Bab 7 - Hei, Aish! (21+)

1.2K 2 0
                                    

Part ini mengandung unsur 21+, mohon kebijaksanaan pemirsa dalam membaca. Anak dibawah umur dilarang keras membaca bagian ini. Tks⛔

Perusahaan Xian sungguh luar biasa, megah, mewah, selayaknya gedung pencakar langit yang menantang langit. Hal itu karena Xian mempercayakan desain perusahaannya kepada arsitek yang tepat. Pantas saja, perusahaan besar ini masuk top 5 internasional companies in the world di salah satu majalah bisnis ternama. Tampilan luarnya saja sudah mampu memikat mata, apalagi interiornya yang memang berarsitekkan kelas dunia. Semuanya sempurna sesuai kualifikasi penilaian dunia.

"Selamat pagi!" ucap kedua resepsionis hampir bersamaan. Senyum tak pernah lepas dari keduanya. Pelayanan perusahaan ini sungguh tertata.

"Mr. Lawrence, mari ikuti saya. Mr. Creighton telah menunggu Anda!" ucap seorang dari belakang Chris. Suaranya yang tiba-tiba itu mengejutkan. Entah kapan wanita itu sudah ada disana.

Wanita itu membawa Chris ke lift. Inka pun hanya mengekor di belakang kakaknya. Wanita itu mengarahkan tanda pengenalnya, dan lift pun meluncur ke atas. Tiada pembicaraan selama perjalanan. Baik Chris, Inka, atau pun wanita itu sama-sama terdiam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ketika pintu lift terbuka, mereka sudah berada di lantai teratas gedung. Anehnya, hanya ada satu ruangan besar menghiasi lantai 50 ini. Awan pagi terlihat jelas dari sini, karena sebagian besar sekat di dominasi kaca-kaca bening. Ada sebuah penghijauan buatan juga di sudut lorong, pemanis yang apik.

Wanita itu lantas mengetuk pintu. "Ya!" suara berat Xian terdengar samar dari luar, karena ruangan orang No. 1 diperusahaan ini dirancang kedap suara. Juice pun langsung mempersilahkan tamu atasannya itu masuk.

Setelahnya mereka, maksudnya Xian dan Chris, sibuk membahas kontrak yang mereka sepakati beberapa hari lalu. "Bagaimana kalau adik saya, Inka yang menjadi modelnya?" ucapan Chris itu sukses mendapat pelototan mata penuh tanya dari Inka. Kakaknya itu sama sekali tak bicara tentang itu sebelumnya. Jadi ini maksud Chris mengajaknya kemari.

"Bagaimana?" tanya Xian penuh harap. Dia ingin sekali bertemu dengan Inka lebih lama lagi. Xian harus memastikan apa yang mengganjal dihatinya sekarang ini.
"Hmm, baiklah saya bersedia." ucap Inka akhirnya. Xian tersenyum samar mendengar keputusan wanita cantik itu.
Xian langsung menyambung intercom ke sekretarisnya. "Ok. Kalau kalian perlu sesuatu bisa menghubungi Juice." lima menit kemudian Juice datang. Wanita itu mengantarkan Chris dan Inka turun ke lobi. Xian memutar loungenya, kembali di telan kegelapan.

***

Xian butuh beberapa teguk wine. Kali ini Xian hanya ingin minum, lebih lagi butuh pelampiasan juga. Minuman keras itu pun mengalir, membanjiri mulutnya. Xian lupa diri, tanpa sadar dirinya telah menghabiskan lima botol wine. Minuman berakhohol itu panas, membakar tenggorokannya.

Seorang wanita duduk di sebelahnya. Gaun malam yang wanita itu kenakan mengekspos bentuk tubuhnya yang seksi. Belahan dadanya rendah sekali hingga menampakkan payudaranya yang sikal. Rambut coklat keemasannya di ikat rapi ke belakang, memamerkan lehernya yang jenjang.

Wanita itu menggoda Xian. Jemari tangannya perlahan membelai lembut punggung, dada, lalu perut Xian. Gerakan nakalnya itu semakin ke bawah, sampai menyentuh *****, mengirimkan sinyal-sinyal gairah yang panas.

Xian tidak dalam kondisi mampu menolak. Dia memerlukan pelampiasan. Tubuhnya sudah sakit menahan gairah selama ini. "Hei, Aish!" Xian mengangkat tubuh wanita itu ke pangkuannya. Bibir merah wanita itu mencari-cari bibir Xian, menciumnya tanpa ampun.

"Ah!" erangan wanita itu lepas. Bibir mereka saling berjalinan, menyesap, mengulum, dan mencecap. Wanita itu mengarahkan bibir Xian ke payudaranya, mengisyaratkan Xian untuk memilikinya dengan posesif.

Untungnya mereka tamu VVIP. Ruangan ini tertutup, menjaga privasi tamu kelas utama apabila tak kuat menahan dan ingin melampiaskan gairahnya di tempat. Pas sekali dengan keadaan saat ini. Gaun wanita itu sudah berserakan di lantai. Adegan panas mereka pun segera berlanjut mencapai puncak kenikmatan.

Saat bercinta, Xianlah yang mendominasi. Xian memainkan semua lekuk tubuh lawannya, seluruhnya. Xian mencari kenikmatannya sendiri, memainkan tempo dengan jemari, mulut, dan juga lidahnya. Xian tak pernah mengizinkan wanita untuk menyentuhnya. Hanya dirinyalah yang bergerak. Wanita itu hanya mendapatkan satu bagian tubuh Xian tertanam jauh ditubuhnya. Bekas-bekas cumbuan Xian panas dan memabukkan.

***

Stop or next?

End Game 18+++ || Breathe #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang