Dear Senja, aku menemukanmu dalam secarik kertas yang ku tulis beberapa waktu silam. Dalam tumpukkan yang begitu semrawut di sudut kamarku, yang akan sulit untuk mencarimu itu fikirku tadinya. Namun ternyata menemukanmu tak sesulit pikiranku, kau terlalu bersinar disana di antara begitu banyaknya kesemerawutan yang menindih punggungmu, hipotesaku terbantah lagi, kau tetap bersinar diantaranya dengan senyum merekah dan tatapan cerah.
Pena-ku sudah agak luntur disana terhapus kertas lainnya yang terlalu kuat menekanmu, namun sekali lagi itu tak mengurangi keindahanmu dimataku, keadaanmu tak begitu mengkhawatirkan, tetap halus hanya di beberapa sudut yang agak kusut tapi itu bukan masalah besar untuk ditakuti. Karena yang terpenting disana adalah makna yang bersembunyi, makna yang sangat berarti bagiku, yang merupakan ungkapan kebahagiaan ku yang pernah bertemu sosok indah dalam jasadmu.
Senja, apa kau tau, mengapa kertas-kertas ini amat bermakna untukku saat ini? Karena sekarang hanya kertas-kertas ini yang begitu nyata bagiku. Tak adalagi yang nyata bagiku sekarang, saat ini semua seakan fana tak berwujud, atau bahkan ia nyata namun sayangnya tak dapat kugapai wujudnya lagi karena aku tak lagi menemukannya, aku lelah mencarinya, setiap celah telah kusinggahi, namun lagi-lagi hanya debu dan serangga yang selalu kutemui disana.
Kau pergi terlalu cepat Senja, bahkan aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal padamu, aku tak sempat menitipkan pesan untuk jiwa dalam jasadmu, dan bahkan aku belum memberitahumu berbagai kebahagian yang kucapai berkatmu serta keterpurukkan jikalau kau pergi meninggalkanku. Namun sudahlah hari tetap akan berganti, Senja akan muncul kembali ditempat lain yang tentu saja tempat yang ia kehendaki, senja akan terus berputar menyinari seluruh manusia di alam tuhan ini.
Disaat semua ini berlalu, aku harus menyadari bahwa Senja bukanlah milikku ia adalah milik sang pencipta yang kuimani. Keegoisanku patah bukan karenamu, namun sang pencipta yang melakukannya padaku, entah apa alasannya, aku belum menerima jawaban darinya atas pertanyaanku ini. Yang jelas ia memisahkannya begitu jauh hingga aku bahkan tak dapat melihatmu lagi beberapa hari kebelakang. Ia terlalu menyiksaku, namun ia juga berpesan untukku agar aku tak mudah menyerah dan kalah dalam setiap keadaan yang akan kulewati.
Senja, lewat kesempatan ini, aku hendak menyampaikan salamku, pada jiwa yang bersembunyi dalam jasadmu. Sampaikan padanya jangan terus bersembunyi, muncul lah kepermukaan jasad yang kau tumpangi itu, buat jasad itu bersinar dengan ketulusanmu, hilangkan semua aura negative yang hendak mengganggunya. Karena aku tahu kau begitu indah untuk menutupnya dan bersembunyi terus. Maka, muncullah jadikan lingkunganmu sepertiku, orang-orang yang optimis dan mewujudkan mimpi-mimpi mereka berkatmu.
Aku akan terus mencarimu, hingga ke sela terkecil yang mungkin kau singgahi. Tak perlu merasa terganggu dengan ucapanku ini, aku takkan mengganggu tugasmu untuk menyinari seluruh manusia di permukaan alam. Hanya sama seperti yang lain, aku hanya membutuhkanmu, hanya itu saja. Maka muncullah seperti biasa, ditengah manusia yang selalu mencarimu dan membutuhkanmu termasuk aku yang akan selalu menunggu.