13-Gue Hapus

813 157 17
                                    

"Je," kata Hyunjin mengawali pembicaraan. "Siapa?"

Jeongin yang baru aja buka pintu langsung kaget karena disuguhi muka Hyunjin. Mana datar tidak bersahabat pula.

"Mau ngapain, Hyun, nenteng kaleng kecil?" Jeongin sedikit melongok ke kaleng yang Hyunjin bawa.

"Je, jangan ngalihkan pembicaraan."

Jeongin ketawa, agak terpaksa.

"Lo ada apa, Hyun. Tumben nggak bisa dibercandain."

"Nggak, nggak ada. Lo cepetan makan. Ada sayur sop di dapur."

Jeongin mengangguk dibarengi Hyunjin yang melengos pergi.

.

Lagi enak-enaknya melukis, eh cat akrilik warna kuningnya habis. Mau nggak mau Jeongin harus ke toko buat beli.

"Hyunjin..."

Jeongin cari-cari Hyunjin dipenjuru rumah tapi nihil. Kemana coba mutasi amoeba satu itu.

Saat ke halaman depan ternyata Hyunjin sedang cuci motor.

Dan... Jeongin terdiam. Kemana aja dia selama ini?! Hyunjin shirtless, man!

Rambut hitam yang sedikit lepek kena keringat dia sibak ke belakang sembari pamer jidat. Tubuhnya yang kena pantulan cahaya matahari bikin kesan tersendiri.

Tapi...

Mbak-mbak sekitar alias tetangganya ganjen luar biasa ternyata.

Atau, Hyunjin juga tepe-tepe (tebar pesona).

Jeongin langsung berdiri di belakang Hyunjin tanpa cowok itu sadari.

Saat ada mbak-mbak yang berhenti di luar pagar, lalu cengar-cengir malu sambil nanyain nomor Hyunjin.

Jeongin acungkan jari tengah. Muka dia seketika nggak bersahabat.

Cewek itu langsung kicep dan buru-buru pergi membuat Hyunjin bingung.

"Hyun, asik banget ya nyuci motor."

Hyunjin nyeringai. "Lo juga asik cipokan di halaman sini."

Oh, jadi Hyunjin memergokinya.

"Lo salah paham."

"Dimananya? Coba jelasin."

Hyunjin berdiri menghadap Jeongin.

Jeongin pingin mimisan!

Tapi nggak boleh.

"Itu Younghoon, kakak tingkat di prodi seni rupa. Gue kenal sama dia karena waktu orientasi dia kehabisan pulsa dan gue kasih hutangan ke dia."

"Habis itu kalian saling dekat gitu?" Kata Hyunjin pakai nada nggak terima tanpa ia sadari.

"Gue nggak merasa, tapi entah di pihak Kak Younghoon."

"Nyaman nggak sama dia?" Tanpa Jeongin sadari tatapan Hyunjin mulai melunak.

"Nggak, dia kalau hutang pulsa goban-goban mulu, mana jarang ketemu."

"Je..."

"Hehe. Gue lebih nyaman sama lo meski sama-sama hutang pulsa bejibun dan susah bayar."

Detik selanjutnya bibir Jeongin basah dan dia tetegun. Seberisik ini jantungnya.

"Gue hapus dulu bekas bibir Younghoon, gak apa-apa kan?"










"Bisa juga hapus ketidakjelasan status kita?"

Hyunjin tertawa.

"Hei, nak, kuliah yang bener dulu, baru aneh-aneh."

Jeongin tersenyum, Hyunjin benar.

"Eh, anterin gue ke toko ATK dong, jalan kaki tapi."

"Mentang-mentang motornya baru gue cuci, nggak mau pakai motor."

"Nggak, mau lebih lama jalan sama Lo, biar pernah."

Hyunjin diam dulu.

"Diajari siapa Lo kek gini? Mana Jeongin yang selalu pasang wajah datar tanpa senyum dulu?"

Jeongin senyum lebar. Manis.

(2/2) Pulsa : Kartu PerdanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang