Aku membuka mata dan kulihat hari sudah pagi saat jam menunjukkan pukul 05:30.
"Dimana aku?"
Aku mendapati diriku sudah berada di ruangan yang terlihat seperti kamar. Setelah cukup lama tersadar dan mengamati sekitar dengan seksama akhirnya aku baru tau jika ini di ruangan yang tidak lain adalah kamarku sendiri yang berada di lantai dua.
"Jadi yang tadi itu cuma mimpi?"
Gumam ku yang masih belum percaya jika kejadian yang ku alami barusan ternyata cuma mimpi.
Saat aku sedang bertanya-tanya dalam benakku tiba-tiba ada suara yang memanggilku dari lantai bawah.
"Renata! Ayo bangun!!" Yang ternyata adalah suara tanteku.
"Iya tante! Rena sudah bangun!" Jawabku dari dalam kamar.
"Kalau begitu cepat mandi dan setelah itu turun kesini untuk sarapan. Jangan sampai telat ke sekolahnya!"
Teriak tante lagi dari lantai bawah lalu setelah itu pergi untuk menyiapkan sarapan.
Selesai mandi aku segera turun ke lantai bawah untuk sarapan bersama tante. Saat sarapan ia tak banyak bicara, yah memang setiap sarapan tante selalu begitu tapi aku rasa kali ini tidak sama seperti biasanya, entahlah mungkin tante sedang ada masalah dengan urusannya apa itu aku tidak tahu. Selesai sarapan aku segera berpamitan pada tante.
"Rena berangkat dulu ya tan!" Sambil menyalami tangannya.
"Iya hati-hati dijalan ya sayang". Jawabnya dengan senyuman lesu.
Aku sempat merasakan tangan tante, tangannya terasa dingin saat aku menyalami tangannya tadi dan ada bekas seperti cakaran disitu. Apa yang telah terjadi dengannya? Diam-diam aku mulai cemas dengan tante. Jangan-jangan sudah terjadi hal buruk menimpa tanteku, semoga saja dugaanku salah.
Dengan agak berat hati aku meninggalkan tante untuk segera pergi ke sekolah. Tante hanya memandangku dengan tatapan sayup tanpa sepatah katapun keluar dari mulutnya. Namun ku mencoba tetap berprasangka baik, mungkin saja beliau sedang kelelahan. Aku segera melangkah membuka pintu gerbang rumah dan tak butuh waktu lama taksi yang sudah aku order sebelumnya tiba di depan rumahku. Aku segera menaikinya. Semoga semuanya akan baik-baik saja hingga aku pulang nanti, begitu ucapku dalam hati.
***
Sesampainya di sekolah aku langsung menuju ke kelasku dan segera duduk di bangku tempat biasa aku duduk. Aku masih memikirkan tentang kejadian semalam yang baru saja ku alami. Jika itu mimpi tapi kenapa terasa nyata sekali? Aku bahkan bisa merasakan dengan jelas sakitnya gendang telingaku saat mendengar teriakan orang-orang yang histeris ketakutan. Tapi setelah terbangun ternyata itu cuma mimpi yang terasa seperti nyata, adakah mimpi senyata itu?
Semakin dipikirkan semakin membuatku pusing, semakin tidak bisa ku jelaskan dengan kalimatku karna mimpi itu terlihat aneh dan bila ku ceritakan pada orang-orang malah yang ada aku akan dianggap gila oleh mereka.
Saat sedang sibuk memikirkan mimpiku itu tiba-tiba saja Raku—teman sekelas ku— datang mengejutkanku.
"Dorr!! Serius amat lagi mikirin apa sih?!!" Ia menggebrak mejaku dari arah belakang yang sontak membuatku kaget.
"Ehh.. Ng.. Nggak kok.. Nggak mikirin apa-apa". Dengan sedikit gugup aku menjawabnya sembari menguarkan novel dari laci meja sebagai alibi.
"Jangan bohong deh. Jelas-jelas dari awal kamu masuk kelas sudah aku perhatikan loh, wajah kamu itu serius banget seperti sedang ada masalah berat aja". Ucapnya dengan tatapan penuh selidik ke arahku.
"Aku bilang nggak ya nggak! Udah lah sana pergi, aku lagi pingin sendiri!" Bentak ku.
"Ngusir nih?" Jawabnya santai.
"Terserah!" Jawabku ketus sembari membuka asal halaman novel sebagai alasan agar tidak terlihat salah tingkah.
"Ya udah deh aku pergi. Jangan nyesel loh ya sudah ngusir aku". Raku pun pergi tanpa ada rasa bersalah sedikitpun di wajahnya karena sudah membuat orang lain merasa terganggu.
"Cih,, semua anak cowok memang menyebalkan". Celetukku dalam hati yang masih jengkel dengan kehadiran Raku barusan.
Kelas nampak masih sepi, hanya beberapa anak yang sudah berangkat itupun mereka tidak langsung ke kelas melainkan menuju kantin. Aku melirik jam di dinding yang masih menunjukkan pukul 6:30 pagi. Masih ada waktu 30 menit sebelum jam pelajaran dimulai, aku akan menggunakannya untuk tidur sejenak. Semoga saja ini bisa meringankan sedikit beban pikiranku.
***
Aku merasakan mimpi itu lagi. Mimpi yang membuatku kehilangan akal sehat. Aku tahu kalau ini cuma mimpi, tapi rasanya seperti ini benar-benar terjadi dan parahnya lagi aku tak bisa bangun dari mimpi mengerikan ini. Aku sudah berteriak sekeras mungkin, namun sepertinya tak ada seorang pun yang mendengar teriakan ku. Aku sudah pasrah saat sesosok Noir —karena kata yang seringkali diucap adalah "noir" jadi aku menebak jika namanya adalah noir— mengejar ku dengan beringasnya. Aku yang tadinya berlari kini terduduk lemas di tanah sembari berharap semoga saja ada yang membangunkan ku dari mimpi sialan ini.
Sementara Noir semakin dekat kearah ku hendak menerkam lalu tiba-tiba...
"BRAKKK!!" Sontak membuatku terkejut dan langsung terbangun dari tidurku.
"Akhirnya terlepas juga dari mimpi sialan itu". Mengelus dada sembari bergumam lega.
"Sudah puas mimpinya?!" Terdengar suara yang tidak asing lagi di telingaku.
"Eh.." Aku menoleh ke arah sumber suara dan ternyata yang membangunkan ku tadi adalah guruku, Bu Sinta. Aku tidak tahu jika kelas sudah dimulai dari tadi. Yang ku tahu aku hanya baru tertidur selama kurang lebih 5 menit dan mendapati mimpi itu lagi.
"Renata". Ucap Bu Sinta dengan sorot mata yang tajam melotot kearah ku.
"I... Iya bu?" Jawabku sedikit takut, karena yang aku tahu jika Bu Sinta sudah seperti ini maka murid yang bersangkutan akan mendapat masalah.
"Sekarang juga kamu keluar dari kelas ibu!" Bentaknya.
"Tapi salah saya apa bu?"
"Tidak usah banyak tanya sekarang juga kamu keluar!" Bentaknya sekali lagi. Murid lain hanya menonton saat Bu Sinta membentak ku. Beberapa ada yang menatapku sinis seolah tidak menyukai keberadaan ku dan ingin agar aku cepat-cepat keluar dari kelas.
"Saya bertanya apa kesalahan saya bu? Kenapa saya disuruh keluar?!" Ucapku lagi berusaha membela diri meskipun tidak ada yang membelaku sama sekali —karena sejatinya aku memang tidak mempunyai teman di kelas ini—
"Kamu tahu tidak peraturan di sekolah ini bahwa murid dilarang tidur dikelas saat jam pelajaran dimulai?!" Lagi-lagi Bu Sinta membentakku dengan tanpa belas kasihan.
"Tapi bu,, saya cuma tertidur sebentar untuk menenangkan pikiran saya yang sedang kacau!" Sekali lagi aku berusaha membela diri.
"Sekali peraturan tetap peraturan Rena! Sudah cepat sana keluar tidak perlu mengulur-ulur waktu!" Aku ditarik paksa keluar kelas oleh Bu Sinta lalu mendorongku hingga membuatku tersungkur di lantai koridor. Kemudian pintu ditutup dengan sangat kerasnya.
"BLAMM!"
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR [END]
Mystery / ThrillerRenata Wulandari, seorang gadis biasa yang menjalani hari-harinya dengan normal. Hingga suatu hari kehidupannya berubah 180 derajat saat dirinya mengetahui jika mimpi mengerikan yang ia alami setiap tertidur berubah menjadi kenyataan dan menimpa dir...