Dusk(9)

44 3 0
                                    

Pulang sekolah Deyasa mengajak Cianara pergi, entah kemana. Cianara tidak memusingkan kemana laki-laki itu akan membawanya pergi.

Hanya saja tumben sekali Deyasa punya waktu untuk Cianara, padahal biasanya jika pulang sekolah begini sudah pasti Aruni sudah menunggunya didepan kelas.

Atau mungkin karena percakapan mereka kemarin sore ditaman belakang rumah Cianara? Mungkin.

"Kita mau kemana?"

"Kemana aja"

Cianara menghela napas.
Sudah berkali-kali ia menanyakan itu dan sudah berkali-kali juga ia mendapatkan jawaban yang sama.

"Tumben banget lo ga sama Aruni" Cianara menghidupkan radio yang ada di mobil Deyasa.

"Sesekali gapapa dong, gue sama lo"

"Heleeeh sok-sokan banget sumardiii" Cianara memukul pelan lengan Deyasa

Deyasa tertawa sambil menoyor kepala Cianara.

"Tadi gue udah ijin kok sama Aruni"

"Terus dia ngijinin?"

"Dengan senang hati katanya"

Sedang Cianara hanya ber-oh ria.

***

Langkah Cianara tercekat, pandanganya berkelana kesegala sudut tempat itu.

Sekarang mereka sudah ada di pinggir danau, lumayan jauh dari komplek rumah mereka, tapi tidak terlalu jauh dari perkotaan di Bogor.

Mereka hanya diam, sibuk bergelut dengan pikirannya masing-masing.

Cianara mengingat beberapa tahun lalu, saat Deyasa belum bersama Aruni mereka amat sering kemari, hanya sekedar bermain atau saling menghibur jika salah satunya sedang tidak dalam keadaan yang bahagia.

Tidak, Cianara tidak menyalahkan Aruni, hanya saja semenjak bersama gadis itu, Deyasa berubah menjadi laki-laki yang super bucin. Yang akan selalu menuruti kemana Aruni mau. Seakan menciptakan sekat untuknya dan Deyasa.

Cianara paham dengan sifat Aruni. Ya siapapun wanita di dunia ini pasti tidak ada yang suka jika kekasihnya lebih dekat dengan wanita lain dibanding denganya kan?

Deyasa menggenggam jemari Cianara. Tidak mengatakan apapun. Hanya saja tatapan dari nertranya seakan mengajak Cianara hanyut dalam masa-masa itu.

Mengenang saat dimana hanya ada persahabatan mereka berdua dan tidak ada perasaan lain yang harus mereka jaga.

"Ini semua terlalu berarti ya Ci, buat dilupain."

"Gue gapernah berusaha ngelupain tempat ini Yas."

"Sorry ya"

"Untuk?"

"Gue sempet ngelupain tempat ini"

Cianara diam. Ia sangat amat paham omongan Deyasa barusan.

"Btw gue kangen tempat ini, bukan kangen sama apa yang pernah kita lakuin disini, apalagi sama lo, yaampun sukur-sukur gue lupa"

Tuhkan, Deyasa ini sangat pandai membuat Cianara kesal. Bagaimana tidak, beberapa menit lalu Deyasa bersikap teramat manis, dan beberapa menit kemudian kembali menjadi Deyasa yang menyebalkan.

DuskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang