Jika kalian memiliki jiwa super baperan dan gampang tersentuh kayak aku, sebaiknya persiapkan tisu atau pastikan untuk tidak membaca ini di tempat umum. Jadi, andai nanti kalian nangis pun nggak akan ada yang merhatiin.
Selamat membaca! ❤️
________
Aku mengendarai sepeda motor dengan mata yang memandang ke sana-kemari karena kini sedang mencari-cari di mana kiranya keberadaan Lanang yang sejak tadi sama sekali tak mampu aku hilangkan sosoknya dari dalam pikiran. Mengingat cerita yang dituturkan Bu Hasna beberapa saat yang lalu, membayangkan segala hal yang terjadi dari kisah memilukan yang diberitahukannya padaku. Semua itu, sungguh-sungguh menyakitkan untuk dialami.
Aku sama sekali tak menyangka bahwa Lanang memiliki nasib yang semalang itu ...
Bu Hasna menyeka basah di pipi hingga bagian bawah hidung. Meremas-remas tisu di tangan, sementara matanya yang sembab menerawang saat mulai membuka suara, "Mas Guntara adalah sosok yang keras. Jika Pak Dewa mengenalnya, pasti Anda jelas paham maksud saya."
Aku menganggukkan kepala sebagai tanggapan. Sekaligus menyampaikan secara tidak langsung bahwa aku memang tengah mendengarkan.
"Dia, nggak terbiasa memperlihatkan perilaku lembut. Jangankan pada anak-anaknya. Kepada orang tua bahkan saya selaku istrinya pun, Mas Guntara nggak bisa memberikan perhatian yang alami. Jika nggak membentak, dia kadang malah marah-marah dan itu membuat anak-anak jadi segan padanya. Mereka takut pada ayah mereka sendiri; selalu merasa sungkan bahkan nggak berani mengekspresikan diri di depan sang ayah. Sering kali, Mas Guntara mengeluh tentang betapa dirinya merasa jadi ayah yang gagal dan nggak berguna. Ayahnya--ayah mertua saya, yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan lah yang justru lebih banyak menghabiskan waktu bersama anak-anaknya hingga memberikan kasih sayang lebih pada mereka. Peran yang seharusnya Mas Guntara miliki, seakan-akan direbut oleh ayahnya sendiri. Dan suami saya dilema. Antara merasa senang, di lain sisi juga dibebani rasa keberatan. Tapi kembali lagi, nggak ada banyak hal yang mampu dia lakukan."
Hal itu pun jelas dapat aku bayangkan. Mengingat bagaimana sifat Pak Abdul sebagai guru yang selalu berusaha mengayomi setiap anak yang membutuhkan uluran tangan. Apalagi kepada para cucunya, aku yakin beliau akan mencurahkan perhatian yang lebih berlimpah.
Helaan napas dari Bu Hasna terasa amat berat. "Sifat Lanang dan ayahnya ini serupa. Sejak kecil, mereka sudah sering terlibat perdebatan. Karena ayahnya nyaris gak pernah memberi Lanang pujian untuk sebanyak apa pun prestasi yang dia dapatkan, jarang mau diajaknya bantu mengerjakan PR. Bahkan saat sang kakek sakitnya makin parah dan mulai dirawat di rumah sakit pun, Mas Guntara justru bepergian entah ke mana."
Pak Abdul. Aku bertanya-tanya, bagaimanakah kabarnya kini? Apakah hingga detik ini beliau masih memiliki peranan penting dalam kehidupan Lanang sebagai kakeknya? Dunia yang kutempati sungguh sempit hingga membuatku diberi berbagai kejutan yang tak bisa ditebak sama sekali.
Meneruskan cerita Bu Hasna, "Lanang nggak tau aja bahwa sebetulnya ayahnya sedang mencari pekerjaan di luar sana. Ayahnya ini selalu sibuk karena dia mencoba menafkahi keluarganya sebisa mungkin walau sering kali berakhir gagal lantaran sifatnya yang keras dan sulit diatur. Membuat Mas Guntara berakhir dipecat lagi dan lagi dari pekerjaannya. Dan hari itu, kurang lebih empat tahun yang lalu, masalah mulai datang." Dapat kulihat air mata Bu Hasna mulai berlinang lagi. "Ayah Guntur saat itu sekarat."
Sudut hatiku seketika dirundung sensasi tidak mengenakkan. Aku memiliki firasat amat buruk untuk ini.
"Dokter mengatakan bahwa beliau harus segera dioperasi karena pembengkakan di jantungnya sudah semakin parah. Tetapi, kami nggak memiliki biayanya. Kami semua panik. Lanang dan Dina saya tinggalkan bersama kakak saya, sedangkan saya dan Mas Farhan sibuk mencari jalan keluar. Meminjam uang, mencari pertolongan dari uluran tangan beberapa orang, sampai saya ..." Dia menunduk sambil mengigit bibir sebelum melanjutkan, "Mendengar kabar bahwa Mas Farhan ditangkap pihak kepolisian. Dia, ketahuan sedang berusaha mencuri sepeda motor milik orang lain kemudian menjadi bulan-bulanan warga."
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG [BOYxMAN 1] ✔️
Ficción GeneralKESELURUHAN CERITA SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI PDF! Bagi Dewa, sosok Aguntara Lanang Mahesa adalah perwujudan sejati dari murid nakal dan paling kurang ajar yang pernah dirinya jumpai. Tidak heran apabila banyak sekali para guru yang menyerah ke...