oneshot: utara selatan

183 31 6
                                    

Didedikasikan untuk FLC.

Di muara sungai, ada satu keluarga yang menetap dan selalu mengunjungi sungai setiap harinya. Makan dan minum pun mengambil secara berkala tanpa bosan.

Dikatakan bahwa keluarga tersebut telah melewati waktu selama seribu tahun lamanya untuk menemukan muara sungai ini. Tak heran jika keluarga tersebut tak henti-hentinya mengonsumsi ikan yang kebetulan lewat di sana.

Ada satu legenda mengatakan bahwa,

tiap-tiap ikan yang ditangkap dan dikonsumsi lebih dari seribu ikan, maka kesialan akan menimpa dirinya.

Banyak sudah hewan hutan yang memberitahu keluarga tersebut. Namun, sang kepala keluarga yang berupa burung pelikan itu malah terbahak, "Aku sudah seribu tahun lebih hidup. Tentu saja sudah banyak ikan yang kulahap sebelumnya. Mengapa aku harus takut sedangkan selama seribu tahun ini aku tidak pernah tertimpa kesialan?"

Siput yang memberitahu pelikan itu hanya mendengus, "Ya sudah. Aku hanya berbicara soal rumor yang beredar di hutan ini. Jangan menangis, Pelikan, jika nanti kesialan menimpa keluargamu."

Sembari terbang menuju rumahnya, Pelikan berteriak keras, "Jangan salahkan aku, Siput. Jika nanti kekecewaan menimpa dirimu ha ha ha."

Pelikan mengepakkan sayapnya menuju utara, tempat di mana muara sungai berada dan rumahnya terbangun. Dengan semangat ia menerjang sungai dan kembali terbang dengan empat ekor ikan kecil yang berada di paruhnya.

"Tolong ...."

Pelikan menghentikan arahnya. Ia terus mengepak sambil menoleh ke arah kanan dan kirinya.

"Tolong ... tolong aku. Jangan makan aku."

Sudah beberapa kali menengok dan tiada satu pun hewan hutan yang terlintas di matanya. Lalu, dari paruhnya bergerak-gerak seperti memaksa keluar. Pelikan akhirnya tahu itu suara ikan yang ia tangkap untuk anaknya.

Pelikan membuka paruhnya sedikit dan mendarat di atas barang pohon. Ikan itu menampakkan dirinya dan menangis, "Pelikan, tolong lepaskan aku. Aku adalah ikan ke-1001 yang akan kau lahap. Kesialan akan menimpamu kelak, maka tolong lepaskan aku."

"Ha ha ha, aku tidak percaya. Akan kubuktikan sekarang."

"JANGAN!"

Keempat ikan serentak berteriak, tetapi Pelikan sudah menelan keempatnya dan memutuskan mencari ikan baru untuk anaknya. Ketika hendak mengepakkan sayap, tiba-tiba ada angin kencang beras dari selatan. Pusaran angin itu berputar di depannya.

Dari arah utara, berlawanan dengannya datang pula pusaran angin dan bergabung dengan pusaran sebelumnya. Tiba-tiba hutan menjadi gelap, dan Pelikan ketakutan.

"Sudah dikatakan bahwa tidak boleh seorang pun melahap seribu ikan dari sungai yang sama. Mengapa kau melanggarnya?"

"Itu hanya ikan! Di mana saja rasanya tetap sama. Jadi, mengapa aku harus repot mencari sungai yang lain?"

Pelikan menantang pusaran itu. Walau ketakutan, ia menampilkan hal yang sebaliknya. Bersikap sok berani.

Pusaran angin itu berputar dan mengubah dirinya menjadi merak jantan dan betina yang sangat cantik. Pelikan terpesona, hingga kibasan bulu merak jantan mengenai wajahnya.

Ia terluka!

Bulu cantik itu menggores wajahnya. Pelikan marah, dan dengan kesal terbang ke arah keduanya dengan paruh meruncing yang siap menusuk. Kedua merak itu mengibaskan ekornya dan Pelikan terpental jauh. Sayapnya patah dan paruhnya sobek di bagian kiri.

"Itu adalah balasan karena kau serakah! Seribu ikan itu tidak sedikit, dan penghuni hutan tidak hanya keluargamu saja! Pergilah dari sini dan cari seribu ikan untuk kau bagikan kepada penghuni hutan! Jika belum seribu ikan, jangan pernah kembali pada rumahmu!"

Keduanya berubah menjadi pusaran angin lagi. Masing-masing bergerak ke arah utara dan selatan. Sejak saat itu, legenda seribu ikan masih terus diceritakan dari generasi ke generasi. Dan Pelikan yang malang itu harus mengembara mencari seribu ikan sebelum kembali pada keluarganya.

Tamat

[R2] Tuan Puan yang Rindu Jalan Pulang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang