Episode 2: Awal mula (bag 2)

98 2 3
                                    

"Mau ku bantu berdiri?"

Ucapnya sambil mengulurkan tangan. Sontak suara itu membuatku terkejut karena datang secara tiba-tiba dan rupanya pemilik suara tersebut adalah Raku - teman sekelas ku yang sudah membuatku jengkel pagi tadi -

"Tidak perlu, aku bisa sendiri"
Jawabku singkat.

"Hmm, padahal niatku baik loh, tapi respon mu malah kayak gitu"

Celetuknya santai sembari menyisir rambut berantakannya dengan tangan.

"Terimakasih tapi aku tidak butuh bantuan mu, lagian ngapain sih kamu disini? Dihukum juga?"

Tanyaku sekedar basa basi.

"Nggak juga, cuma terlambat masuk aja. Kamu sendiri?"

"Ketiduran." Jawabku lirih sambil menundukkan kepala karena malu dengan alasan konyol seperti itu.

"Pffffttt, hahaha... Konyol sekali alasanmu, hanya karena tertidur sampai dikeluarkan dari kelas, hahahaha."

Raku menertawai ku dengan terang-terangan seolah tanpa merasa bersalah.

"Tidak usah menertawai ku!"

Teriakku sembari berusaha menampar pipinya dengan tangan, namun dia berhasil menangkap tanganku dan menggenggamnya dengan erat.

Aku berusaha melepaskan tangan darinya tapi sia-sia, tenaganya terlalu kuat dan juga tangan besar itu, mana mungkin tangan ku yang kecil dan lemah ini mampu melepaskan diri dari tangannya.

"Hmpphh ahh,, lepaskan tanganku!" Sekuat tenaga ku meronta.

"Hah, kamu terlalu lemah!
Meloloskan dari genggaman tanganku saja kamu tidak bisa. Bagaimana jika aku salah satu dari mereka? Yang pasti kamu sudah jadi tulang belulang dari tadi, itu pun jika mereka bersedia menyisakan tulang mu!"

Ucapan Raku yang dingin dan tegas sontak membuatku tercengang, terlebih saat dia mengatakan "salah satu dari mereka". Apakah yang dia maksud adalah Noir? Tapi bukankah itu hanya mimpiku dan hanya aku seorang yang mengetahuinya?

"A-apa maksudmu?"

Tanyaku yang masih setengah tidak percaya dengan apa yang dikatakan Raku barusan.

"Yah kuharap kamu mengerti apa yang aku katakan barusan"

Jawabnya singkat sambil melepaskan tanganku.

"Apakah yang kamu maksud adalah makhluk itu?"

Aku coba memastikan meskipun agak sedikit ragu.

"Entahlah, pikirkan saja sendiri"

Sambil tersenyum lalu berjalan masuk ke kelas dan meninggalkanku seorang diri di koridor.

Aku masih berdiri termangu di koridor sekolah sembari memikirkan ucapan Raku yang tadi, apa maksudnya dia? Apakah dia cuma iseng mengatakan itu? Atau dia memang tahu apa yang sedang mengganggu ku belakangan ini? Cih anak itu selalu saja membuatku kesal.

"Awas saja kamu sudah membuatku penasaran setengah mati."

Gumamku dalam hati sambil terduduk lemas di lantai koridor. Kuharap tidak ada yang lebih buruk dari kejadian pagi ini.

NOIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang