Dilema

739 23 0
                                    

Dikantin,  Kashiwagi memperhatikan Tsubaki yang dari tadi hanya mengaduk-ngaduk makanannya
“hei Tsubaki…Tsubaki…”panggil Kashiwagi
“eh..ya..ada apa”
“dari tadi kamu ngelamun terus”
Tsubaki diam
“apa kamu punya masalah dengan Kousei ?”tanya Kashiwagi
“eh..eh…itu..” Tsubaki menjadi salah tingkah
”sudah kuduga.. apa kalian bertengkar?”
“tidak kami baik-baik saja…hanya saja…”Tsubaki menghentikan bicaranya, dia menarik napas dalam-dalam
“hanya saja.. aku merasa setelah Kao-chan meninggal Kousei kembali tak bersemangat. Walaupun dihadapanku dia bersikap baik-baik saja, tapi aku tahu dia hanya berpura-pura”Tsubaki berhenti sejenak
“hah..sepertinya aku memang tak bisa membuat Kousei semangat sebagaimana Kao-chan membuat Kousei semangat”lanjut Tsubaki
“Bodoh..sekeras apa pun kamu mencoba membuat Kousei semangat dengan cara Kaori, kamu takkan bisa karena kamu bukan Kaori”
“benar juga, jadi aku harus bagaimana?”
“kamu hanya menjadi diri sendiri. Bersikaplah seperti biasanya. Mungkin yang kukatakan ini jahat, tapi Kaori sudah meninggal dan Kousei hanya mempunyaimu. Ini hanya masalah waktu”
------------
Pulang sekolah, Tsubaki masih memikirkan perkataan Kashiwagi
“apa benar hanya masalah waktu..tapi aku tidak yakin. Karena Kousei sangat mencintai Kao-chan dan sekarang Kousei mewujudkan keinginan Kao-chan untuk tetap bermain piano”pikir Tsubaki
Tsubaki menyeberang jalan sambil ngelamun, dia tidak memperhatikan jalan, lalu datang sebuah mobil, mobil itu membunyikan klakson, disaat itulah Tsubaki tersadar namun dia tak bergerak sedikit pun, lalu terdengar suara teriakkan
“awass..”
Ada seseorang berlari kearah Tsubaki dan mendorong Tsubaki bersamanya, mereka terjatuh
“kamu tidak apa-apa?”tanya orang itu
Tsubaki memalingkan wajahnya untuk melihat siapa orang yang menyelamatkannya. Ketika melihat wajah orang itu betapa kagetnya Tsubaki mengetahui bahwa yang menyelamatkannya adalah
“Saito-senpai”
Tsubaki langsung berdiri
“aduh..” jerit Tsubaki dan terjatuh
Saito segera memeriksa kaki Tsubaki, terlihat kaki Tsubaki biru lebam akibat benturan trotoar
“melihat kakimu begini akau akan mengantarkanmu pulang”kata Saito
“ah..tidak..aku bisa pulang sendiri”tolak Tsubaki seraya berdiri dan berjalan namun beberapa langkah Tsubaki terjatuh
“kamu jangan memaksakan diri, aku akan mengatarkanmu pulang”paksa Saito
Karena kakinya yang sedang sakit dan dipaksa oleh Saito, Tsubaki menerima tawaran Saito
“terima kasih”kata Tsubaki menaiki punggung Saito. Saito mulai menggendong Tsubaki
“Saito-senpai kenapa ada dikota ini?”tanya Tsubaki
“aku pindah”
“pindah..?”
“Ya. Karena pekerjaan orang tuaku aku harus pindah rumah dan sekolah  saat awal semester 3”
“begitu yah..”
“kamu sendiri kenapa ada dikota ini?”Saito balik nanya
“Aku bersekolah dikota ini..”
“hemm.. kenapa bersekolah diluar kota? apa kamu juga pindah bersama orangtuamu ?”
“bukan.. aku hanya menginginkan suasana berbeda dengan bersekolah diluar kota”Tsubaki berbohong
“Oh..begitu..tempat tinggalmu dimana ?”
  “aku tinggal diapartemen, tinggal lurus udah sampai. Sepertinya kamu lelah, kamu bisa turunin aku, apartemennya tidak jauh lagi kok..”
“gak. Aku akan mengantarkanmu sampai ke apartemen” kata Saito
Setelah itu mereka tidak berbicara lagi
“oh..ya.. bagaimana kabar Arima” tanya Saito menghilangkan keheningan
“dia baik-baik saja”
“sepertinya hubungan kalian baik-baik saja, syukurlah.. Apa dia tahu tentang perasaanmu”tanya Saito lagi
“soal itu lebih baik dia tidak tahu. Karena aku tahu dia tidak pernah menganggapku lebih dari seorang sahabat dan saudara “
Suasana kembali hening, ditemani lampu-lampu jalan Saito terus menggendong Tsubaki
“ah.. itu apartemennya”kata Tsubaki menunjukkan dengan jari telunjuknya. Dengan menaiki tangga Saito mengantarkan Tsubaki didepan kamarnya, lalu Saito menurunkan Tsubaki
“terima kasih Saito-senpai”
Saito mengangguk, Saito pamit pulang. Tsubaki masih berdiri dimuka kamarnya hingga bayangan Saito tak terlihat lagi. Tsubaki masuk dan langsung merebahkan badannya kekasur empuknya, rasa sakit dikakinya sangat terasa, namun dia tak menghiraukannya, pikirannya sedang kacau balau. Karena sudah larut malam dan rasa lelah dia tertidur pulas.
------------
Waktu Istirahat Tsubaki hanya berada didalam kelas menatap jendela. Tiba-tiba ada seseorang yang memukul kepala Tsubaki dengan beberapa kertas yang membuat dia kaget
“Kashiwagi..”kata Tsubaki”
“hemmm.... apa..”
“kamu membuatku kaget tau..”
“siapa suruh ngelamun. Ini formulir untuk masuk tim baseball Sekolah ini. Daripada kamu terus memikirkan Kousei, lebih baik kamu memikirkan dirimu sendiri”
“sisisiiapa yang memikirkan Kousei”Tsubaki mengelak
“terserahmulah..” Kashiwagi meletakkan formulir dimeja Tsubaki, lalu pergi ketempat duduknya, karena pembelajaran segera dimulai.
Hari pertama Tsubaki dan Kashiwagi mengikuti kegiatan tim baseball di SMA
“baiklah akan ku perlihatkan kemampuanku..”semangat Tsubaki membara
“dasar..tapi lebih baik seperti ini”kata Kashiwagi melihat kelakuan Tsubaki
“ternyata benar itu kalian Sawabe.. Kashiwagi..”terdengar sapaan dari belakang
“Sa..Saito-senpai..”Tsubaki kaget
“Saito-senpai”Kashiwagi juga kaget, tapi tak separah Tsubaki
“Jadi klain bersekolah disini juga”
“Saito-senpai Kau bersekolah disini”kata Kashiwagi
“ya. Karena pekerjaan orang tuaku aku pindah”jelas Saito
“btw..Tsubaki kakimu bagaimana?”
“Eh..eto..sudah membaik”
“syukurlah”
“emangnya ada apa dengan kakimu, Tsubaki?”tanya Kashiwagi
“jadi kamu tidak memberitahukan tentang kakimu, Sawabe”tanya Saito
Tsubaki terdiam, lalu terdengar suara perintah untuk berkumpul.
Selesai latihan Tsubaki dan Kashiwagi pulang barengan
“sepertinya kamu mulai kembali dekat dengan Saito-senpai”kata Kashiwagi
“heh..gak Cuma perasaan kamu aja”
“hemmm..”
Mereka terus berjalan tanapa berbicara, tiba dipersimpangan
“aku harap kamu tegas dengan perasaanmu, agar tidak ada lagi perasaan yang terluka”itu perkataan Kashiwagi terakhir sebelum mereka berpisah. Tsubaki mengerti maksud Kashiwagi tadi. Dia memang pernah menyakiti perasaan Saito, Tapi Saito tetap baik kepadanya. Pikiran Tsubaki terus menerawang hingga tiba diapartemen dia mendengar suara piano.
”itu pasti Kousei” pikir Tsubaki
Tsubaki menaiki tangga, tak lama pintu kamar Kousei terbuka
“yo..Tsubaki”sapa Kousei
“Yo”Tsubaki balik sapa
“Etoo.. akhir-akhir ini aku sering mendengar permainan pianomu”
“ya. Aku sedang latihan, ada kompetisi yang aku ikuti”
“oh..begitu..”Tsubaki berlalu pergi
“ada apa dengannya?” Kousei bingung
Tsubaki langsung merebahkan badannya kekasur, sekali lagi Tsubaki mendengar suara piano permainan Kousei
“aku benci musik dan Piano”Tsubaki menutup telinganya dengan bantal

#bersambung

Shigatsu wa Kimi no Uso After StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang