Festival Musik Klasik Tahunan

520 16 0
                                    

Kompetisi pertama di SMA Kousei memenangkan kompetisi itu. Sekarang yang dipikiran Kousei hanyalah menjadi pianis yang pro. Kousei mendapatkan undangan ke Jerman dalam acara festival musik klasik tahunan yang diselenggarakan 5 tahun sekali. Disana para pianis seluruh negara berkumpul. Acara itu akan disiarkan langsung diberbagai negara. Pagi ini Kousei berangkat ke sekolah bersama Tsubaki
“huh..cuacanya dingin yah..”Tsubaki basa-basi. Kousei hanya mengangguk
“akhir-akhir ini aku sering mendengar kamu bermain piano. Apa ada kompetisi?”tanya Tsubaki
“bukan kompetisi cuma sebuah acara”
“acara apa dan dimana?”
“festival musik klasik tahunan di Jerman”
“heh..Jerman”Tsubaki kaget
Mereka berpisah karena Kousei tiba disekolahnya, sedangkan sekolahnya Tsubaki tinggal lurus 100 meter lagi.
---------
Pulang sekolah Tsubaki terlihat lesu, dia menarik napas dalam-dalam. Dipikiran Tsubaki bagaimana pun cara yang dia lakukan agar bisa dekat dengan Kousei, tetap saja pada akhirnya dia akan jauh dari Kousei. Lalu Tsubaki melihat kaleng kosong bekas minuman, dia tendang sekuat tenaga. Lalu kaleng tersebut mengenai seseorang
“aduh…”
“gawat…”Tsubaki ingin melarikan diri, namun
“Sawabe”
Terdengar suara menyebut namanya
“Sa..Saito-senpai”
“maaf”ucapnya sambil membukuk berulang kali
“iya..iya..tidak apa-apa”
“haciiiss”Tsubaki bersin
“memang hari ini sangat dingin. Bagaimana kita minum cokelat hangat”tawar Saito
Mereka berdua tiba disebuah café
”terima kasih telah menunggu”kata pelayan café itu ramah dengan membawa 2 cokelat hangat dan 2 tart
Mereka berbincang-bincang sambil menikmati cokelat hangat dan tart
“orang yang ku inginkan selalu berada disampingku, dia sedikit demi sedikit menjauh. Dia tidak pernah ada saat aku membutuhkannya, kecuali aku mengatakannya. Beda sekali dengan…”Tsubaki tidak melanjutkan kata-katanya. Dia menatap Saito yang sedang menikmati tart
“..yang selalu ada saat aku sedang sedih dan membutuhkan seseorang untuk melepaskan keletihanku”lanjut Tsubaki dalam hatinya
------------
Dipinggir kota Paris ada sebuah rumah besar dengan halaman yang luas. Ditaman rumah itu Kaori sedang memainkan biolanya
“hem..permainmu cukup baik, tapi kamu harus memainkannya seperti ini”kakek Kaori mengambil biola disampingnya dan memainkan biola itu. Kakek Kaori adalah seorang maestro terkenal tidak hanya di Paris, tetapi diseluruh negara. Dia bisa bermain berbagai macam alat musik salah satunya biola. Semenjak Kaori memutuskan menjadi pemusik. Dialah yang membimbing Kaori hingga menjadi pemusik yang hebat.
“bagaimana bisa..”kata kakeknya selesai memainkan biolanya. Kaori mengangguk. Kaori mencoba memainkan biolanya lagi, seperti yang dicontohkan kakeknya. Sudah lama mereka berlatih. Datang nenek Kaori membawakan macam-macam kue dan minuman. Nenek Kaori mempunyai toko kue besar di Paris, sekarang dia menyerahkan toko kue ke karyawannya, jadi dia hanya datang sebentar ke toko kuenya untuk melihat.
“ayo makan kue dulu. Nenek juga membuatkan canale kesukaanmu Kaori”ajak neneknya
Mereka istirahat sebentar menikmati kue dan minuman yang dibawakan nenek Kaori
“sayang.. jangan lupa, besok lusa kamu berangkat ke Jerman”nenek Kaori mengingatkan suaminya
“oh..iya.. kakek akan memimpin sebuah okestra di sanakan? Festival music klasik tahunan yang diadakan 5 tahun sekali, dimana para musisi seluruh negara berkumpul. Argg.. aku ingin kesana”seru Kaori
