Seminggu berlalu sejak Jisung mengirimi WhatsApp kepada Jeongin yang terbilang cukup aneh.
'Mau tapa sebentar, merenungi kejombloan. Jangan cari-cari gue meski lo kangen'.
Itulah bunyi pesan terakhir yang Jisung buat sebelum cowok itu benar-benar menonaktifkan sosmednya untuk sementara waktu.
Mengingat Jisung itu cowok yang hobi pasang status dengan dalih mengabadikan momen alias pamer ke teman kalau dia sedang have fun sebenarnya.
"Si Bajing (tupai dalam bahasa Jawa) kalau nggak mau gue santronin nggak kek gini juga kali!" Jeongin emosi melihat pesannya yang gak kunjung centang biru—boro-boro centang biru, centang dua saja tidak.
Jeongin merasa ada yang aneh. Jisung yang ia tahu malah senang luar biasa saat Jeongin mampir ke bengkel miliknya. Hitung-hitung dapat tenaga gratisan.
Selepas SMA Jisung tidak memilih untuk lanjut kuliah. Lelah, kalau dia bilang. Ia tidak ingin terjerat dalam tugas-tugas membosankan demi nilai seperti yang sudah-sudah.
Maka dari itu Jisung memilih meneruskan bengkel yang tidak terlalu besar maupun kecil milik kakeknya dan mengurus beberapa wirausaha milik keluarga lainnya.
"Berlebihan nggak sih gue cemas?" Batin Jeongin hingga tanpa sadar sosok di depannya menyeletuk.
"Bukan maksud menggurui ya, Dek. Percuma lo pelototin WhatsApp sampe segitunya, soalnya nggak bakal bikin pengirimnya muncul."
Jeongin meringis, agak malu sih, tapi bodo amat, toh yang memergoki dia sedang melamun dengan muka bego adalah Hyunjin.
"Hyun, dia bilang nggak usah dicari, tapi gue nggak sabaran akhirnya kemarin lusa gue santronin ke bengkelnya."
"Lalu?"
"Buka sih, tapi cuma pekerjanya doang. Mereka bilang bosnya (Jisung) ada urusan," Jeongin menyesap es tehnya. "Kalau misal gue samperin ke rumahnya juga, over nggak?"
Hyunjin diam sejenak.
"Soalnya gue ngerasa ada yang... Aneh?"
Jeongin tidak separno itu biasanya. Hanya saja setelah kejadian teror mengerikan yang ia alami dengan melobatkan hewan-hewan lucu itu tergolek mengenaskan di kulkasnya, dirinya menjadi sedikit lebih parno sekarang.
Hyunjin tidak tahu menahu tentunya, karena Jeongin memilih bungkam.
"Mau kesana? Sama gue mau?"
Jeongin hanya memberi anggukan sebagai respon.
Sepulang dari rumah makan Papa Bear, Hyunjin menepati ucapannya. Haluan motornya melaju ke Jalan Victory Song dimana rumah Jisung berada.
Tepat di depan pintu coklat itu, Jeongin mengetuknya, tidak ada jawaban.
"Jisung nggak pulang dari seminggu lalu," setelah mengatakan hal itu orang yang diduga tetangga Jisung itu melengos pergi.
"Gimana?" Tanya Jeongin meminta pendapat.
"Ya pulang, orangnya nggak ada, masa Lo mau tetep terobos kek maling?"
"Ide bagus."
Hyunjin terkesiap, lalu melotot karena sadar dengan ucapan Jeongin. "Jangan bercanda lo!"
"Nggak, buat apa? Kita pulang ke rumah nanti sorean balik lagi ke sini, kita ambil kunci cadangan rumah Jisung."
"Lah, sejak kapan lo punya? Juru kunci, Mas?"
"Gue gandain lah."
Hyunjin manggut-manggut. "Disuruh Jisung?"
"Bukan, inisiatif sendiri."
"Gila lo, pelanggaran namanya!"
"Diem... Niat gue nggak buruk kok."
Sorenya mereka kembali ke rumah Jisung. Keadaannya masih sama, sepi. Jeongin dengan santai memasukkan kunci ke lubangnya.
Pintu terbuka, tidak ada yang aneh, hanya sedikit berdebu karena seminggu tidak terjamah.
"Lalu apa yang harus kita lakuin di sini? Di rumah orang tanpa seijinnya."
"Geledah lah."
"Anjir!"
Jeongin melengos ke arah kamar. Dia cermati satu persatu. Tidak ada yang berubah ataupun janggal. Ia coba lakukan hal sama disetiap sudut rumah namun nihil.
"Sejak kapan Jisung punya bunga? Hidup lagi!" Celoteh Hyunjin sembari mendekat ke arah vas bunga mawar.
Hyunjin ingat selama menjadi rekannya dulu, Jisung ini cowok yang antipati dengan bunga apalagi yang hidup. Beberapa bunga ia alergi maka Jisung memilih menjauhi semuanya.
Hal aneh kalau Jisung yang dulu benci dengan benda itu malah memeliharanya sekarang.
"Terlihat terawat nggak sih? Dari tingkat kesegarannya kek baru diganti airnya?" Opini Hyunjin.
Jeongin mengangguk, matanya menelisik lebih dalam. Ia angkat vas keramik itu dan menemukan kartu perdana.
"Lah?! Masa si Bajing ganti nomer?"
"Bisa jadi," jawab Hyunjin.
Aneh sekali, pikir Jeongin. Adanya vas bunga mengingat Jisung benci bunga. Apalagi bunga itu terlihat segar. Lalu kartu perdana terselip di bawah vas.
Hyunjin mengambil alih kartu itu. Membaca deretan dua belas angka yang tertera.
Pluk.
Sebuah kertas seukuran kartu jatuh ke atas meja. Rupanya terselip di bungkus kartu perdana itu.
Mission 1 : Find Me!
If there's a shadow, there must be light.
"Je, apa yang lo sembunyikan?"
"Cinta aku ke kamu."
"Jijik."
"Hehe."
✖️ Pulsa ; Kartu Perdana ✖️
Ndak papa kan update disela hiatus? Soalnya besok Senin (?)
KAMU SEDANG MEMBACA
(2/2) Pulsa : Kartu Perdana
ContoBuku kedua dari 'Pulsa [HyunJeong]' Tips and trik cara dapetin diskon pulsa dan bonusannya masih berlanjut!