PART 72

749 61 0
                                    

7 detik, 8 detik, 9 detik, 10 detik...

Merasa tidak terjadi apa-apa, Lia kembali membuka matanya. Lia menatap tombol itu dan mencoba menekannya sekali lagi. Sama, tidak terjadi apa-apa.

"Gue udah di surga apa gimana? Kok gak berasa apa-apa?" celetuk Rian.

Rian membuka matanya dan melihat sekitarnya yang masih sama, kemudian ia menyadarkan sahabat-sahabatnya yang masih menutup mata.

Mereka semua menatap bingung ke arah Lia yang masih sibuk menekan paksa tombol yang ia pegang.

"Jangan-jangan tombolnya KW!" ucap Nathan.

"Bentar-bentar!" celetuk Fara. Semua terdiam dan menatap Fara.

"Kalo kita yang disuruh Gatson buat aktifin bom ini, itu artinya Gatson gak ada di sini. Pasti dia pergi jauh dari sini waktu kita ada di penjara bawah tanah!"

"Jadi?" tanya Rio.

"Kita bisa lacak keberadaan Gatson lewat alat-alat disini dan musnahin program bunuh diri lewat program di tempat ini kan? Masih ada harapan!"

Semua menepuk kepalanya yang tidak kepikiran sampai situ. Ternyata harapan masih ada untuk mereka, dan merupakan harapan besar.

Kenapa mereka bisa sebodoh ini? Bahkan hampir saja mereka menyrahkan nyawa mereka sia-sia. Untung saja sebuah keburuntungan menghantam mereka, yaitu dengan tombol bom yang tidak mengaktifkan apapun. Sepertinya terjadi suatu kesalahan.

Kalau selama ini mereka beruntung selamat karena Gatson sengaja menunda kematian mereka, kini mereka beruntung karena takdir mereka. Takdir sepertinya tidak mengijinkan mereka untuk menyerah dan akhirnya membiarkan Gatson melakukan apa yang sudah menjadi rencana jahatnya.

Mereka bersyukur, Gatson bisa saja mengalahkan mereka dengan mudah, namun Gatson tidak bisa mengalahkan takdir.

•••

Setelah berdebat tentang apa yang harus mereka lakukan, kini mereka segera beraksi mengingat waktu yang sangat tipis. Gatson hanya memberi mereka lima menit tadi, dan tentunya sejak Gatson mengatakan itu sampai sekarang sudah lebih dari 15 menit. Kalau terlalu lama Gatson pasti curiga dan akan bertindak karena bom tidak segera meledak.

Mereka menaiki lift dan turun menuju lantai paling dasar kantor ini. Setelah itu mereka kembali masuk ke pintu yang menjadi penghubung antara kantor itu dan ruang canggih bawah tanah. Mereka turun menuju ruang kontrol, ruang yang sempat di utak-atik oleh Rena.

Tidak terlalu susah untuk memasuki ruangan itu karena pintu itu pernah dirusak oleh Rena dan sepertinya tidak diperbaiki mengingat tempat ini nantinya juga akan hancur karena menurut Gatson bom utamanya akan meledak.

Saat mereka masuk yang mereka lihat adalah layar paling besar yang terpampang di pojok sedang menunjukkan warna merah dan bentuk tanda seru pertanda ada sebuah gangguan.

Fara yang paling mengerti tentang teknologi segera mendekat ke arah meja di depan layar besar itu dan segera mencari tau penyebab kekacauan ini. Ia duduk di sebuah kursi putar dan mulai menjalankan tugasnya.

"Oke, ayo kita liat apa yang bisa gue liat," gumam Fara sambil fokus mencari tau.

"Reset program? Can't accept protocol?" gumam Fara lagi membaca tulisan yang muncul.

Mata Fara sedikit melebar, "Hah? Protokol dibalik? Maksudnya?"

"Kenapa? Kenapa?" tanya Dilla kepo, tentu ia tidak tau apa yang dilakukan Fara sekarang tapi ia penasaran. Meningat otaknya tidak sampai jika masalah teknologi.

Troublemaker Be Hero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang