19

509 74 10
                                    

Jinhwan berguling kesana kemari diatas ranjang, tubuh mungilnya terbungkus selimut tebal utuh hingga batas leher. Hanya menyisakan kepala berambut hitam panjang yang terlihat. Gadis itu merengek sendiri tidak jelas dan sesekali memekik tertahan dengan wajah merah padam. Rambut panjangnya sudah kusut tak karuan sebab sudah dari dua jam yang lalu ia seperti itu, sejak Hanbin mengantarnya pulang.

Jinhwan kini membawa tubuhnya tengkurap masih dengan tubuh dalam gulungan yang sudah hampir menyerupai ulat, membenamkan wajah pada bantal sembari sesekali menggigiti gemas bantal itu.

.

Drrrrtttt... Drrrttttt...

Jinhwan terlonjak kaget oleh getar disusul dering ponsel miliknya di nakas dekat tempat tidur. Ia hanya mendongakkan kepala tak berniat untuk meraih benda pipih yang bergerak-gerak efek getaran cukup keras.
Namun setelah beberapa detik dibiarkan benda itu tak jua berhenti berdering, jinhwan jadi mengerang kecil kemudian mengeluarkan sebelah tangan dari balutan selimut meraih ponsel, menempelkan benda itu ke telinga masih dengan posisi tengkurap.

"Hal-"

"Tidur."

"Huh?"

Jinhwan tersentak kaget mendengar suara Hanbin di sambungan telepon serta merta ia mengubah posisi menjadi duduk dengan menekuk kedua lutut kedepan.
Gadis itu mengerjapkan mata, menjauhkan ponsel dari telinga menatap horor layar menyala yang menampilkan aktivitas sambungan telepon masih berlangsung dengan nama Hanbin tertera disana.
Jinhwan menelan ludah, dengan tangan agak gemetar karena gugup kembali mendekatkan ponsel ke daun telinga kanan.

"Oppa...." cicit gadis itu lirih.

"Hm"

Jinhwan mengigit pelan bibir bawah. Dia keluarkan tangan satunya lagi dari balik selimut lalu menarik selimut dengan tangan kirinya yang sudah bebas. Merapatkannya erat dengan tubuh meringkuk memeluk kedua lututnya sendiri dengan sebelah tangan seolah dia tengah berada di tempat terbuka di musim dingin.

Beberapa detik tak ada suara yang keluar dari bibir keduanya, hanya diisi gemerisik dari deru teratur nafas masing-masing hingga Hanbin di seberang sambungan menghela nafas panjang.

"Jinani.."

Suara rendah Hanbin kembali terdengar diujung sambungan, memecah keheningan singkat.

"Ne.." jawab gadis itu dengan suara sedikit parau.

"Sudah malam... Tidur"

"Huh? Ba-gaimana oppa tahu?" Jinhwan mengangkat kepala yang sedari tadi menumpu pada kedua lutut, mengerjapkan mata bingung.

"kau mengangkat panggilanku" Terdengar kekehan renyah Hanbin di ujung sana.

"Aa... Aah... Hehe"

"Jangan tidur terlalu larut"

"Hm, Tapi belum mengantuk"

Jinhwan kembali menghempaskan tubuh diatas ranjang lalu menggulingkan tubuh ke sisi kiri ranjang. Hanbin diseberang sana kembali diam, Jinhwan jadi semakin intens menggigiti bibir bawahnya.

"Jinan... Dengar" jeda.
Kemudian helaan nafas hanbin kembali terdengar jelas sebelum pemuda itu melanjutkan. " aku menyuruhmu memikirkannya tapi tidak berarti kau harus memikirkan itu semalaman"

"Eum..." Jinhwan hanya menggumam kecil dan tanpa sadar membawa jemari tangan kirinya menyentuh bibirnya sendiri.

"Sekarang, pergilah tidur."

THAT SUNBAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang