"Ternyata benar, pertemuan pertama itu menumbuhkan rasa penasaran, sedang pertemuan kedua menumbuhkan rasa rindu, dan pertemuan selanjutnya hanya meninggalkan rasa candu"
NurFatimatu Zahra
Sesampai di Gramedia, kami memutuskan untuk melaksanakan shalat magrib terdahulu. Karna adzan Maghrib sudah berkumandang sejak tadi. Setelah melaksanakan shalat aku kembali memakai kaos kaki, bagaimanapun kaki juga termasuk aurat bukan? Aku tidak mau karna ulahku, Abi, Mas Ahkam, suamiku, dan juga anakku masuk neraka, nauzubillah.
"Itu Mas Ahkam," ucapku kala melihatnya tengah memasang sepatu. Aku duduk disebelahnya. "Udah Mas sholatnya?"
"Udah," jawabnya.
"Ini kok kayak bukan suara Mas ku yah?"
Akupun melirik kearahnya tapi dia masih pokus menatap kedepan. Dan betapa kagetnya aku saat melihat wajahnya, ternyata dia bukan mas ahkam.
"Apa yang terjadi pada diriku hari ini ya Allah?" Ucapku dalam hati, akupun langsung mengalihkan pandangan saat dia mulai melirikku.
"Maaf mbak ini siapa ya?" Tanyanya kepadaku.
"Saya Zahra."
"Ouh.. Yasudah saya duluan yah mbak, masih ada urusan Assalamualaikum," balasnya. Aku menatap kepergian lelaki itu.
"Tunggu." Pria itu menghentikan langkahnya.
"Maafkan Zahra yang barusan, kirain Zahra njenengan adalah kakak saya, padahal bukan."
"Jangan minta maaf."
"Lalu?" Tanyaku padanya, ku tunggu jawaban darinya tapi dia tetap tidak menjawab. "Emang njenengan mau apa dari saya? Niat saya kan baik cuman mau minta maaf."
"NurFatimatu Zahra, jangan minta maaf kepadaku, Karna sebelum kamu meminta pun aku sudah memaafkan mu, kamu tanya saya mau apa? Saya hanya minta sama kamu jaga kesehatan" ucapnya yang masih memunggungiku.
Betapa kagetnya aku saat dia memanggil nama lengkapku, dari mana dia tau nama panjangku? perasaan aku tidak memberi tahunya, apa dia seorang cenayang?
"Dari mana njenengan tau nama saya?"
"Nanti kamu juga bakal tau sendirinya." ucapnya lagi yang membuatku semakin dilanda bingung.
"Zahra." Nah, itu baru suara Mas Ahkam, aku melihat kearah suara, dan ternyata benar, itu dia orang yang aku cari, nyusahin banget.
"Kamu lagi ngapain berdiri disitu?"
"Ini Merupakan, Zahra lagi bicara sama kang kang yang itu." Aku kembali mengarah kearah depan, dengan niat ingin memperlihatkan laki-laki tadi, siapa tau Mas Ahkam kenal kan?
"Siapa, Ra?"
"Gak tau Mas, mungkin orangnya udah pergi."
"Yasudah ayo kita ke Gramedia."
"Baiklah," pasrahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imamku Pilihan Abi [TERBIT]✓
Roman d'amourAbi hanyalah sebagai perantara dalam kisah cintaku. Karna yang menyatukan aku dengannya bukan Abi melainkan Allah. #Imamku_Pilihan_Abi #Pondok_Pesantren #Rumah #Gus_Azam #Ning_Zahra