"Pertemuan Ada Untuk Memberikan Pelajaran Bahwa Perpisahan Adalah Pasangan Kausalitasnya"
Now Playing🎶
Tulus~Pamit***
Dewa menggenggam telapak tangan kiriku tanpa izin dan akupun mempererat genggaman kami. Ini yang aku rindukan darinya, frontalnya, kurang ajarnya, tidak sopannya. Aku tidak ingin hari ini berlalu terlalu cepat.
"Duduk di kursi taman?" Tawarnya tanpa basa-basi. Aku pun mengangguk sembari tersenyum tanda setuju. Kemudian Dewa pun menarik tanganku, menjadi peta sekaligus kompas untukku di siang hari yang tidak terlalu panas itu.
Sesampainya kami di kursi taman, Dewa memperkenankan aku untuk duduk terlebih dahulu. Tapi aku hanya diam berdiri seolah ada paku yang ditancapkan di kedua telapak kaki ku. "Aku hanya ingin bersamamu, tanpa ingin mendahului." Ucapku. Dewa pun tersenyum lalu kami duduk bersamaan.
Dewa menatap kedua mataku, tanpa kedip, seolah ia telah mati dalam keadaan membuka mata. Aku hanya bisa menikmati tatapan indah itu, indah manik matanya, manis paras wajahnya dan segala yang aku rindukan dari dirinya.
Perlahan ia pun menggerakkan tangannya menuju rambutku, mengacak-acak poniku sedikit sedangkan aku masih tetap terdiam tanpa berkedip sekalipun. Perlahan tangannya bergerak turun merambah ke wajahku.
Dengan suara agak berbisik dia berkata, "aku merindukanmu, Ra." Aku tetap terdiam tanpa kedip, tapi jiwaku berkelana mencari jawaban atas pertanyaan, "Sejak kapan Dewa seromantis ini?" Biarlah. Aku tidak perduli, yang penting ini bukan mimpi.
"Kamu betah disini?" Lagi-lagi dia bersuara.
"Antara betah dan tidak" jawabku.
"Pasti tidak betah karena tidak ada aku." Tebaknya, aku semakin kaget. Sejak kapan Dewa bisa sereceh ini? Ternyata jarak bisa mengubah karakternya.
"Hmm tidak juga sih." Jawabku lagi.
"Lalu?" Tanyanya.
Maksudnya apa? Mengapa bahasa nya berubah seperti orang-orang yang puitis begini? Padahal jika di chat atau di telepon dia tidak pernah se-puitis ini. "Aku sudah terbiasa terpisah dari kamu, lagipula kalaupun aku diam di kampung kamu juga tidak sering menemui ku kan?" Kataku menyudutkannya. Dia hanya unjuk gigi.
"Bagaimana sekolahmu? Band mu lancar?" Aku kembali bersuara.
"Sekolahku baik, tidak ada bangunan yang runtuh, malah sudah membangun ruangan baru. Band ku juga lancar, gitarist masih memegang gitar, drummer masih memainkan drum semuanya berjalan normal." Jawabnya sembari setengah tertawa. Aku kesal!
"Dewa!" Aku memanggil namanya.
"Iya apa Mutiara?" Tanyanya sembari memperbaiki posisi duduknya yang tanpa sadar sudah di ujung kursi.
"Tidak ada apa-apa." jawabku lgi.
Kemudian Dewa meraih kedua telapak tanganku, lalu meletakkannya pada kedua pipinya. "Aku rindu kamu melakukan ini kepadaku tanpa harus aku yang mengarahkan tanganmu seperti ini." Ungkapnya sembari menatap kedua mataku lagi. Aku tersenyum lalu mencubit kedua pipinya.
"Kamu rindu ini hah? Hahaha." Dewa berusaha melepaskan tanganku dari kedua pipinya, tapi aku tidak ingin melepaskannya.
Tiba-tiba terdengar dering handphone berbunyi menandakan ada panggilan telepon yang masuk, "Eh, itu suara hp siapa?" Tanyaku sembari melemaskan cubitanku dipipinya. Aku mengedarkan kedua mataku memastikan bahwa ada handphone orang lain yang berbunyi.
![](https://img.wattpad.com/cover/207100242-288-k745549.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Prawira
Roman pour AdolescentsSemesta selalu memiliki cara yang unik untuk mempertemukan manusia dengan sesuatu yang lainnya. Mempertemukan para Dewa dengan sebutir mutiara yang tersimpan tenang dimulut kerang serta mempertemukan para Prawira kerajaan dengan lazuardi yang ditemp...