"Kami dari Medical Centre Hospital ingin memberitahu, kalau tuan Christopher Lawrence tengah dalam penanganan medis setelah mengalami kecelakaan kurang dari setengah jam yang lalu?" seketika Inka limbung, diikuti benturan keras ponsel yang terjatuh membentur lantai.
Air matanya tiada lagi terbendung. Apa yang terjadi pada Chris? Inka tahu benar kakaknya itu tipekal orang yang berhati-hati, dan fokus pada apa yang tengah dikerjakannya. Tapi ini, selayaknya mimpi buruk serasa realita. Bagaimana bisa kakaknya itu begitu sembrono ketika berkendara? Seperti bukan Chris yang dikenalnya saja.
Inka membanting pintu mobilnya setelah memarkirnya asal di basemant. Inka berlari masih dengan berurai air mata, tak ingin ambil pusing menilik penampilannya yang kacau. Inka terus melanjutkan langkahnya, semakin cepat ke ruang rawat Chris. Takut terjadi sesuatu yang buruk pada kakaknya.
"Bagaimana kondisi Chris sekarang dokter?" tanya Inka sesaat setelah seorang berjubah putih keluar ruangan.
"Oh, apakah anda keluarga pasien?" tanya balik si dokter, memastikan hubungannya dengan pasien yang berada dibawah pengawasannya.
"Eh, saya adiknya!" tegas Inka menyeka air matanya.
"Pasien baik-baik saja. Hanya ada beberapa goresan ringan pada tubuhnya!" beritahu dokter menjelaskan kondisi Chris.
"Syukurlah!" paru-parunya serasa plong setelah mendengarnya.Inka lantas memasuki ruang rawat Chris. Inka perlu memastikan sendiri keadaan kakaknya yang malang. Inka mengamati kakaknya yang tertidur di ranjang rumah sakit, dilihatnya Chris dari pangkal rambut sampai ujung kaki dengan pandangan nanar. Kondisi Chris tidak terlalu buruk. Namun cukup membuat Inka kembali berurai air mata.
***
"Arsen mengalami kecelakaan Mr. Creighton!" Xian yang mendengarnya setelah beberapa saat lekas ke rumah sakit. Memastikan seseorang yang sudah dia anggap saudara sendiri itu baik-baik saja. Xian tak mengerti apa yang terjadi? Tapi satu yang dia tahu, Xian tidak mau kehilangan lelaki itu!
Xian mondar-mandir kesana kemari menunggu dokter ke luar ruangan. "Mr. Creighton, maaf sepertinya pasien membutuhkan transfusi darah!" ujar dokter takut-takut.
"Cari darahnya sekarang juga. Tunggu apa lagi bodoh!" seru Xian dengan nada otoriternya yang lekat.
Dokter Steve yang menangani Arsen tampak ragu. Namun dia mengatakannya juga, "Maaf, tapi pasokan darah AB dengan resus negatif yang cocok dengan pasien, saat ini sedang tidak tersedia Mr. Creighton!" dokter itu menundukkan kepalanya, bersiap batin Xian yang akan segera mengomeli ketidakbecusannya.Xian mendesis, rahangnya yang tercetak tegas pun ikut mengeras. "Mr. Steve ambil darah saya sekarang juga!" tutur Xian menegaskan ucapan dari bibirnya. Matanya ikut menyala memeringati agar ucapannya segera dituruti. Tanpa sanggahan.
Dokter Steve yang mendengarnya pun langsung mengangkat kepala, tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Cepat!" ulang Xian yang seketika membuat dokter paruh baya tersebut tergagap dengan dahi berkerut bingung. Segeralah dokter Steve menghela Xian ke ruang donor diikuti seorang perawat yang menemaninya di belakang.***
Hello! Author lagi gaje a.k.a kurang asupan inspirasi😇jadi upnya ya jadi kayak apuse gini🤣. Ditunggu up selanjutnya guys, insya allah lebih panjang dari ini😊 thank u and see u...
KAMU SEDANG MEMBACA
End Game 18+++ || Breathe #2
Roman d'amourWAJIB FOLLOW, LIKE DAN KOMEN AGAR PENULIS BERSEMANGAT MENULIS NEXT PART🙂 WARNING!!! Konten khusus 18+++ Mohon kebijaksanaan pemirsa dalam membaca cerita ini! Thanks! "Nyawa tidak mungkin terbeli oleh uang, tetapi nyawa dapat dibeli dengan kasih sa...