3 | RagaAgatha✨ : Topi dan Dua Poin Merah

81 34 5
                                    

Masih teringat jelas ketika aku bisa menatap wajahmu dari dekat.

Agatha♪

🌜🌕🌛

Ceroboh.

Satu kata yang selalu mewakili Agatha. Sudah berapa kali ia selalu lupa membawa topi ketika hari Senin? Sudah berkali-kali, dan Agatha yakin jika Pak Hamrin-guru BK botak itu pasti bosan menulis poin merah di buku sakralnya.

Agatha sudah membongkar seluruh isi tasnya namun tidak ada, rasanya ia sudah menyiapkan topinya di dalam tas, namun kenapa sekarang tidak ada?

Agatha gelisah. Upacara sudah mau di mulai dan dia mulai sibuk mencari-cari topi di setiap sudut kelasnya, berharap ada topi yang tidak berkepemilikan bisa ia pakai, namun sayang, itu semua hanyalah harapan.

Sama halnya dengan sahabatnya-Rose, cewek cantik nan jelita itu juga nampak khawatir. Beberapa kali ia menanyai teman-teman sekelas yang ingin berjalan keluar kelas, mengenai apakah ada yang membawa topi SMA cadangan. Namun semua tidak membawanya dan memilih keluar kelas menuju lapangan outdoor, ketimbang membantu ke dua cewek itu mencari topi.

"Lo dapet Rose?" tanya Agatha kepada Rose. Rose menunjukan kedua tangannya yang kosong kepada Agatha. "Gak Tha, gimana nih?" ucap cewek itu setengah memekik.

Agatha mengigit jari, jika ia lupa membawa topi dulu, ia bisa meminjam topi ke anak PMR yang berada di ruang UKS untuk menangani murid-murid yang sakit dan pingsan. Namun itu dulu, sebelum akhirnya sekarang di ruang UKS ada guru yang menjaga. Kalau ketahuan meminjam, mati lah dirinya.

Dengan sangat-sangat berat hati Agatha harus rela poin utamanya dikurangi oleh poin merah dan rela di hukum untuk hormat kepada bendera Merah Putih di lapangan karena sudah beberapa kali ini ia selalu mengulangi kesalahannya. Sudah panas karena matahari yang sangat terik, ditambah lagi ia harus menjadi sebuah tontonan gratis penghuni sekolah. Mau di taruh dimana mukanya? Di dengkul? Sudah cukup otaknya saja yang di dengkul, mukanya jangan.

"Ya udah gak papa Rose, kita ke lapangan aja, sebelum ada anak OSIS yang patroli," ucap Agatha dengan raut wajah yang lesu. Rose hanya menurut, mereka lalu berjalan menuju lapangan outdoor dengan melewati koridor kelas dua belas yang sepi. Semua orang nampaknya sudah ke lapangan outdoor kali ini.

Hingga di pertigaan koridor yang mereka lewati, Agatha harus kena apes lagi, dimana ada seorang cowok yang tengah berlari menabrak bahunya kuat, membuat Agatha terjatuh. Rose yang menahan tubuh Agatha pun hampir ikut limbung ke bawah. Agatha meringis menahan nyeri di bokongnya.

"Maaf gue buru-buru!" seru cowok itu sedikit menoleh ke arahnya, namun tetap berlari ke arah depan, yang Agatha yakin menuju ke kelasnya. Agatha tau siapa cowok itu. Dia adalah Raga, cowok yang Agatha tau mempunyai otak di atas rata-rata yang bisa membuat orang kagum kepadanya, di tambah lagi statusnya yang merupakan cucu pemilik sekolah dan wajah yang rupawan.

"Ih, gak tau diri! Sopan apa minta maaf kayak gitu?" sebal Rose ketika melihat kepergian cowok itu, mengagetkan Agatha yang melamun. "Lo gak papa kan Tha?"

Agatha tersenyum kikuk. "Gak papa kok, ayo ah ke lapangan."

Ketika kaki itu kembali melangkah ia menginjak sesutu, ada sesuatu yang Agatha sadari di bawah kakinya. Segera ia menunduk dan melihat sebuah benda yang sangat ia butuhkan.

"Topiii!" senangnya dan mengambil benda yang tergeletak di bawah dan membersihkan topi itu karena ia injak sebelumnya. Tangan itu melihat ke bagian dalam topi, ingin mengetahui siapa pemilik topi ini namun Rose segera menarik tangan Agatha dengan cepat, mengurungkan niatnya untuk melihat nama pemilik topi itu. "Ada anak OSIS Tha!"

RAGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang