12 | RagaAgatha✨ : Panti Asuhan

50 19 0
                                    

Dibalik semua ini, ada seseorang yang menantikanmu.

Raga♪

🌜🌕🌛

Agatha memutuskan pilihannya untuk duduk di halte. Panas terik matahari dan ia lelah berjalan kaki, itulah alasan cewek itu untuk rehat sejenak mengumpulkan energi-energinya yang seakan terserah cahaya panas itu.

Uang yang ia bawa tersisa sedikit karena tadi pagi sudah ia gunakan uang untuk naik ojek, lagi pun Agatha juga tidak bisa boros-boros sekarang, karena ia belum gajian dan ia harus menabung untuk keperluan kedepannya.

Duduk di bangku panjang itu sambil bersandar menatap luas jalanan macet yang seperti tiada usainya. Agatha lalu mengeluarkan sebotol air minumnya yang memang ia bawa dari rumah, dan meneguknya pelan-pelan.

"Hari ini panas banget, mana lupa bawa payung lagi gue," keluh Agatha. "Mana masih jauh banget..." sambungnya lagi. Agatha mengelap keringat yang mengalir di pelipisnya masih betah berlama-lama duduk, beristirahat agak lama mungkin pilihan yang lebih bagus, pikirnya.

Suara-suara deruman mesin kendaraan, klakson mobil, dan suara bising lainnya-entah dari mana, menghiasi indra pendengaran Agatha. Namun suara langkah kaki seseorang yang ia rasa tidak asing ia dengar seakan menjadi pusatnya sekarang, hingga terdengar. "Agatha...lo ngapain di sini? Nunggu angkot?" yang membuat Agatha menoleh, terkejut mengetahui siapa yang datang menghampirinya.

Masih terkejut melihat kehadiran Raga. "Lo!...Lo ngapain di sini!" bukannya menjawab pertanyaan itu, Agatha malah membalikkan pertanyaan ke Raga.

Raga mendengus. "Ini tempat umum. Dan selain lo, gue dan manusia yang lain juga bisa kesini," timpal Raga yang malah di balas cengengesan oleh Agatha. "Maap-maap mang, jangan galak gitu dong..."

"Eh ikut gue yuk? Gue mau jalan nih!" ucap Raga mengajak, mengabaikan cengengrsan Agatha yang menyebalkan.

"Mau kemana? Gue cuma bawa uang dikit doang Ra," kata Agatha melirih dan tentunya, ia malu mengakui jika ia memang membawa uang sedikit. Tapi sepertinya Agatha lupa jika Raga adalah anak tunggal dari orang tua kaya raya di kota ini.

Raga berdecak karena itu. "Ayo gak papa, gue traktir nanti..."

"Beneran?" cicit Agatha yang dibalas anggukan mantap Raga. Bibirnya melengkung ke atas dengan semangat empat lima. "Ayo deh gue ikut! Eh tapi, kita mau kemana?"

🌜🌕🌛

Agatha tidak tahu harus berkata apa ketika di dalam mobil itu tidak hanya Raga saja, tetapi juga Pak Regal yang sudah menggenggam kemudi mobil dan memakai sabuk pengaman. Keadaan sedikit terasa mencekam karena Pak Regal sedari tadi asyik menelfon dengan nada tegas seakan menegur salah satu bawahannya mungkin-Agatha juga tidak bisa memastikan hal itu, yang jelas nada itu membuat siapa pun yang mendengarnya akan bergidik takut.

Namun keadaan itu cepat di cairkan Raga ketika ayahnya sudah selesai menelfon. Raga mengajak Agatha dan ayahnya berbicara, bahkan Pak Regal pun menanyakan kabar Agatha dengan nada ketawa-ketiwi, serasa melupakan nada-nada keras yang baru saja Agatha dengar dari Pak Regal.

Setelah sampai, Agatha buru-buru keluar dari mobil, seakan-akan keadaan tadi membuatnya sulit bernafas, masih di ambang rasa tidak percaya sepertinya. Sepeninggalannya dari mobil, Raga kini menyusulnya, diikut Pak Regal yang lagi-lagi menempelkan ponsel IPhonenya ke pipi dan kembali membicarakan sesuatu dan langsung pergi meninggalkan Raga dan Agatha yang masih berada di pelataran panti asuhan itu.

Pemandangan pertama yang Agatha tangkap adalah anak-anak kecil yang lucu. Agatha tersenyum hangat ketika mendengar tawa-tawa mengema di bangunan itu.

RAGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang