Waktu itu, aku duduk di pelataran rumah. Mencari kesegaran yang dihasilkan oleh pepohonan. Lalu, ada derap familier yang mendekat.
"Indah bukan?"
Saat itu aku hanya mengernyit, tanpa minat menjawab pertanyaannya. Lalu, tanpa diperintah ia duduk di sebelahku.
"Aku suka senja. Senja itu indah."
Aku sekali lagi terdiam. Orang aneh, kataku.
"Senja mempunyai warna yang cantik. Apalagi ketika menjelang petang, jingganya menguat, seakan memberitahu bahwa ia adalah ratu semesta."
Hening ....
"Kau mau mendengar cerita?"
Ia menoleh, membuatku membatu. Senyumnya dibayangi cahaya kemerahan senja. Saat itu, aku baru mengerti maksudnya. Senja yang terus ia lukis setiap pukul enam sore, dikatakan agar semakin memerah. Lalu dengan senyuman, aku menutup mata.
Gelap ....
Akhirnya aku mengerti, dari mana asal senja yang kian memerah ini.
End
KAMU SEDANG MEMBACA
[R2] Tuan Puan yang Rindu Jalan Pulang ✔
RandomC O M P L E T E D Teruntuk kamu, warna-warna yang kehilangan arah. Pada setiap pukul enam sore, detaknya tak terasa. Disarankan memakai monospace ukuran paling kecil untuk membaca seri elegi kosong (dan puisi lainnya). 『ᴄᴏᴘʏʀɪɢʜᴛ ©ᴤɪʟᴠɪᴀᴀᴜʀᴇʟ』 10 De...