13 | RagaAgatha✨ : Masa Lalu

44 13 0
                                    

Hayut dalam tangisan, hingga dekapanmu kian menghangat sambil membisikan sesuatu yang membuat dadaku bergemuruh.

Agatha♪

🌜🌕🌛

Setelah mengajak main Rizky dan Dava-tepatnya menghibur bocah kecil itu untuk tidak bersedih lagi, sepasang remaja dan bocah itu menjelajahi panti asuhan dengan senangnya. Rizky selalu bercerita mengenai kehidupannya di panti. Sedangkan Dava yang selalu menyimak percakapan ketiga orang itu. Anak itu banyak diam sehabis menangis di kamar tadi, dan ketika anak itu membuka suaranya, ia menuturkan pertanyaan, pertanyaan yang membuat Raga dan Agatha terdiam sesaat.

Menanyakan bagaimana rasanya memiliki orang tua yang baik.

Agatha dan Raga terbungkam sesaat ketika mendengar pertanyaan itu. Namun dengan lembut dan perlahan Agatha bisa menjawab pertanyaan anak itu. Betapa bahagiannya anak itu ketika mendengar penuturan Agatha. Raga hanya bisa memasang wajah sendu ketika melihat guratan harap Dava terhadap orang tua barunya nanti.

Anak itu ingin di sayangi oleh orang tua barunya. Itu adalah harapan kecil yang berharga.

Setelah menghabiskan banyak waktu bersama kedua bocah itu, Raga kembali mengecek ponselnya setelah ia non-aktifkan dan ada sebuah pesan WA yang Regal, yang berisikan jika pria itu akan sedikit lama dalam rapat kali ini.

Regal masih rapat, tetapi perut Raga sudah tidak bisa di toleransi lagi untuk menunggu ayahnya yang rapat, entah kapan kelarnya. Jadi cowok itu memutuskan untuk memesan taxsi online untuk pergi mencari makan, tentunya bersama Agatha.

"Lo udah ngabarin bapak belum, kalo kita mau cari makan?" tanya Agatha ketika mereka tengah dalam perjalanan.

Raga tersenyum simpul. "Udah kok, lo tenang aja."

Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi di dalam mobil, tepatnya di jok belakang Avanza itu. Mereka duduk agak berjauhan, Raga dan Agatha sama-sama duduk berdempetan dengan pintu mobil di sisi mereka—menyisakan jarak yang renggang di tengah itu. Raga asyik sendiri dengan ponselnya. Jarinya terus saja mengetik pesan, Agatha hanya bisa mencuri-curi pandang kala itu, ingin membuka obrolan tapi tentang apa? Tentang—apa? Agatha memilih diam saja dari pada pusing sendiri untuk mencari topik pembicaraan.

Hingga mobil itu berhenti di sebuah warung makan di dekat taman kota, yang membuat Agatha tertegun sejenak. Mereka lalu turun, tidak lupa Raga memberikan ongkos kepada sang supir taxsi itu.

"Ki—kita makan disini?" kata Agatha terbata, senantiasa berjalan mengekori Raga yang memasuki warung itu.

Mendengar itu, Raga menoleh ke arah Agatha cepat, agak curiga. "Kenapa Agatha? Lo gak suka makan di sini?" Raga memberi jeda, "Kalo lo gak suka, kita makan di tempat lain aja."

Agatha tergelak. "Eh bukan itu maksud gue..." cewek itu menggigit bibirnya ragu. "Gue...gue suka kok makan disini," lanjutnya lagi.

Namun Raga mendengar gumaman "Gue cuma jadi keinget satu hal," dari mulut cewek itu. Mungkin Agatha tidak sadar ketika Raga mendengar itu. Ada gurat kesedihan ketika Agatha sampai ke sini, dan Raga menyadarinya. Mereka lalu duduk berdua di meja dekat kolam ikan itu.

Tidak lama pelayan datang. Raga lalu memesan satu porsi ayam geprek dengan sebotol air mineral setelah sekian lama melihat-lihat buku menu. Sedangkan Agatha bahkan tidak melihat-lihat buku menu, ia hanya melamum mengamati tamanan hias berukuran kecil di meja itu.

RAGATHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang