Dusk(12)

32 2 0
                                    

Gelakmu adalah irama paling merdu yang pernah singgahi telinga.

----------------------------------------------

Laki-laki itu sedang duduk di balkon kamarnya, ia sedang asik dengan pikirannya, memikirkan sesuatu yang belakang ini sukses mengotak-atik perasaannya.

Gadis unik yang sudah beberapa bulan ia kenal itu telah berhasil menjajahi relungnya. Membuat Agam lupa bahwa masa lalu pernah mencetak perih direlungnya.

Namun setelah kepindahannya ke kota hujan ini, hidupnya berubah. Masa lalu itu sekarang hanya ia anggap sebagai kenang, perihnya sudah hilang.

Cianara penyebabnya? Mungkin.

"Agam ngapain disini?"

Tidak ada jawaban dari empunya nama.

"Agam"

"Kesambet ini jangan-jangan"
Nayla geleng-geleng melihat putranya yang sebegitu fokusnya dalam melamun. Entah apa yang sedang dipikirkan

"AGAM!"

Agam terperanjat sebab pekikan Nayla. Ia baru sadar bahwa dari tadi ia sedang melamun.
"Eh mama apaan si ngagetin aja"

"Ngagetin gundulmu, dari tadi mama tuh manggilin kamu ga nyaut nyaut. Ngelamun aja, mikirin apa sih?"

Agam hanya menggaruk kepalanya yang tidak benar-benar gatal.

"Ada masalah?"

Agam hanya menggeleng

"Gak mungkin orang ngelamun kalo lagi gak mikirin sesuatu" Nayla ikut duduk disebelah Agam

"Agam udah berhasil lupain dia" Agam menatap kearah mamanya

Nayla tersenyum.
"Emang udah sepatutnya kamu lupain dia. Masih banyak kok perempuan diluar sana. Masih ada Cianara juga."

Agam hanya terkekeh mendengar nama itu. Nama yang belakangan ini memang selalu mengisi pikirannya.

"Loh kok malah senyum senyum sendiri. Waras gak sih kamu Gam?" Nayla memegang dahi Agam. Dia merasa ada yang tidak beres dengan putra semata wayangnya ini.

"Mama apaan sih" Agam menyingkirkan tangan Nayla dari dahinya.

Sementara Nayla hanya terkekeh, iya tau bahwa putranya itu sedang kasmaran.

"Menurut mama, Cian gimana?"

Nayla terlihat berpikir
"Mmm menurut mama Cian baik, anaknya lucu, asik pula. Sepemikiran sama mama"

Agam hanya tersenyum, tapi senyumnya benar benar penuh arti.

"Kayak nya kamu beneran suka ya sama Cian?"

"Bukan sekedar suka ma, Cian tuh udah buat Agam lupa kalo Agam pernah gagal moveon" Agam terkekeh

"Yaudah perjuangin doong"

Mamanya benar, ia harus berani mengatakan semua yang dirasa selama ini. Ia harus menjadikan gadis itu sebagai gadisnya.

***

Seperti biasa, Cianara sedang mendengarkan guru mendongeng dikelas, yang sedari tadi tidak ada tamat nya sama sekali.

Tapi mungkin keberuntungan sedang berpihak padanya hari ini, bel istirahat berbunyi, dan semua murid paham apa yang harus dilakukan saat mendengar bel itu, terutama Cianara.

Ia segera memasukan buku-bukunya ke tas, dan ia mengingat sesuatu.

"Arta pulpen gue mana?"

"Loh kemana ya perasaan tadi gue taro sini deh" Artha menunjuk meja Cianara

DuskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang