Ini adalah hari ketiga sejak aku mengambil cuti dari kegiatan mengajar di sekolah dikarenakan sakit di sekitaran bagian bawah tubuhku yang terasa amat menyiksa. Membuat aku kesulitan 'tuk sekadar melakukan kegiatan sehari-hari lantaran jadi kesusahan bergerak dan berjalan. Meski jelas itu wajar terjadi sebab aku bahkan menemukan jejak darah di celana dalamku setibanya di rumah saat memeriksa kondisiku sendiri. Tidak menyangka jika efek luka yang kudapat rupanya cukup parah.
Namun, sekali pun tidak pernah terpikirkan olehku bahwa akan ada masa di mana aku justru menjadi korban dari tindak pelecahan seksual, yang mana dilakukan oleh salah satu muridku sendiri. Aku, seorang guru laki-laki berusia 36 tahun. Pun, muridku berjenis kelamin sama sepertiku.
Aku mengusap wajah secara kalut ketika segala gambaran dari berita serta desas-desus berisi kasus serupa yang kualami terpampang di dalam kepala, yang kebanyakan terjadi disebabkan oleh berbagai faktor pula. Pada kasus Lanang di sini, entah faktor apa yang mendasari tindakannya. Karena sisi lain diriku masih meyakini bahwa dia tidak sungguh-sungguh ingin melakukan tindak tak senonoh itu.
Tidak di saat dia beberapa hari sebelumnya telah menunjukkan perubahan yang memuaskan dengan mejadi lebih tekun dan serius selama menyimak materi yang aku jabarkan. Itulah mengapa, aku tak benar-benar sanggup murka atau mengutuk perbuatan yang dilakukannya.
Lantas, apakah alasan yang mendorong Lanang berubah lagi sampai tega berbuat nekat sedemikian brutal terhadapku?
Ah. Diingatkan pada sosok pemuda itu serta tindakannya, hingga tatapan terlukanya yang kulihat saat terakhir kali kami berjumpa, selalu sukses menciptakan nyeri di sudut hatiku sendiri. Bertanya-tanya setiap hari mengenai Lanang, dan hanya mampu berharap agar dia baik-baik saja andaipun benar sekarang ini sedang dirundung beban atau permasalahan. Walaupun tetap, aku tidak bisa sepenuhnya tenang.
Bagaimana mungkin aku bisa tenang setelah Lanang secara terang-terangan menangis dan menunjukkan sisi rapuhnya sekali lagi di hadapanku?
Di mataku, pemuda itu memiliki pribadi serta jiwa yang kuat. Jadi, andai ada suatu problema yang menimpa Lanang sampai membuatnya menangis amat menyedihkan, aku yakin hal itu bukanlah sesuatu yang sepele. Selayaknya ketika dia menjadi korban bully tiada henti, saat dia bereaksi begitu diberhentikan dari sekolah, atau ketika tahu dan berpikir bahwa sang ayah tak betul-betul menginginkan kelahirannya. Membayangkan semua itu semata-mata membuat tidurku kian tak nyaman.
Aku harus berbuat sesuatu.
Sedikit meringis, aku bangun dari posisi berbaring kemudian berjalan agak kepayahan menuju ke lemari. Pintu sebelah kiri aku geser, mengambil salah satu kaus yang digantung di sana lalu kuperhatikan cukup lekat dengan kalut.
Ini adalah kaus milik Lanang yang aku pinjam tempo hari sewaktu kami terjebak hujan, tapi belum sempat aku kembalikan.
"Maafkan saya, Lanang. Saya tahu saya sudah berjanji untuk tidak datang ke rumah kamu lagi, tetapi tolong izinkan saya memastikan keadaan kamu sekali lagi. Meskipun untuk yang terakhir kali."
. . .
Aku memarkirkan motor di tepi jalan pelataran rumah Lanang. Lebih dulu mempersiapkan diri serta hati sambil menarik-embuskan napas berulang-ulang, pun meneguk saliva di kerongkonganku berkali-kali sampai rasanya tak lagi ada yang tersisa untuk ditelan. Dada aku pegangi, menepuk-nepuknya laun demi menenangkan detak kencang yang tak kunjung mereda di sana. Sesudah itu, barulah aku turun dari motor lantas melangkah menuju ke kediaman yang sering sekali terlihat sepi ini.
Bedanya, kali ini pagar serta pintu rumahnya tampak telah membuka. Melihat kasur milik Lanang yang sedang dijemur di atas dua kursi kayu yang biasanya diposisikan di dekat sisi jendela utama rumah. Pun, mendapati beberapa setelan baju yang dipasang berjejer pada alat penjemur pakaian. Menyebarkan wangi dari aroma pengharum pakaian yang tak asing ke hidungku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANANG [BOYxMAN 1] ✔️
Genel KurguKESELURUHAN CERITA SUDAH TERSEDIA DALAM VERSI PDF! Bagi Dewa, sosok Aguntara Lanang Mahesa adalah perwujudan sejati dari murid nakal dan paling kurang ajar yang pernah dirinya jumpai. Tidak heran apabila banyak sekali para guru yang menyerah ke...