Dusk(8)

43 3 0
                                    

Cianara masih betah dalam lamunannya, pikirannya dipaksa melayang membayangkan bagaimana laki-laki itu berhasil menjebak relungnya, dan secepat itu menduduki hati Cianara.

Siapa yang tidak akan berperang dengan degub jika diperlukan semanis itu oleh laki-laki.

Oh yaampun kaum Adam satu itu memang sudah berhasil membuat pikiran Cianara gila saat ini.

"Heh"

Sebuah toyoran di jidat Cianara berhasil menyadarkan ia dari lamunannya.

Cianara memejamkan mata dan menarik nafas dalam-dalam, dia sedang menyiapkan amunisi untuk perang. Sudah dapat diduga kedatangan curut satu itu tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mengusik Cianara.

Sore yang harusnya dinikmati dengan tenang, malah jadi bencana sebab kedatangan Deyasa.

"Heh Deyas bisa ga gausah ngajak ribut" Cianara membalas toyoran Deyasa

"Ya lagian setiap gue kemari, lo pasti lagi ngelamun. Ganti hobi?"
Deyasa mengangkat sebelah alisnya

"Ngajak perang beneran emang ini bocah"

Cianara bersiap siap untuk menerkam Deyasa

Deyasa yang paham dengan macan yang sedang kelaparan ini, sudah memasang ancang-ancang untuk kabur.

"Sini lo woy"

Cianara mengejar Deyasa yang sudah ngibrit keluar dari kamarnya.

Mereka berdua lari mengelilingi rumah Cianara sudah seperti kucing dan dan tikus.

"Gabakal bisa lo ngejar gue"
Cianara yang geram semakin ingin memakan Deyasa.

Carera yang sedang menonton tv dibuat heran dengan kelakuan dua manusia yang sekarang sedang kejar kejaran sambil naik turun sofa itu. Sudah sma tapi jiwanya masih seperti anak paud.

"Yaampun kalian berdua ga cape apa? Rera yang liat aja cape loh"

"Maaf ra, kakak harus bunuh curut satu ini" Cianara terus mengejar Deyasa.

"Bagus kak, bunuh aja bunuh"
Carera terbahak bahak

Sedang Deyasa melotot mendengar Carera malah mendukung Cianara.

Deyasa lari kearah dapur, dan bersembunyi dibelakang Kinanti yang sedang memasak.
"Bunda bunda tolongin Deyas bun, Deyas mau dimakan sama Cian"

"Sini lo, emang demen banget ya buat gue naik darah" Cianara berdiri didepan Kinanti dan menatap jambul hitam yang ada dibelakang Kinanti sambil berkacak pinggang

"Astaghfirullah ini kenapa sih kok pada kaya kucing sama tikus gini"

"Cian bun yang ngejar ngejar Deyas"

"Engga bun, Deyas duluan yang ngajakin Cian perang"

Kinanti menggelengkan kepalanya, mereka berdua ini memang sahabat yang unik, kalau tidak bertemu pasti sok sokan kangen, tapi kalau bertemu ya begini, selalu ada bahan untuk diributkan.

"Kamu sih Deyas, cewe pms diusik"
Kinanti terkekeh sambil memotong bawang merah.

"Oh pantesan lebih ganas dari biasanya" nafas Deyasa tersenggal

"Heh apa lo bilang barusan"
Cianara menjambak rambut Deyasa dengan kuat, iya sangat kuat, sambil beberapa helai rambut Deyasa rontok ditangan Cianara.

"Buseet ciaaan sakit bego. Lepasin wooy"

"Udah Cian, walaupun jelek gitu Deyas juga manusia"
Entah membela atau menghina, ah tidak perduli, yang penting jambakan maut dari tangan Cianara sudah lepas dari rambutnya yang membahana itu.

"Udah ah, cape gue" Deyas duduk di kursi meja makan sambil mengelapi peluh yang membasahi dahinya sampai merembas ke bajunya

"Sama gue juga" keringan Cianara juga tidak kalah dari keringan Deyasa.

Kinanti terkekeh, memang aneh mereka berdua ini. Tadi kejar-kejaran sudah seperti kucing dan tikus, sekarang malah akur akur saja sambil memakan tempe goreng.

Dasar human.

***

Sekarang mereka sedang duduk ditaman belakang rumah Cianara. Kinanti sendiri yang menyuruh mereka kesana, karena takut merusuhinya memasak katanya.

Mereka sedang sibuk memakan kentang goreng.

"Cian"

"Hm"

"Lo deket sama si Agam itu ya?"

Memang itu dari tadi tujuan Deyasa kemari.

"Dih enggaa"

Deyasa sudah menduga Cianara pasti mengelak

"Ah ngaku lo, gue sama Aruni sering kok ngeliat lo sama Agam"

"Gue ga yakin Yas"

"Hah ga yakin kenapa?" Deyasa mengubah posisi duduknya menghadap Cianara.

"Perasaan gue sendiri"

"Gue rasa Agam suka tuh sama lo"

Cianara menatap Deyasa membenarkan apa yang dikatakan laki-laki itu satu detik lalu.

"Tapi gue ga suka ah lo deket sama dia?" Deyasa mengubah posisi duduknya lagi menghadap ke depan.

"Dih kenapaa?"
Cianara mengernyitkan dahinya.

"Lo jadi ga ada waktu buat gue"

"Dih ga mikir ya lo, dulu pas pdktan sama Aruni lo juga gapernah ada waktu tuh buat gue" Cianara berbicara sedikit nyolot.

Sedang Deyasa hanya diam, mengingat satu tahun lalu saat ia mendekati Aruni, memang ia sama sekali tidak punya waktu bersama Cianara.
"Dih tapi kan setelah jadian, gue tetep sering bareng lo. Nebengin lo, beliin lo makanan, dan nistain lo pastinya."

"Heh secara ga langsung lo tuh lagi nistain gue kampret" Cianara mendelik

"Asik sih" ucap Deyasa santai

"Asik gundulmu" Cianara memutar bola matanya malas

"Tapi gue bingung, Ci"

"Lah kaya manusia aja sok bingung"

"Seriusan inii" ingin sekali Deyasa menjambak rambut wanita iblis ini

"Iya iyaa, bingung kenapa dah?"

"Sekarang Aruni jadi agak posesif masaa" netra Deyasa mengarah ke kornea Cianara

Cianara diam sesaat lalu buru-buru menjawab.
"Ya wajar lah Yas. Namanya juga pacar, gimana sih lo? Nih ya harusnya lo tuh seneng karena di posesifin sama cewe lo, itu berati dia tuh sayang beneran sama lo. Ah paok lo kadang-kadang"

"Gitu yaa" Deyasa hanya mengangguk-anggukan kepalanya

Cianara yang kesal menoyor kepala Deyasa yang dihadiahi jitakan dari Deyasa.

Sesaat kemudian mereka saling diam. Hanyut dalam pikirannya masing-masing.

Vote and coment teman teman:')

DuskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang