Silenced Without Action

10K 1.8K 530
                                    

This chapter contains the theme of infidelity, poor self-affection, poor self-control, toxic relationships, manipulative character, and several other things that trigger discomfort. It's forbidden to link the profession with characterizations. If inconvenience arises in reading or after reading, please skip. Take care of yourself.

🐸Read at your own risk🐸

Han Seungwoo hanya diam ketika tubuhnya terhuyung ke belakang beberapa saat setelah tamparan keras papanya mendarat ke satu sisi wajahnya. Tidak ada perlawanan berarti yang ia lakukan, selain hanya helaan napas berat. Rasa perih di wajahnya rasanya tidak berarti begitu banyak baginya ketika ia melihat gurat kemarahan dan kekecewaan yang tampak begitu jelas di mata sayu papanya. Dan tanpa ia harus bertanya, ia tahu mengapa papanya tampak begitu marah.

Pria berusia lebih dari setengah abad itu menghela napas berat. Dahinya berkerut dalam, guratan-guratannya tampak menunjukkan seberata tua usianya. Sepasang netranya yang tajam berkilat penuh amarah. "Papa tidak pernah menginginkan kamu mengambil jalan kesalahan yang sama dengan apa yang papa lakukan di masa lalu, Seungwoo," katanya, terdengar seperti geram penuh kemarahan.

Di samping pria itu, mama Seungwoo tampak menatap putra tunggalnya tanpa bisa dibaca bagaimana arti tatapannya. Wanita itu tampak terpukul, terluka, dan kecewa di saat bersamaan. Bahkan ketika Seungwoo terhuyung ke belakang karena tamparan keras suaminya, ia hanya diam dan memalingkan wajahnya, seakan enggan menatap putra yang dilahirkannya.

"Kamu tidak pernah merasakan rasa bersalah dan menyesal seumur hidupmu seperti apa yang papa alami terhadap kamu dan mamamu, dan papa berharap kalau kamu tidak akan pernah merasakannya dan berharap agar kamu tidak mengambil jalan kesalahan yang sama dengan jalan yang papa ambil." Pria itu memijat pangkal hidungnya perlahan. Napasnya tersenggal perlahan. Usianya yang tidak lagi muda membuatnya mudah merasa lelah, sekalipun ia hanya terjebak dalam kemarahannya sendiri. Ia menatap Seungwoo lurus-lurus. "Kalau seandainya mamanya Byungchan tidak bercerita pada kami tentang apa yang terjadi pada hubungan kalian, kami tidak akan tau. Dan sampai kapan kamu akan menyembunyikan ini dari kami, Seungwoo?"

Han Seungwoo bungkam. Ia menunduk dalam-dalam, tidak berani menjawab, kemudian ia jatuh bersimpuh di depan kaki papanya.

"Orang yang berselingkuh itu ada 2 macam, Seungwoo. Dia yang menyadari segala kesalahannya dan kembali pada orang yang sempat dia tinggalkan dengan membawa tekad bahwa dia berniat untuk merubah dirinya hanya demi menyembuhkan luka orang yang dia tinggalkan, dan dia yang sama sekali tidak menyadari kesalahannya dan pergi tanpa pernah mau kembali. Orang dengan opsi pertama adalah orang yang sangat jarang ditemukan. Dan papa tidak ingin kamu menjadi opsi yang kedua. Bahkan papa berharap kamu tidak melakukan kesalahan yang sama seperti yang papa lakukan terhadap mamamu." Sebuah tudingan tajam di arahkan ke wajah Seungwoo. Sepasang netra tajam pria itu memerah, amarah dan kekecewaan mengendalikan dirinya. Sementara istri yang berdiri di sisinya tampak memalingkan wajah ketika tangisnya mulai tidak dapat ditahan.

Seungwoo memberanikan diri menatap papanya. Ekspresi wajahnya tidak terbaca. Termasuk dengan sorot matanya. "Maaf, tolong maafkan aku..." lirihnya. Suaranya terdengar serak, seakan ada bongkahan emosi besar yang ditahannya.

Papanya menggeleng. "Jangan meminta maaf pada kami, Seungwoo. Minta maaflah pada orang-orang yang sudah kamu sakiti. Pada Byungchan. Apa kamu tidak ingat bagaimana dulu kamu meminta restu kami? Apa kamu tidak ingat bagaimana dulu kamu penuh antusias menceritakan Byungchan pada kami? Apa kamu tidak ingat bagaimana dulu kamu mengenalkan Byungchan pada kami? Apa kamu sudah lupa, Seungwoo?"

"Byungchan mungkin tidak membutuhkan permintaan maafmu, Seungwoo. Mungkin saja dia sudah memaafkan kamu. Tapi..." Sang mama bersuara. Ia menahan sejenak tangisnya, menguatkan dirinya untuk sekedar bersuara. "Mungkin dia sudah tidak bisa menerima kamu lagi. Alasan kenapa mama menerima papamu lagi dan membangun segalanya dari awal adalah kamu. Kamu anak kami, tidak pernah ada sebutan mantan anak. Sementara Byungchan tidak memiliki alasan mutlak untuk menerima kamu setelah pengkhianatan yang kamu lakukan. Saat kamu membohonginya sekali, dia bisa memaafkan dan melupakan itu. Tapi saat kamu mengkhianatinya sekali, dia masih bisa memaafkan kamu, tapi tidak dengan melupakan apa yang sudah kamu lakukan, Seungwoo."

Seungwoo kembali bungkam. Dadanya terasa sakit. Ia tidak berani menatap ke arah mamanya, juga ke arah papanya. Sorot mata keduanya penuh kekecewaan.

"Seungwoo, meski sudah lama sekali dan bertahun-tahun lamanya, sampai sekarang papa masih merasa kecewa terhadap diri papa sendiri karena telah mengecewakan mamamu dan kamu. Papa berusaha menebus kesalahan papa di masa lalu dengan terus mendampingi dan memberikan segalanya yang papa miliki untuk kalian. Tapi itu tidak cukup, Seungwoo. Setiap kali papa melihat kamu dan mamamu, papa tetap merasa bersalah. Papa menyesal telah membuat kalian terluka. Tapi mengapa kamu mengulang kesalahan yang seharusnya hanya berhenti pada papa? Kenapa kamu mengulang kesalahan yang membuat papa menyesal seumur hidup?"

Air mata Seungwoo meluncur lebih cepat daripada kata-kata yang tenggelam dalam kekeluan lidahnya. Ia mengepalkan kedua tangannya erat-erat, membuat buku jemarinya memutih. Bahu tegapnya mulai bergetar perlahan.

"Mama tidak bisa berkata apa-apa lagi, Seungwoo. Bahkan jika mama bertemu Byungchan dan keluarganya, mama tidak tau bagaimana harus menebus kesalahan yang kamu lakukan. Pikirkan kesalahanmu, Seungwoo. Pikirkan bagaimana kamu akan meminta maaf dan menebus segala kesalahanmu."

Dan Seungwoo tahu bahwa kesalahannya tidak hanya kepada Byungchan. Di satu sisi, ia melukai Byungchan yang telah begitu lama menemaninya dengan banyak sekali kisah jatuh bangun yang membuat hubungan mereka bertahan begitu lama, hingga akhirnya harus kandas karena perbuatannya. Namun di satu sisi yang lain, ia juga melukai Seungyoun yang berusaha ia yakinkan dengan segala kebohongan yang dibuatnya. Juga kepada Eunwoo yang harus menanggung semua kebohongan dan pembalikan fakta yang ia perbuat.

Seungwoo menutup wajahnya dengan kedua tangan. Byungchan dan Seungyoun datang silih berganti memenuhi benaknya. Segala hal yang ia lakukan bersama Byungchan selama bertahun-tahun mereka bersama, juga segala hal yang ia lakukan bersama Seungyoun di waktu singkat kebersamaan mereka, berkelabat memenuhi benaknya bergantian. Dan satu di antara sekian banyak, perkataan Byungchan hari itu terasa terdengar kembali.

"Aku percaya kalo Seungwooku bukan orang yang begitu."

Ada pasangan yang kalian rindukan? Tapi sebelum itu, kurasa aku akan bertapa untuk mencari inspirasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada pasangan yang kalian rindukan? Tapi sebelum itu, kurasa aku akan bertapa untuk mencari inspirasi. Termasuk mencari inspirasi untuk carnation karena baru-baru ini, kurasa I'll Never Love Againnya Lady Gaga cocok sekali...😌

COASS COOPERATE 4.0 (Part of 2.0 and 3.0)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang