Di rumah sakit Totsuhara, ayah dan ibu Kaori menunggu dengan cemas
Di ruang operasi
“Dok…Dok.. detak jantung pasein menurun”teriak suster
“baiklah, ambilkan alat defibrillator” perintah dokter
--------------
Ditempat yang berbeda Kompetisi Wilayah Jepang Timur Babak final menunggu hasil siapa yang jadi juara
“tes…tes… baiklah kita akan segara memberitahukan siapa yang akan juara tahun ini”kata pembawa acara
“juara ke tiga diraih oleh…. Emi Igawa, juara ke dua diraih oleh… Takeshi Aiza dan Juara pertama diraih oleh….”pembawa acara berhenti, membuat penonton penasaran
“selamat kepada…. Kousei Arima..”lanjut pembawa acara
Teriakan dan tepuk tangan penonton sangat riuh. Kousei, Takeshi dan Emi naik ke panggung untuk menerima piala dan sertifikat
“selamat yah…”
“kalian terbaik…” teriak penonton
“lain kali aku tidak akan kalah denganmu Kousei Arima”kata Takeshi dalam hati
“awas saja nanti akan ku balas kalian” Emi kesal
Kousei memandangi setiap sudut kursi penonton, dia merasa sesuatu yang hilang, lalu terdengar suara samar-samar
“ Kousei Arima-kun”
“Miyazono!!”
“hei.. Arima kamu berbicara apa??” tanya Takeshi
Kousei tidak menjawab, dia sadar sesuatu yang hilang adalah seseorang yang menjadi alasannya untuk kembali bermain piano. Turun dari panggung Kousei meminta ijin kepada Hiroko untuk kerumah sakit. Setelah mendapatkan ijin Kousei dengan tergesa-gesa mengambil sepedannya. Walupun Kousei mendapatkan firasat buruk dari imajinasinya, tapi dia tetap meyakinkan dirinya bahwa Kaori akan baik-baik saja.
Tiba dirumah sakit, Kousei langsung berlari keruang operasi. Disana Kousei melihat ayah Kaori dengan beberapa perawat membawa ibu Kaori pingsan. Ayah Kaori menatap Kousei dengan wajah mengisyaratkan bahwa Kaori sudah tiada. Kousei memberanikan diri untuk masuk keruang operasi yang pintunya terbuka, disana terlihat alat bedah yang berlumuran darah bekas operasi dan sosok gadis yang dia cintai terbaring kaku, seluruh badannya tertutup kain hanya wajahnya saja tidak. Cukup lama Kousei terdiam didepan jasad Kaori, Kousei tersenyum tipis lalu berkata
“semoga kamu tenang disana”
Memegang kepala Kaori seraya mengelus-elus, ini kali pertama dan terakhir Kousei mengelus kepala gadis yang dia cintai. Disisi lain Tsubaki, Watari dan Kashiwagi mengintip dibalik pintu, lalu mereka masuk, mengetahui ada orang yang masuk Kousei berhenti lalu berbalik
“ternyata kalian”kata Kousei berusaha menunjukkan sikap tegar
Tsubaki, Watari dan Kashiwagi menatap jasad Kaori
“Kao-chan”
“Kaori-chan”
Lalu Tsubaki,Watari dan Kashiwagi mengajak Kousei pulang, mereka tahu bahwa Kousei sangat terpukul.
----------
Satu jam setelah mereka pulang beberapa perawat kembali ke ruang operasi untuk melepaskan alat-alat yang ada ditubuh Kaori. Ketika salah satu perawat ingin melepaskan alat bantu pernapasan, terdengar suara alat ECG, perawat menoleh ternyata detak jantung Kaori kembali
“cepat panggil Dokter” perintah perawat ke perawat lain
Tak berapa lama dokter datang, setelah memeriksa keadaan Kaori, mereka memindahkan Kaori keruang ICU. Mendengar Kaori masih hidup kedua orang tua Kaori berlari menuju ruang ICU
“kondisi Kaori sekarang sangat lemah, kami tak bisa melakukan apa-apa, kita hanya bisa berdoa semoga ada keajaiban”jelas dokter berlalu pergi
“bagaimana keadaan Kaori?”tanya sepasang suami istri yang sudah lanjut usia menghampiri kedua orang tua Kaori
“ibu…ayah…kapan kalian ke Jepang?”tanya ayah Kaori kaget
“Kami tidak tenang memikirkan keadaan Kaori, makanya kami ke Jepang”jawab lelaki lanjut usia itu
“bagaimana keadaan Kaori”tanyanya lagi
Ayah Kaori menjelaskan bagaimna keadaan Kaori sesuai penjelasan dokter
“sudah kami duga, Yoshiyuki… Ibu punya teman dokter dia adalah dokter spesialis tulang, bagaimana Kaori kita bawa ke Paris ?’
“tapi..biayanya pasti tidak sedikit dan juga siapa menjaga Kaori disana?”kata ayah Kaori
“kalian tak perlu memikirkan biaya, kami akan membiayai semua pengobatan Kaori sudah sewajarnya kami membiayai cucu sendiri”kata pria lanjut usia itu
“baiklah” jawab ayah Kaori setelah berpikir cukup lama
Kedua orang tua Kaori pergi mencari dokter yang menangani Kaori untuk konsultasi agar Kaori pindah kerumah sakit di Paris, dokter itu setuju, tapi harus menunggu kondisi Kaori stabil.
------------
Sampai didepan rumah, Kousei meminta Tsubaki untuk membiarkan dia sendiri, karena Tsubaki tidak tahu apa yang harus dilakukan dia pun menurut. Kousei langsung saja ke kamar, tiba di kamar Kousei langsung merebahkan badannya kekasur, piala dan sertifikat diletakkan sembarang, baginya kemenangan yang dia peroleh tidak ada artinya lagi.
Tiga hari berlalu, kondisi Kaori sudah stabil. Sesuai kesepakatan Kaori dipindahkan kerumah sakit di Paris. Orang tua Kaori tetap di Jepang, mereka menyerahakan Kaori kepada kedua orang tua ayah Kaori untuk menjaga selama diParis.
-------------
Bel pulang berbunyi, Kousei membereskan buku-buku berhamburan dimeja, setelah itu dia langsung pulang. Diperjalanan Kousei terus melangkahkan kakinya ditemani sebuah payung yang dipegannya untuk melindungi diri dari benda putih yang berjatuhan, terlihat sekali wajah Kousei sangat terpukul. Semenjak meninggalnya Kaori, Kousei kembali kekehidupan monotonnya tanpa warna. Lalu dia berhenti di tempat dimana dia bertemu Kaori yang sedang menunggu seseorang sepulang sekolah, dihati kecil Kousei berharap bisa bertemu lagi disini, namun itu hanya sebuah harapan yang tak mungkin terjadi. Tak lama terdengar suara hp yang membuyarkan lamunannya, dia merangkuh saku celananya, dihp tercantum no tak dikenalnya, dia menekan tombol jawab
“hallo..”
“Arima-kun”
“ibu Miyazono..” Kousei terkejut
“bisakah kita bertemu ? Aku ingin memberikan sesuatu kepadamu”tanya ibu Kaori
Kousei bersedia. Mereka akan bertemu dipemakaman. Tempat itu adalah keinginan Kousei, karena kemarin dia tidak datang dalam proses pemakaman. Tiba didepan pemakaman dia bertemu dengan orang tua Kaori, bersama-sama mereka menuju tempat pemakaman Kaori dan berdoa. Selesai berdoa, ayah Kaori memberikan sesuatu kepada Kousei
“kalau tidak keberatan tolong terima ini. Terima kasih telah membuat hidup Kaori berwarna” kata ayah Kaori, seraya menyerahkan surat
Kousei menerima surat itu. Beberapa hari kemudian, diperjalanan pulang dari sekolah, Kousei merangkuh celananya, ternyata dia mengambil surat Kaori, dia memutuskan untuk membaca. Setelah membaca surat itu, keeseokan harinya Kousei mengambil foto didalam amplop itu untuk diberi bingkai, namun ketika ingin memasukkan foto itu terlepas dari tangannya. Waktu Kousei ingin mengambil dia melihat tulisan dibelakang foto itu yang bertulisan ‘JANGAN BERHENTI BERMAIN PIANO’ Kousei terdiam sesaat, lalu tersenyum tipis dan berkata
“kau memang seenaknya sendiri Miyazono”
Lalu Kousei memasukkan foto kedalam bingkai dan meletakkannya diatas piano, dia duduk lalu memainkan pianonya dengan membawakan Love Sorrow-Rachmaninoff
#bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Shigatsu wa Kimi no Uso After Story
FanfictionMenceritakan perjalanan Kousei Arima setelah kepergian orang yang dia sayangi untuk kedua kalinya. Bagaimana kah Kousei Arima menjalani hidupnya ? Apakah dia akan tetap bermain piano atau berhenti lagi bermain piano ? Fanfic ini sebenarnya sudah lam...