Episode 6: Destruction

24 0 0
                                    

Perlahan aku membuka mata dan mendapati diriku dalam keadaan terikat di suatu tempat yang tinggi dan tertutup oleh penutup transparan seperti kaca.

"Sepertinya aku telah pingsan berhari-hari." Gumamku dalam hati.

Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi namun yang jelas pemandangan di bawahku sangatlah mengerikan.

Menunjukkan keadaan kotaku yang hancur, kota ku yang dulu damai dan tenang kini telah berubah menjadi medan perang.

Dari atas ini terlihat jelas pertempuran antara manusia melawan gerombolan para Noir. Mereka saling menyerang, menembak, mencakar, bahkan saling beradu bom yang menimbulkan ledakan hebat.

Tak sedikit dari mereka yang mati karena pertempuran ini. Namun dari atas ini bisa kulihat kebanyakan dari mereka yang mati adalah umat manusia.

Aku tidak sanggup menyaksikan keadaan ini. Ingin sekali ku berteriak tapi apa daya untuk berbicara pun aku tidak bisa. Sesuatu telah menyumpal mulut ku sehingga membuatku tak bisa berbicara.

Aku meronta-ronta tapi sia-sia saja. Semakin aku meronta justru ikatan ini semakin kencang melilitku. Aku hanya bisa merintih kesakitan.

Perlahan tempat dimana aku berada bergerak. Aku menduga mungkin saja sekarang aku sedang berada di dalam tubuh Noir. Tapi kenapa aku tidak mati? Bukankah aku telah dimakan olehnya? Pertanyaan itu yang kini terngiang-ngiang dalam kepalaku.

Tiba-tiba datang seseorang dengan penutup wajah menyerang tempatku diikat sehingga membuatku jatuh ke tanah dan membuat penutup nya pecah.

"Zlasshh"

Ikatan ditebas dan sesuatu yang menyumpal mulut ku diambil.

"Terima kasih sudah menolongku." Ucapku dengan tenaga yang masih lemas.

"Menolongmu? Jangan senang dulu gadis manis. Aku bahkan akan membunuhmu setelah ini." Kata sosok dengan penutup wajah itu yang membuatku terkejut.

"Me....membunuhku? Tapi kenapa?" Tanyaku seakan tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar.

"Karena kau adalah jantung dari para Noir!" Jawabnya menggertak

"Hah? Jantung?! Apa maksudmu?" aku semakin tidak mengerti apa yang baru saja dia katakan padaku.

"Ya, kamu adalah jantung dari para Noir! Dengan kata lain hidup Noir tergantung olehmu! Maka dari itu untuk menghentikan perang ini aku harus membunuhmu!" ucap dia dengan lantang sambil menghunuskan pedangnya ke arahku.

"Jangan!!" Teriakku sambil menunduk menutup mata.

"Jlebb"

Apa aku sudah mati? Tidak, tapi aku masih bisa merasakan oksigen ini. Akupun membuka mata saat kulihat di depanku sudah berdiri gagah sesosok Noir.

"Noir melindungiku? Tapi kenapa?" Tanyaku tak mengerti.

Tiba-tiba sosok Noir yang lain datang dan langsung menghantam sosok berpenutup wajah tadi hingga terpental jauh, lalu Noir tersebut mengejarnya.

Sementara Noir dengan wujud kak Phine datang mendekatiku dan mengikat ku kembali untuk dimasukkan ke tempat semula. Aku hanya bisa pasrah karena memang aku sudah tak memiliki tenaga lagi. Namun tiba-tiba...

"Hei Noir jelek! Lepaskan gadis itu!" Teriak dia. aku pun langsung menoleh kearahnya karena merasa kenal dengan suaranya dan benar saja itu adalah suara...

"Raku?!"

Berpakaian serba hitam dengan dua pedang di punggungnya dan sekarang datang untuk menyelamatkan ku. Aku senang sekali karena akhirnya ada yang datang untuk menolongku tapi rasanya masih tidak yakin jika aku akan selamat.

"Ku bilang lepaskan dia!" Teriak Raku sekali lagi.

Noir itu cuma menoleh disertai seringainya yang mengerikan dan tak menunggu waktu lama, Noir yang berwujud kak Phine telah berubah menjadi sosok aslinya dengan cakar dan taring yang menjadi ciri khasnya. Aku yakin pertarungan antara keduanya akan segera terjadi tepat di depan mataku.

Raku dengan kedua pedangnya melawan kak Phine alias Noir dengan taring dan cakarnya serta sayap dan satu ekornya dengan ujung yang lancip seperti tombak. Aku tidak tahu siapa yang akan menang, tapi yang pasti aku akan selalu berada di pihak Raku sampai kapanpun.

NOIR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang