yang kugoreng sudah mulai berubah warna menjadi kecoklatan. Sebentar lagi matang.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG [BOYxMAN 1] ✔️
Ficción GeneralKESELURUHAN CERITA SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI PDF! Bagi Dewa, sosok Aguntara Lanang Mahesa adalah perwujudan sejati dari murid nakal dan paling kurang ajar yang pernah dirinya jumpai. Tidak heran apabila banyak sekali para guru yang menyerah ke...