All Things To Do When You Get Well

10.1K 1.9K 302
                                    

Minkyu sepenuhnya bisa memahami kalau terkadang Wonjin kehilangan selera makannya dan menolak untuk makan meskipun membutuhkannya. Ia sungguh bisa memahami itu karena selain masakan rumah sakit itu tidak enak, kondisi tubuh Wonjin juga menjadi sebab musabab mengapa Wonjin tidak nasfu makan dan menolak makan meski ia sudah berusaha membujuk dengan berbagai cara setelah nenek Wonjin sendiri menyerah membuat cowok berwajah manis itu melahap sarapannya yang sebenarnya dipersiapkan dalam porsi kecil.

Kadang-kadang kalau ia sedang masuk angin atau kebetulan saja demam, ia juga tidak selera makan. Tapi sebelum minum obat, ia harus mengisi perutnya lebih dulu. Tidak semua obat bisa masuk dalam keadaan perut kosong. Sedang untuk keadaan Wonjin sekarang, penting untuknya mendapat asupan gizi dan nutrisi yang seimbang untuk mendukung kondisinya agar semakin membaik. Tapi pagi ini Wonjin justru menggeleng halus, memalingkan wajah saat hendak disuapi, dan mendorong tangan siapa saja yang berniat menyuapinya.

Wonjin tidak pernah sesulit ini saat disuruh makan karena pada dasarnya Wonjin hobi sekali makan. Setelah sakit memang nafsu makan Wonjin menurun drastis dan setelah beberapa kali kemoterapi, Wonjin terus memuntahkan seluruh makanan yang dikonsumsinya sampai terkadang tubuhnya begitu lemas tanpa daya, namun saat ini adalah kali pertama Wonjin benar-benar tidak mau makan. Meski kanula nasalnya sudah dilepas dan keadaannya berangsur membaik lebih daripada hari-hari sebelumnya, Wonjin benar-benar menolak makan.

Minkyu menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. "Sampai kapan kamu nggak mau makan begini, Sunshine? Aku nggak bisa stay di sini terus karena sebentar lagi harus jaga poli," tanyanya.

Wonjin masih memalingkan wajah, enggan menatap Minkyu yang mengiba padanya. "Enggak selera makan, Kyu. Aku nggak pengen makan. Aku nggak mau makan."

"Sunshine, kamu butuh makan. Walaupun nantinya kamu muntahin, kamu harus makan. Perut kamu kosong, nanti kamu malah kelaparan." Minkyu masih berusaha membujuk. Ia melirik sebentar kotak makan di tangannya, setengah menebak-nebak apakah rasa makanan rumah sakit benar-benar sehambar itu untuk Wonjinnya.

Wonjin menoleh menatap Minkyu, bibirnya mencebik melengkung ke bawah. Kontras dengan matanya yang tampak sedih.

"Sunshine, kamu pengen makan apa hm?" tanya Minkyu. Ia harus membujuk Wonjin, paling tidak sampai 3 atau 4 suapan bisa masuk. Setidaknya itu cukup untuk mengisi perut kosong Wonjin.

"Aku pengen makan dessert box buatan mama kamu, Kyu."

Minkyu tersenyum. "Nanti ya? Kalau aku udah sempat pulang, aku bawain sebanyak yang kamu mau. Sekarang aku belum sempat pulang, jadi nggak bisa bawain sekarang."

"Aku juga pengen makan pizza yang kamu bawain waktu itu, waktu kita belajar bareng."

Minkyu mengulurkan tangan menyentuh pipi Wonjin dengan punggung tangannya. "Nanti kalau kamu udah sembuh, kita makan banyak pizza. Sekarang kamu belum boleh makan pizza dulu. Tapi kalau kamu sembuh nanti, aku beliin yang banyak, Sunshine."

"Kamu mau janji?" Wonjin mengulurkan kelingkingnya ke arah Minkyu, menatap pacarnya penuh harap.

Sejurus kemudian, Minkyu mengangguk sembari mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Wonjin. "Pinky promise, Sunshine."

"Dessert box buatan mama kamu?"

Minkyu tersenyum, kemudian mengangguk.

"Pizza yang banyak kayak waktu kita belajar bareng?"

Minkyu mengangguk lagi. "Tapi kamu harus sarapan dulu sekarang, Sunshine. Dengan kamu sarapan, kamu akan lebih cepat sembuh dan lebih cepat buat bisa makan makanan yang kamu mau. Nurut ya?"

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang