Setelah beristirahat sebentar di rumah sekedar untuk mandi dan berganti pakaian aku dan Raku akhirnya memutuskan untuk pindah keluar kota dan rencananya kami akan menginap di rumah pamannya. Dengan membawa bekal seadanya kami berangkat hari itu juga.
Sebenarnya aku tak tega meninggalkan mayat tante yang masih tergeletak dengan kondisi mengenaskan itu. Namun mau bagaimana lagi, terpaksa harus kutinggalkan demi menyelamatkan diri dari serangan para Noir yang mungkin masih banyak yang berkeliaran di luar sana. Dengan uang seadanya kami membeli 2 tiket kereta.
"Bagaimana kabarnya dengan kak Phine?" Tanyaku pada Raku di tengah perjalanan.
"Dia sudah mati. Seseorang yang terkena serangan air akan mati dan menjadi bagian dari mereka"
"Termasuk tanteku?"
"Ya. Termasuk juga dengan tante mu. Tidak lama lagi dia akan bangun dan menjadi salah satu dari Noir" Jelasnya lagi.
"Lalu bagaimana kamu bisa tahu tentang Noir?" Tanyaku yang masih penasaran.
"Itu karena dulu orang tuaku juga ikut menjadi korban dalam serangan para Noir yang buas"
"Jadi kamu juga yatim piatu?"
"Yah begitulah" jawabnya singkat.
Aku melihat sendiri raut wajahnya yang berubah menjadi sedih, mungkin karena terbayang masa lalunya yang suram.
"Maaf aku tidak bermaksud mengungkit masa lalumu" ucap ku merasa bersalah.
"Tidak apa-apa" jawab dia sambil tersenyum padaku.
Suasana kembali sepi lagi. Hanya menyisakan suara deru kereta yang melaju diatas rel. Kami kembali disibukkan dengan pikiran masing-masing. Aku tidak tahu apa yang sedang dipikirkan Raku, tapi yang pasti aku sedang memikirkan apa yang harus aku lakukan setelah ini.
Aku memutuskan untuk tidur sejenak guna menenangkan pikiranku. Namun baru saja aku memutuskan untuk tidur aku merasakan ada yang aneh, tepatnya di kakiku yang terluka.
Aku menyingkapkan rokku untuk melihat apa yang terjadi dengan kakiku dan saat kulihat ternyata...
"Astaga! Kenapa dengan kakiku?!" Teriakku histeris.
Raku juga terkejut saat melihat kakiku.
"Rena... Kakimu?!" Ucap Raku tak percaya.
Kakiku yang terkena tusukan perlahan telah berubah menjadi kaki monster lengkap dengan cakar-cakar nya. aku sampai terkejut melihatnya dan bukan hanya aku saja namun Raku juga ikut terkejut melihatnya.
"Kenapa kakiku bisa begini Raku?!" Tanyaku sambil menangis di pelukan raku.
"Mungkin pisau yang menusuk kakimu sudah diolesi racun oleh Noir. Itu sebabnya kakimu berubah seperti ini dan jika tidak segera diobati maka kamu akan berubah menjadi Noir seutuhnya!"
"Lalu apa obatnya?!" Tanya aku lagi yang masih menangis.
"Untuk saat ini aku belum tahu, tapi tenang saja aku akan segera mencari tahu dan jangan menangis. Setidaknya aku bisa menahan racunnya agar tidak cepat menjalar ke seluruh tubuh mu!"
Jelas Raku sambil menyingkapkan rokku sebatas paha, lalu mengambil perban dan membalutnya erat di pergelangan kakiku.
"Dengan begini racunnya tidak akan cepat menjalar" ujarnya tersenyum sembari menghapus air mataku.
"Terimakasih Raku" kataku sambil menatapnya tulus lalu kemudian memeluknya.
Aku tidak percaya kalau di dunia ini masih ada orang seperti Raku yang awalnya Kukira menyebalkan dan selalu mengganggu kehidupan ku ternyata sebaliknya. Selama ini aku hanya memandang Raku dari sisi luarnya saja tanpa melihat sisi lainnya. Air mataku kembali berlinang dalam pelukan.
Belum habis aku memeluk Raku tiba-tiba saja salah seorang dari penumpang menyadari kaki monster ku.
"Hei lihat! Ada monster di sekitar kita!" teriak salah seorang penumpang itu hingga membuat penumpang lainnya ikut histeris.
"Ya! Cepat keluarkan dia dari sini atau kita bunuh!" Sahut yang lainnya.
"Raku aku takut" kataku sambil memeluk erat tubuhnya.
"Tenanglah" bisiknya padaku.
"Tenanglah semuanya!" Teriak Raku sambil beranjak berdiri pada para penumpang. Seketika juga semuanya terdiam.
"Dia manusia biasa sama seperti kita!" Bentak Raku pada para penumpang sambil menunjukku.
"Tapi kakinya sudah terinfeksi virus Noir!" Celetuk salah satu penumpang.
"Dia hanya mengalami gejala monsterisasi. Tidak berbahaya dan tidak menular selagi masih bisa diobati, mengerti!" Bentak Raku pada penumpang tersebut.
"Tidak bisa!! sekali terkena virus dari Noir walau sedikit apapun maka cepat atau lambat dia juga akan menjadi bagian dari mereka!" Sergah yang lainnya.
"Ya betul! Dan satu-satunya cara untuk menghilangkannya adalah dengan membunuhnya!" Timpal yang lainnya lagi.
"Kau bodoh! Jika dia kalian bunuh akan tetap saja menjadi Noir! Justru itu akan semakin mempercepat perubahannya!" Balas Raku tak mau kalah.
"Cukup!" Teriakku. Semua terdiam.
"Hentikan perdebatan kalian! jika kalian menginginkan ku untuk pergi maka baiklah aku akan pergi. Tak perlu berdebat seperti ini!" Ucapku yang sudah tak mampu menahan air mata lagi.
"Rena, tapi..." Kata Raku yang langsung kupotong kalimatnya.
"Sudahlah Raku! Tidak usah pedulikan aku lagi. Semuanya sudah berakhir, lagipula apa yang kau harapkan dari gadis sepertiku yang tidak lama lagi akan berubah menjadi monster! Lebih baik kau cari tempat berlindung yang aman dan menjauhlah dariku!" Kataku putus asa sembari terus menangis.
Maka pemberhentian di stasiun berikutnya aku turun dari kereta walau belum sampai tujuan yang kutuju.
"Renata tunggu! Aku ikut denganmu!" Teriak Raku yang mengejarku.
"Jangan Raku. Kamu tetap harus melanjutkan perjalanan mu tanpa ku" jawab ku sambil menatapnya sayu.
"Tapi aku sudah berjanji untuk tidak pernah meninggalkanmu Rena"
"Kamu memang tidak pernah meninggalkanku karena kamu selalu di sini" jawabku lagi sambil menunjuk dada.
"Bukan seperti itu, maksudku.." ucapnya tertahan.
"Raku kumohon, kali ini saja turuti permintaanku. Biar aku yang pergi, kamu tetap harus melanjutkan perjalanan ini karena kamu harus tetap hidup. Terima kasih karena sudah mau membantuku selama ini. Anggap saja ini balas budi ku karena aku tak ingin kamu pernah suka sama sepertiku"
Ucapku sambil menangis pada Raku. Lalu dengan cepat kudorong tubuhnya masuk ke dalam kereta tepat saat pintu kereta tertutup.
"Maaf Raku, ini terpaksa aku lakukan demi kebaikan kita semua. Aku mencintaimu, aku tak ingin kamu menjadi Noir hanya karena aku. Sampai jumpa Raku, meskipun aku tidak yakin kalau kita akan bertemu lagi"
Sambil memandang kereta yang mulai bergerak.
"Renata!!" Teriak Raku dari dalam kereta.
Kereta pun melaju cepat meninggalkan stasiun yang lengang dan hanya menyisakan ku seorang diri.
Awalnya kukira hanya aku yang dihantui oleh bayang-bayang Noir, tapi ternyata dugaanku salah. semua orang mengalaminya dan sekarang mereka semua tengah sibuk menyelamatkan dirinya masing-masing dari kejaran para Noir.
KAMU SEDANG MEMBACA
NOIR [END]
Mystery / ThrillerRenata Wulandari, seorang gadis biasa yang menjalani hari-harinya dengan normal. Hingga suatu hari kehidupannya berubah 180 derajat saat dirinya mengetahui jika mimpi mengerikan yang ia alami setiap tertidur berubah menjadi kenyataan dan menimpa dir...