Pertemuan I

13 5 2
                                    

"Ada hati yang tersesat melanglang buana, namun akhirnya dipertemukan jua."

Now Playing🎶
Andmesh Kamaleng ~ Ku Mau Dia

***

  *Mutiara POV

Tiba-tiba suara dering handphone ku memecah keheningan, ada pemberitahuan pesan masuk.

"Ra, hp kamu ada notif tuh." Kata Lazuardi yang sudah mulai angkat bicara setelah keheningan itu terjadi.

"Iya, Laz bentar ya aku cek dulu." Jawabku, lalu mulai mengambil handphone ku dari meja di sudut kamar ini.

Betapa terkejutnya aku, ternyata itu notifikasi dari Dewa. Dengan panik aku pun hendak memberitahu Lazuardi,

"Laz, Dewa Laz." Kataku.

"Dewa kenapa Ra? Yang tenang dong gak usah panik gitu." Jawabnya sedikit menenangkan.

"Sialan Laz! Dewa udah di perjalanan menuju kesini. Aduh gimana ini?" Aku semakin panik.

"Lah ko jadi panik sih? Harusnya kan kamu seneng. Jadi kalian mau gimana? Ketemu disini apa mau sekalian nge-date di luar?" Pertanyaan Lazuardi hanya semakin membuat diriku panik.

Logika ku membuncah, sungguh. Sudah hampir satu tahun aku tidak bertemu dengan Dewa, sekarang bagaimana ya dia? Kalau dilihat dari foto sih aku kurang bisa memprediksi karena terkadang hasil foto yang diambil akan berbeda dengan keadaan yang sebenarnya.

Apa tubuhnya sudah semakin tinggi? Apa dia sudah pernah sakit gigi? Jujur, giginya sangat sempurna dan dia sempat bercerita kepadaku bahwa dia belum pernah merasakan sakit gigi.

Ah! Aku sudah sangat tidak sabar ingin bertemu dengannya, ingin rasanya aku menepis segala realita tentang tembok pemisah yang memisahkan ini. Meskipun aku sangat sering bercengkrama dengannya lewat handphone baik itu telepon ataupun panggilan video, tapi tetap aja itu tidak nyata. Aku ingin dia.

Lagi-lagi dering handphone ku memecah lamunanku, kali ini dering telepon yang terdengar dan aku yakin itu pasti dari Dewa.

"Iya halo?" Ucapku frontal setelah mengangkat telepon darinya.

"Ra, kamu dimana?" Tanya dewa di seberang sana.

"Aku di kost-an." Jawabku singkat.

"Perlu aku jemput? Aku udah di taman kota nih." Tawarnya.

"Gak perlu, biar aku aja yang susulin kamu kesitu, tunggu ya gak jauh-jauh amat ko." Jawabku dengan wajah yang berseri-seri.

"Yaudah aku tunggu ya." Katanya

"Yaudah aku tutup ya teleponnya." Jawabku sembari menutup telepon dari Dewa.

Tuhan! Hari ini aku sangat senang.

"Gimana Ra?" Tanya Laz.

"Dewa udah di taman kota katanya, yaudah aku ganti baju dulu ya, eh bantu pilihin baju dong." Pintaku kepada Lazuardi.

"Yeh, kamu kan belum mandi Ra." Katanya mengingatkan.

Tak apalah, lagipula Dewa bukannya baru mengenalku satu bulan dua bulan. Kalaupun dia datang berkunjung ke rumahku, seringnya aku belum mandi hehe.

"Gak papa deh Laz, kayak yang baru pacaran sehari dua hari aja." Jawabku. Lazuardi pun berdecak kesal. 'ckck'

"Yaelah, Laz. Hari ini aku udah dapet dua decakan. Tadi pagi si ibu dibawah, sekarang kamu. Hadeuhh." Ucapku random kepada Lazuardi.

"Yaudah ini kamu mau dipilihinnya baju yang kaya gimana?" Tanyanya.

"Gimana Laz aja deh hehe, tapi aku mau pake celana jeans." Jawabku.

Akhirnya, Lazuardi pun mengeluarkan baju dari lemari kami. Ya, stelan anak rumahan biasa sih. Polo shirt dan celana jeans.

"Kamu keramas doang aja dulu, nanti rambutnya aku rapihin." Titahnya, Lazuardi memang yang terbaik. Akupun bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan rambutku.

10:30

Aku telah selesai dengan rambut yang entah Lazuardi apakan belakangnya, karena walaupun bercermin tetap saja aku tidak akan bisa melihatnya dengan jelas. Tadinya aku berniat meminta Lazuardi untuk memfoto rambut ku, tapi biarlah aku tidak peduli sekarang ini prioritas ku hanya bertemu dengan Dewa.

"Laz, yaudah aku berangkat ya. Byee." Aku pamit kepada Lazuardi.

Akupun berlari menyusuri tangga menuju pintu keluar sembari memesan ojek online, tapi lagi-lagi langkahku tertahan karena aku hampir menabrak si ibu.

"Wah, Neng Ra udah rapi-rapi gini mau kemana? Tumben gak bareng-bareng sama Neng Laz." Tanyanya.

"Ra, mau pacaran dulu Bu. Yaudah Bu, Ra pamit ya. Dadah." Lagi-lagi aku mendapatkan decakan yang ketiga.

Aku pun menaiki ojek online yang sudah aku pesan barusan. "Mba Mutiara ya? Taman Kota?" Tanyanya. "Iya bang, sesuai aplikasi ya." Jawabku. Si abang ojek itupun mulai melajukan motornya.

Sekitar lima belas menit diperjalanan, aku pun sampai di taman kota. Karena tadi aku ribet dan buru-buru jadi aku tidak sempat untuk mengabari Dewa. Akhirnya akupun berinisiatif untuk memulai panggilan video,

"Kamu dimana Dewa?" Tanyaku

"Lah, emang kamu dimana?" Bukannya menjawab dia malah bertanya balik kepadaku.

"Ini aku udah di halte." Kataku.

"Aku juga di halte." Jawabnya.

Betapa kagetnya aku melihat sosok laki-laki dengan jaket khas yang ia pakai saat pertama kali pertemuan itu terjadi. Wangi badannya yang khas pula pun sudah semerbak merasuki lubang hidungku ingin rasanya aku menutup mataku dan menikmati segala keajaiban yang terjadi di hari ini. Aku pun segera menutup panggilan video kami dan mulai menatap realita.

"Hai. Do you miss me?" Tanyanya tanpa ancang-ancang.

"Shit! I miss you so much. Eh, ngomong-ngomong suaramu sudah semakin besar hehe." Diapun unjuk gigi dan mulai mengambil ancang-ancang untuk memelukku, tapi aku menahannya karena aku ingat ini di pinggir jalan raya.

"Eh, jangan disini, malu." Cegahku. Seketika wajahnya pun memerah seperti udang rebus.

Aku sangat merindukannya!

******

Sukabumi, 8 Desember 2019

Hello, Readers! Akhirnya kita up lagi!

Kira-kira gimana nih ya kelanjutan pertemuan Mutiara dan Dewa? Apakah akan berjalan dengan mulus atau malah sebaliknya?

Mangkanya vote sebanyak-banyaknya supaya Lazuardi sama Mutiara nya good mood buat banyak cerita hehe.

Love you Readers 💕

Dewa PrawiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang