•Raga•
🌜🌕🌛
Jam sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam. Para pengunjung satu persatu pun kian lama kian berkurang seiring berjalannya waktu. Namun tidak bagi seorang Ragansyah Sigit Bagaskara yang senantiasa duduk di cafe itu dengan tenang. Padahal semua sahabatnya sudah pulang sedari tadi.
Agatha yang melihat itu pun terheran, apa gerangan sampai Raga terus-terusan berada di cafe? Tidak hanya dirinya, tetapi pelayan lainnya juga, terkecuali Rani yang mengetahui jika Raga kini tengah menunggu Agatha pulang dari jam kerjanya.
"Raga lo kok masih di sini? Cafe ini mau tutup lho." Raga yang tadinya fokus bermain ponselnya kini menatap Agatha yang tengah berdiri di hadapannya.
Raga tersenyum kecil. "Gue nunggu lo pulang, gue mau nganter lo sampai rumah," jawab Raga dengan nada kalemnya. Agatha terkejut. "Lo nungguin gue berjam-jam cuma mau nganter gue pulang? Raga, gue bisa pulang sendiri!" ucap Agatha dengan nada suara yang tidak bersahabat. Mau bagaimana pun, Agatha itu tipikal orang yang suka tidak enakkan sama orang lain. Jadi, ketika di perlakukan seperti itu, Agatha rasanya sangat tidak nyaman.
Di tambah lagi ... kenapa Raga harus repot-repot kepadanya? Padahal Raga sendiri harusnya fokus saja kepada Anya. Bukannya Raga dan Anya memiliki hubungan yang "spesial" bukan? Agatha tidak mau luluh lagi, Agatha tidak ingin terjebak lagi.
Raga mengerutkan dahinya gelisah. "Gue—gue khawatir sama lo ...."
Agatha melirik Raga. "Lo gak perlu khawatirin gue, gue juga udah biasa pulang jam segini."
"Tapi Tha, kata Rann nan—"
Dengan cepat Agatha memotong penjelasan Raga. "Cafe ini mau tutup, kita semua mau bersih-bersih dulu, sebaiknya lo pergi," kata Agatha mengalihkan perhatian, lalu ia berbalik pergi tanpa memperdulikan Raga yang kini menatapanya penuh harap.
Tidak selang beberapa lama, Agatha pun bisa melihat kepergian Raga dengan langkah cepat, seakan ingin benar-benar keluar dari tempat yang sungguh menyeramkan. Namun sebelum benar-benar pergi, langkah kaki Raga terhenti di ambang pintu cafe untuk menoleh sekilas ke Agatha.
Mata mereka bertemu. Dan dengan tidak berdosanya, Agatha malah pergi dari meja pantry dan menuju ke dapur, menghindari tatapan harap yang membuat Agatha makin merasa bersalah karena itu.
Semoga saja Raga mengerti posisi Agatha. Cewek itu hanya tidak ingin menjadi orang ketiga hanya karena Raga yang terlalu baik kepadanya.
Terlalu baik? Mungkin lebih tepatnya Raga kini hanya merasa kasihan kepadanya.
Agatha tidak mau berharap lebih untuk kedua kalinya.
🌜🌕🌛
"Yang lainnya udah pulang, kamu belum pulang Tha?" tanya Bayu yang kini tengah menuruni anak tangga cafe itu. Agatha yang selesai membereskan peralatan bersih-bersihnya pun mengalihkan pandangannya ke Bayu yang terlihat kelelahan dan pening. "Ini mau pulang mas. Mas sendiri enggak pulang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGATHA
Teen FictionIni cerita simpel, cerita tentang kehidupan Agatha yang berubah seratus depalan puluh derajat setelah ditinggalkan oleh kekasihnya yang tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas Ini cerita tentang lembaran baru Agatha dengan Raga yang datang...