"Unva?! Ja..jadi kamu adalah Noir?!" Ucapku terperangah saat melihat wujud Unva yang sudah menjadi setengah Noir.
"Tidak perlu terkejut seperti itu, bukankah dari awal aku sudah menjelaskan jika ada setengah bagian Noir dalam tubuhku." Jawabnya seolah merasa tak bersalah.
"Jadi kamu berada di pihak siapa?!" Tanya aku masih dalam keadaan syok.
"Entahlah, tapi yang jelas saat ini aku tidak boleh membiarkanmu mati karena aku masih ingin hidup!" Jawabnya keras.
"Tidak bisa! Keputusanku sudah bulat! aku tidak ingin melihat banyak orang yang sekarat akibat serangan besar-besaran ini!" Ucapku tak kalah keras.
Aku segera berdiri dan mencoba berlari sejauh mungkin dari Unva meski ku tahu luka ku belum sembuh sepenuhnya.
"Keras kepala! Jangan berpikir bisa lari dariku!!" Teriaknya.
Saat itu juga Unva terlihat mengejarku. Aku berusaha menghindar dari kejaran nya. Berkali-kali ia lancarkan ekornya ke arahku namun aku berhasil menghindar hingga tak sengaja salah satu serangannya mengenai pohon yang ada di depanku dan membuatnya roboh. Aku yang berusaha menghindar namun terlambat karena waktunya terlalu singkat dan alhasil pohon itu berhasil menindihku.
"Akkh!! Ssh!" Desahku kesakitan.
"Bagus, dengan begini kau tidak bisa lari lagi." Ucap Unva yang sudah berdiri di depanku.
"Bodoh! cepat atau lambat aku akan segera mati disini akibat kesulitan bernafas karena pohon yang menindihku ini." Kataku yang semakin lemas karena kekurangan oksigen yang masuk.
"Hmm, baiklah aku akan melepaskanmu. Tapi berjanjilah untuk tidak lari karena aku tidak ingin membuang-buang tenaga ku hanya untuk mengejar mu." Ucap Unva lagi.
Aku hanya diam.
Kemudian Unva menyingkirkan pohon yang tadi menindihku selalu duduk di atasnya sambil memandang langit yang mendung. Aku coba berdiri lalu ikut duduk di sampingnya.
"Sekarang aku mengerti alasan kamu melarangku untuk mati."
Dia masih diam sambil terus memandang langit.
"Aku hanya ingin mengakhiri perang ini. Tapi sepertinya aku terlalu egois dalam mengambil keputusan." Lanjutku.
Unva beralih dari pandangannya dan kini memandang ke arahku sambil menggenggam erat tanganku.
"Maafkan aku juga jika dari awal aku tidak menjelaskan hal ini secara detail padamu. Sekarang aku mengerti jika hidupku sudah tidak bermanfaat lagi setelah terinfeksi virus Noir. Maka dari itu lebih baik jika aku mati saja. Terima kasih karena kamu sudah menyadarkanku. Sekarang kamu bebas menentukan pilihanmu sendiri, aku tidak akan melarangmu lagi."
Ucap Unva dengan senyuman penuh kesedihan dan putus asa.
"Unva... Aku tidak berniat..."
"Tidak apa apa, lakukan saja."
Ucapnya pelan di telinga ku sambil mencium bibirku. Ini adalah ciuman pertama dan mungkin sekaligus yang terakhir bagiku. Kunikmati saat-saat terakhir dalam hidupku dengan bermesraan bersama nya. 5 menit kami berciuman hingga akhirnya aku yang memutuskan untuk menyudahi nya.
"Kalau begitu kamu saja yang melakukannya." Bisikku lembut di telinganya.
"Baiklah, sampai ketemu di kehidupan selanjutnya Rena. Aku mencintaimu." Bisiknya lembut.
"Aku juga mencintaimu." Balasku.
Sfx: "Jlebbb"
***
5 tahun sudah sejak peperangan antara bangsa Noir dan bangsa manusia berlalu. Manusia mulai membangun peradabannya kembali. Segala rasa sakit dan penderitaan sudah terlepas dari hidupku. Kini aku sudah bahagia, bertemu kembali dengan ayah dan ibu, Tante, Raku, Kak Phine, Unva, juga kerabat dan teman-temanku yang lainnya.
Sudah tidak ada kesedihan lagi di kehidupanku yang sekarang. Aku benar-benar merasa senang berada di sini. Terima kasih Tuhan, kau benar-benar adil dalam menyayangi makhluk mu.
"Rena! Di mana kamu? Sudah waktunya pulang!"
"Hihi Unva kamu sampai menyusulku segala"
"Karena aku peduli padamu. Ya udah yuk pulang!"
"Tapi aku masih pingin main di rumahku."
"Sudahlah besok kan masih bisa main di puing-puing bangunan itu lagi"
"Tunggu sebentar! Aku ingin mengunjungi 1 tempat lagi"
"Baiklah! Setelah itu kita pulang ya"
"Iya Unva.. hihi"
*Skip
"Nah jadi makin cantik kan dilihatnya"
"Untuk apa kamu menabur bunga di makam mu? Toh nanti juga bakal ada orang orang yang akan menaburinya saat mereka berziarah ke makam mu"
"Tidak apa, aku hanya ingin berterima kasih pada jasadku yang sudah susah payah berjuang bersama ku melawan semua derita yang pernah aku alami sewaktu di dunia. Sekarang selesai sudah tugasnya sebagai pengantar tidur dan kini dia yang tidur selamanya"
"Tidak usah kamu pikirkan semua rasa sakit itu. Karena sekarang kita semua sudah hidup bahagia di dunia yang baru. Jalanilah apa yang sekarang kamu jalani. biarlah masa lalu menjadi satu-satunya saksi bisu tentang sejarah kelam kita hidup di dunia sebelumnya"
"Hehe, baiklah Unva"
"Yaudah yuk kita pulang tuhan sudah siapkan kejutan loh untuk kita"
"Eh, beneran?"
"Iya makanya ayo kita pulang"
"Ayo Unva aku sudah tidak sabar menerima kejutannya"
"Aku duluan! Siapa yang cepat dia yang dapat kejutannya! Haha!"
"Hei Unva kamu curang! Tunggu aku!"
***
Aku tidak mengerti dengan sistem di dunia yang sifatnya sementara ini. Di dalamnya menyimpan banyak sekali misteri. Segala bentuk emosi terkenang di dalamnya, baik kebahagiaan maupun penderitaan.
Sebagian orang ada yang berhasil melewatinya, sebagian lagi memilih untuk mengakhirinya dengan jalan keputusasaan. Tapi itu tergantung cara pandang masing-masing orang mau menyikapinya seperti apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR [END]
Mystery / ThrillerRenata Wulandari, seorang gadis biasa yang menjalani hari-harinya dengan normal. Hingga suatu hari kehidupannya berubah 180 derajat saat dirinya mengetahui jika mimpi mengerikan yang ia alami setiap tertidur berubah menjadi kenyataan dan menimpa dir...