Menulis adalah pelarian, pelarian dari segala perasaan dan emosiku. Maka menulis adalah hal yang paling kusukai saat ini, dikala aku merasakan sesuatu yang kurang nyaman dalam diriku, disaat kurasa dunia membenci dan menyudutkan ku kepada suatu titik yang menurutku sulit untuk ku lampaui, oleh karena itu aku menulis hari ini dan akan terus kulakukan jika esok bukanlah hari yang baik untuk memperbaiki situasi yang kualami ini.
Terkadang memang perasaan itu bersifat kurang konkret atau sebenarnya, ia bisa menjelma menjadi sebuah hal yang abstrak seperti opini, imajinasi atau hal abstrak lainnya. Namun dampak dan efek yang diberikan sama besarnya dengan perasaan konkret, suatu yang abstrak dapat menjadi seakan nyata dengan logika yang mengkontruksi sebuah imajinasi realis yang membuatnya memberikan after impact yang sama.
Saat ini imajinasi realis ku tengah membangun sebuah deskripsi yang di detailkan menggunakan logika berfikirku, membuat sebuah gambaran yang hampir nyata terbangun dalam perasaanku. Sebuah gambaran yang membuatku menerima dampak yang sama dengan sesuatu yang konkrit yang telah kujelaskan sebelumnya, dan kini aku benar-benar merasakan sesuatu yang nyata, berdasarkan kontruksi tersebut.
Aku tengah berada di sebuah gambaran dimana aku berada di sudut buntu dalam perjalananku, hal yang tadinya kufikir merupakan pilihan jalan yang benar, namun membawaku ke sudut ini, melangkah mundur seakan menjadi satu-satunya jalan, karna hingga sejauh ini tak kutemukan celah yang bisa kuambil untuk melampaui sudut ini.
Namun hidup ini telah mengajarkanku satu hal, bahwa setiap jalan yang kita pilih bukanlah point terpenting bagi dunia, bukan karena tidak penting, namun karena tujuan merupakan hal yang akan menjadi point terpenting. Dahulu ku berfikir bahwa banyak orang yang egois di muka bumi ini, yang hanya menilai seseorang dari tujuan yang telah digapainya saja, banyak orang tak menghargai proses yang orang lain lakukan, namun tetaplah kegagalan dan kesuksesan yang akan di nilai orang lain.
Seperti contoh seorang anak bernama Cindy yang duduk di kelas 5 SD di sekolah swasta ternama di Jakarta dalam menghadapi ujian akhir yang akan ia hadapi hari ini, Cindy menyiapkannya berbulan-bulan sebelum hari ini tiba, namun disayangkan sekali hasil yang didapatkannya tidak maksimal bahkan dapat dibilang gagal, maka orang lain akan menilai bahwa Cindy "Gagal", sesederhana itu alur putaran bumi ini.
Maka hari ini akan kujelaskan pada kalian, bahwa tujuanku masih jauh dari kata sukses, tujuanku sangat sederhana namun dengan jalan dan alur yang tak semudah kalian fikirkan jalan yang rumit dan terhalang kabut kerap ku jumpai selama ini, namun itu bukanlah tujuan perjalananku oleh karena itu mungkin ini bukan menjadi bagian penting bagi kalian, mari kita segera beranjak sebelum dunia berhenti berputar.
Tujuan ku adalah rumah, rumah dalam bentuk maupun dalam sifat. Kedua hal yang mungkin belum kurasakan secara baik selama aku berjalan dari awal perjalananku. Namun kini keduanya telah kuketahui dan kudapatkan kemana aku harus mendapatkannya. Hanya saja perjalanan yang panjang dan tertutup kabut kembali menyapaku diantara istirahat dan tujuanku yakni rumah tadi.
Sekian gambaran dari perjalananku, tak kulengkapi karena belum cerita ini tak dapat ku usaikan saat ini, banyak perjalanan dan proses yang masih harus ku lampaui, aku hanya berharap kau sabar dalam penantian dan dapat menjadi rumah yang baik bagiku kelak sesuai tujuanku, agar semua keringat dan hembusan nafasku dapatku ceritakan sebagai sebuah legenda pada para penghuni rumah kelak, dan pesanku tunggulah dengan penuh penghargaan.