(2/2) Pulsa : Kartu Perdana

17-Kasih Waktu

Jeongin cuma bisa senyum saat lagi-lagi dirinya digombali seme-seme.

Ada yang kating ada juga yang seangkatan.

Ada yang satu jurusan ada juga beda jurusan.

Kenapa?!

Jeongin pingin hidup transparan kek dulu. Tapi rasanya cuma mimpi deh.

"Hyunjin, dimana?"

Sapa Jeongin saat buka kamar Hyunjin tapi penghuninya nggak ada di sana.

Jeongin cari dimana-mana tapi belum nemu batang hidung Hyunjin.

Tinggal satu tempat yang belum dia cari. Halaman belakang tempat biasanya dia jemur pakaian.

"Hyunjin! Gue cariin tau," Jeongin langsung jongkok di sebelah Hyunjin, ikutan main sama kucing.

Itu kucingnya Minho, dirawat sama Hyunjin selama anak itu masih direhabilitasi.

"Hyunjin. Gue mau cerita. Tadi anak FISIP godain gu— Hyun, sakit? Kok diem mulu. Atau naber?"

Hyunjin tetap diam.

Dia menghela napas lalu noleh ke Jeongin.

"Dek, lo tepatin janji nggak minum lagi kan?"

"Iya, yang terakhir saat di arena—rencana Lo mergokin gue balapan. Yang ada Minhonya waktu itu loh."

"Gue pingin percaya, Dek. Tapi kok hati gue rada ragu, jujur."

Kalau biasanya beberapa orang bakalan langsung emosi dengar keraguan pasangannya. Jeongin nggak. Dia dengarkan dulu penjelasan Hyunjin.

Kalau ada jalan damai kenapa milih ribut, ye kan?

"Kenapa?"

"Ada email masuk, foto Lo di diskotik lagi minum, juga Lo ciuman sama jalang."

Jeongin langsung mengernyitkan alis.

"Lo tau sendiri kan, Hyun. Gue sering ada di rumah pas malam. Sengaret-ngaretnya gue saat pulang. Gue murni ngerjain tugas kok.

Kalau memang gue mau ke tempat gituan gue ijin. Contohnya pas gue kangen balapan. Gue ijin kan ke Lo. Ya walaupun memang beda konteks sih."

"Iya gue percaya."

"Nggak apa-apa, wajar kok sakit hati dan ngerasa kecewa. Fotonya memang mirip gue, tapi itu bukan gue."

"Kasih waktu hati gue buat yakin ya? Boleh?"

"Boleh. Gue kasih waktu buat menghilangkan keraguan Lo."

.

"Let's play, Strat the game, HyunJeong... I Will be the winner, and you, such a loser."