“hahaha..sebenarnya kakek bisa saja mengajakmu, tapi kakek khawatir dengan kondisi tubuhmu yang belum sembuh total”kata kakek Kaori mengelus kepala cucunya
“aku mengerti”kata kaori
Setelah cukup istirahat Kaori kembali berlatih. Sementara neneknya membawa bekas kue dan minuman ke dapur.
---------------
Tiba di Jerman, Kousei pergi mencari aparetemen, setelah menemukan apartemen Kousei memutuskan untuk istirahat saja. Keesokkan harinya Kousei pergi ke tempat dimana festival itu dilaksanakan dengan menaiki taksi. Disana benar-benar berkumpulnya musisi-musisi diseluruh dunia. Ribuan penonton memadati seluruh auditorium. Acara pun dimulai, penampilan pertama pertunjukkan biola solo. Selanjutnya penampilan sebuah okestra
“sepertinya semua sudah berkumpul”kata laki-laki tua yang berbicara berbahasa inggris dengan anggota okestra yang akan dipimpinnya
“ya. Pak Shuiichi Miyazono”kata salah satu anggota okestra itu
“Shuiichi Miyazono?” Kousei kaget mengetahui nama lelaki tua itu. Nama belakang dia sama dengan nama belakang Kaori. Lelaki tua itu melewati Kousei bersama dengan anggota okestranya yang berbaris rapi menuju panggung. Tiba dipanggung mereka bersiap, dengan mengayunkan tongkat lelaki tua itu mengisyaratkan untuk mulai. Mereka membawakan Beethoven, Symphony No. 7 Wiener Philharmoniker. Seperti membuka jalan, lelaki tua itu bisa mengarahkan setiap pemain dengan baik, namun tetap membawakan alat musiknya dengan karakter masing-masing. Mereka benar-benar bebas, tanpa tekanan, padahal mereka sedang tampil dipertunjukkan besar.
---------------
Di tempat lain
“wah…kakek memang hebat”Kaori melihat festival itu lewat tv. Nenek Kaori hanya tersenyum melihat cucu semata wayangnnya itu. Dengan tongkatnya maestro itu seperti berbicara ’ BERMAINLAH DENGAN TULUS, KELUARKAN SELURUH KEMAMPUAN KALIAN’ yang tersampaikan ke setiap anggota okestra itu. Pemampilan okestra itu membuat Kousei takjub dan maestro itu mengingatkan Kousei dengan Kaori. Bagaimana cara maestro itu memandang musik sama dengan Kaori. Penampilan demi penampilan telah dilewati. Sekarang giliran Kousei, dengan jas hitam barunya berjalan ke atas panggung. Kousei memberi salam, lalu duduk
“huh..Arima-kun”Kaori kaget melihat Kousei ada disana
“jadi dia diundang juga yah”pikir Kaori
Kousei akan membawakan Beethoven – 3rd Movement Moonlight Sonata. Jari-jemari Kousei mulai menekan tust-tust piano. Tiba dibagin tersulit lagu itu, dia mengeluarkan seluruh kemapuannya. Namun Kousei sekarang bukan Kousei yang dulu, dia sekarang bermain dengan bebas. Tentu saja dengan Kousei seperti ini lagu yang dia bawakan agak berbeda dengan aslinya. Kaori pun terkejut melihat gaya permainanan Kousei yang berbeda, lalu Kaori dan tersenyum dan berkata
“syukurlah..”
Penonton masuk kedunia musik Kousei, sehingga mereka tidak menyadari bahwa permainan Kousei berakhir. Kousei berdiri, lalu memberi salam
“bravo..”teriak slah satu penonton
Tak lama penonton lain juga berteriak dan bertepuk tangan sangat riuh. Kousei menatap kursi auditorium menyapu seluruh penonton
“apakah sampai padamu?”
“aku harap sampai padamu Miyazono”
Di Paris sana
“Arima-kun” Kaori meneteskan air mata haru
Sedangkan dibelakang panggung kakek Kaori hanya tersenyum melihat penampilan Kousei.

#bersambung

Shigatsu wa Kimi no Uso After StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang