BAB 1 - Psycopath ibarat Malaikat

1.7K 3 5
                                    

Mata ini ingin menutup, tetapi mengapa, bahkan sebelum sempat terpejam dengan sempurna, hantu-hantu itu kian bertebaran. Melayang-layang, dan semakin mengganggu tiap kali menyelinap. Sekali, dua, bahkan sampai tiga kali sudah, Xian mencoba mentolerirnya, sampai Xian tiba di titik ini, pasrah, iba terhadap dirinya sendiri.

Hidupnya terjungkir balikkan, karena lambat laun kelebatan ingatan yang samar itu telah menjelma menjadi sebuah mimpi buruk. Dan sialnya lagi, mimpi buruknya tersebut sukses meneror detik demi menit hari-harinya. Membuatnya semakin tercekik dengan otak yang bekerja keras menghalau hantu-hantu sialan ini.

Iris mata yang kontras dengan birunya warna pupil yang dimilikinya pun memerah, merasakan pahit hidupnya. Sanubari Xian berontak, tak kuasa lagi menahan kemarahan yang terkurung jauh di dalam sana. Belum lagi, keringat dingin bercucuran. Derasnya yang menjadi sampai-sampai membasahi piyama hitam lekat yang Xian kenakan. Jantungnya terus berdegup, bergetar dengan hebatnya. Begitulah kurang lebih trauma psikis yang di alami Xian ketika memori masa lalunya terkuak.

Xian sudah menjalani segala macam prosedur untuk membantunya sembuh dari mimpi buruk tersebut. Dari rutin berkonsultasi dengan psikolog, bahkan di masa remajanya, Xian juga ikut rehabilitasi. Semua cara telah ditempuh, namun dalam usahanya menyembuhkan diri, takdir tiada seia. Sampai sekarang pun, Xian masih sama, gila mendadak ketika matanya berusaha menutup.

Untuk mengalihkan rasa kantuknya, Xian mengurangi tiga per empat dari jatah tidurnya dengan selalu menyibukkan diri dengan pekerjaan. Memmforsir tubuhnya untuk terus bekerja. Sehingga ketika kantuk itu datang, setidaknya mimpi buruk itu sesegera berlalu.

Xian memutar otak, mencari inisiatif. "Aha!" serunya senang. Xian pun menuruni tangga, mencari mesin pembuat kopi otomatis.

Xian menghabiskan malam itu dengan berkutat pada berkas dokumen, dan juga laptopnya. Xian yang terlalu sibuk dengan kegiatannya, sampai tak menyadari hari telah berganti, dan mentari pagi telah menyambutnya dengan seulas senyum persahabatan.

***

Malam telah usai, mimpi buruk itu juga tak lagi meninggalkan jejak. Namun begitu, mood Xian yang memburuk, memalaskan rutinitasnya untuk bekerja. Xian tak punya hasrat ke perusahaan multi-internationalnya hari ini. Yang diinginkannya sekarang hanya satu, Xian mau bermain. Tentu tidak ada masalah, atau mungkin seorang yang akan memarahinya kalau absen tanpa alasan. Lagipula siapa yang berani, menengok dari posisi Xian yang adalah founder sekaligus owner dari Xielton Corp.

Xian memberi nama perusahaannya Xielton Corp., tentu karena suatu alasan. Xielton merupakan inisial dari nama lengkapnya sendiri, Xianlee Elfredo Creighton. Xielton Corp., berdiri dari kerja kerasnya sendiri, sampai kemudian Xian digadang-gadang sebagai jenius. Xian mengusahakan apapun untuk membangun perusahaan ini sendiri, bahkan Xian tidak pernah meminta sokongan dana dari ayahnya. Tetapi apa mau dikata, darah Creighton yang mengalir ditubuhnyalah, yang akhirnya menanamkan gairah Xian untuk membangun perusahaan ala dirinya sendiri.

Selain memiliki ranah bisnis yang luas, Xielton Corp., juga terkenal dengan cara kerja yang cepat dan relevan sesuai tren pasar. Xielton Corp. memang masih baru dalam dunia bisnis. Namun jangan ditanya tentang kesuksesan, karena dari segi finance dan juga operasional, perusahaan ini menempati urutan pertama sebagai perusahaan tersukses di dunia. Bahkan nama perusahaan ini sering mondar-mandir menghiasi majalah yang membahas tentang ekonomi bisnis.

Pria berbadan kekar ini berjalan gusar, was-was, hatinya memberontak untuk tidak menyerahkan dokumen yang menggantung di tangan kirinya. Karena Arsen tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, setelah dokumen itu sampai ke tangan Xian, satu nyawa akan melayang. Namun, bagaimana pun juga, Arsen harus memberikan laporan ke bosnya. "Mr. Creighton, this is the file of my work for the past week!" untung Xian masih membelakanginya, jadi Arsen bisa bersiap untuk sebisa mungkin menghindari mata biru Xian yang menyala tajam.

Xian mengalihkan fokusnya dari mobile legends yang di produksi perusahaannya sendiri. Xian terlalu baik beberapa hari terakhir. Karena ketenangannya itu lah, ada juga yang mengusiknya. "Wow!" senyum evil berkilat aura membunuh di dalam diri Xian keluar. Xian mendesis, rupanya seekor rusa malang berani menantang seekor singa liar, tanpa tahu bagaimana ganasnya taring singa tersebut. "We go now Arsen!" perintah Xian tegas.

Kembali, pikiran berkecamuk Arsen rasakan. Dari balik kemudi mobil Xian, pertanyaan-pertanyaan itu menyelinap. Akankah Arsen menyaksikan kekejaman sahabat sekaligus atasannya?. Xian terkenal berdarah dingin. Walau berwajah bak malaikat, siapa yang tahu di dalam tubuh Xian, mengalir darah psychopath gila yang haus akan darah. Xian takkan segan menghabisi nyawa orang yang di rasa menghalangi jalannya. Dan dalam melakukan aksinya, Xian tak pernah pandang bulu ketika berburu nyawa, karena baginya semua sama saja, tidak ada yang di istemawakan.

Sementara Arsen sibuk dengan pikirannya, Xian menyembunyikan pistol di balik saku jasnya. Xian mengenakan pakaian serba hitamnya, setelan favoritnya. Xian telah siap sedia melakukan tugasnya sebagai malaikat pencabut nyawa. Monster dalam tubuhnya sudah tidak sabar lagi, menanti satu nyawa akan melayang ditangannya, enyah dari dunia yang ditinggalinya. Selamanya.

***

"Oh Mr. Creighton. What wind makes you come to my ugly house?" basa-basi pemilik rumah dengan langkahnya yang tergopoh-gopoh. Wajah keriput Mr. Alfredo memperlihatkan senyum bahagia atas kehadiran Xian yang mengejutkannya di waktu bangun paginya.
"I have business around here, Mr. Alfredo. Hmm, so it never hurts to visit a business partner's home right?" jawab Xian sembari memperlihatkan senyum ramahnya. Belum waktunya Xian, tahan dulu, iblis dalam tubuhnya mengingatkan.
"Of course you can. I'm glad you visited my house, and a norm form me!" Mr. Alfredo mempersilahkan Xian duduk kembali. Tangannya mengisyaratkan pelayan dirumahnya untuk menyiapkan secangkir kopi untuk tamunya.

Suasana semakin mencekam seiring putaran rotasi jarum jam. Xian melihat gelagat Mr. Alfredo yang mulai gemetaran di kursinya. Sepertinya rusa malang itu mulai mengerti maksud atas kegiatan bertamunya. "Mr. Alfredo, I heard you intend to kill me yes?" Xian melayangkan pukulan ke rahang Mr. Alfredo, membuat pria tua itu terhuyung menabrak tangga.
"No-no-no Mr. Creighton!" mendengar jawaban nyeleneh yang keluar dari mulut busuk pria tua itu, langsung saja Xian mengambil pistol yang bersembunyi di saku jasnya. Xian menarik pelatuk pistol tepat ke arah jantung Mr. Alfredo. Salah siapa coba, bukannya langsung mengakui rencana kotornya sendiri, malah berbalik berkilah, menyulut kemarahan Xian. Jelas saja Xian memilih mengirim pria tua tersebut lebih cepat ke neraka.

"Arsen!" Xian memanggil bawahannya, dimintanya pria berbadan kekar itu membuang jauh mayat menyedihkan Mr. Alfredo. Kemudian, Xian langsung pergi dengan tawa iblisnya yang membahana di seluruh penjutu rumah.

***

Hei, hei jangan takut bacanya ya🥱, karena ini masih bab pembuka, dan lagi klimaksnya masih jauh👉. Jangan lupa vote dan dukungannya, biar penulis lebih gencar a.k.a semangat buat up🙂.

See you👋

End Game 18+++ || Breathe #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang