16 | RagaAgatha✨ : Barista

31 10 0
                                    

Kehadiranmu membuat bahagia, walau pun aku menyadari jika kamu tidak bisa untukku.

Agatha♪

🌜🌕🌛

"Barista kita dari mana saja ... mas heran, kenapa kalau mas lagi kepingin kopi, pasti kamunya enggak ada," kekeh Bayu dengan logat Jawanya yang kental.

Agatha yang mendengar itu hanya tersenyum malu. Tangannya bergerak memakai celemek khas barista-nya. "Maaf mas, saya tadi habis dari toilet." Agatha lalu mengambil gelas di hadapannya. "Kopi yang seperti biasanya mas?"

Bayu tersenyum, pria itu membenahkan letak kaca matanya yang melorot. "Iya, nanti suruh saja Radha atau Rani antarkan ke ruangan saya."

Agatha memgangguk. "Iya mas. Lima menit lagi kopinya bakalan ada di ruangan mas.

Di Cafe Batavia-lah Agatha menjadi bekerja sebagai barista kopi semenjak enam bulan yang lalu. Cafe ini cukup terkenal dan ramai karena rasa kopinya yang menjanjikan serta aura tempatnya yang terbilang kalem dan santai. Nuansa warna coklat, krem, dan putih yang bersatu padu dengan kerapian dan kebersihan cafe ini, bisa menciptakan suasana nyaman.

Agatha bekerja pada hari Senin, Selasa, dan Rabu dan selalu mendapatkan bagian malam, karena pada pagi harinya Agatha harus bersekolah. Sedangkan di hari selain Senin, Selasa, Rabu dan bagian siang, posisinya sebagai barista akan di gantikan oleh ke tiga barista lainnya.

Ngomong-ngomong juga, Mas Bayu yang di maksud Agatha tadi adalah pemilik Cafe Batavia–atasannya. Bayu adalah salah satu tetangganya, tidak heran jika Mas Bayu sangat akrab dengan Agatha. Bayu juga merupakan mahasiswa semester lima di Fakultas Psikologi yang lumayan terkenal di Jakarta. Di umurnya yang masih sangat muda, Bayu sudah bisa mengembangkan bisnisnya ini. Agatha bahkan sampai iri melihat Bayu. Bayu beruntung, karena di dukung oleh orang tuanya yang kaya.

Tring...

Suara bel yang di tempatkan di atas pintu cafe berbunyi, tanda ada pengunjung yang masuk ke dalamnya. Segerombolan cowok—beranggotakan lima orang itu masuk dengan canda tawa yang membuat pengunjung cafe tertarik untuk tidak mengalihkan mata mereka.

"Eh itu bukannya Sean yang vokalis band SHAGA itu ya?"

"Eh bener! Temen-temennya juga pada ganteng-ganteng lho!" kata Radha dan Rani, dua pelayan cantik yang umurnya dua tahun di atas Agatha itu, sepertinya asyik sekali mengobrol semenjak Sean dkk duduk di pojok cafe. Terlihat ke lima cowok itu bercanda dan tertawa bersama. Mereka nampak mencolok dari sekian pengunjung yang ada di cafe ini. Selain karena ketampanan mereka, mereka juga paling berisik di sini.

Agatha yang sedari tadi juga memperhatikan dan mendengarkan kedua cewek cantik itu hanya mengulum senyumannya. Jika Radha dan Rani kini tengah memperhatikan Sean, maka Agatha kini tengah memperhatikan Raga yang terlihat keren malam ini. Cowok itu menggunakan kaos hitam yang dibalut jaket denim yang bisa memanjakan mata Agatha sejenak, sebelum ia kembali ingat akan pesanan Bayu.

Dengan cekatan dan telatennya, Agatha di balik meja pantry membuat kopi luwak spesial yang menjadi andalan Bayu. Tidak kurang dari dua menit, pesanan itu pun selesai. Lalu Agatha tidak sengaja mendengar ucapan Rani yang membuat Agatha melirik ke arahnya.

"Gue layanin meja mereka dulu ya." kata Rani sambil berjalan menjauh. Radha yang melihat Rani yang tengah mengambil kesempatan emas untuk mendekati kelima cowok itu hanya bisa mendengus dan menggerutu. "Rani culas!"

"Bukan culas, dia cuma gercep aja mbak." Agatha menyahut, sedangan Radha yang mendengar itu hanya bisa cemberut. "Ah Thaaa, gue kesel banget deh. Bisa-bisanya Rani ngambil kesempatan." Agatha hanya membalas perkataan Radha dengan kekehan.

RAGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang