Part 1

1.3K 54 0
                                    

Author POV

Senyumnya semakin mengembang saat kedua matanya memandangi cermin besar yang ada di hadapannya.

Tubuhnya terbalut kebaya yang sangat manis. Kesan elegan begitu mendominasi di beberapa area tertentu, membuat aura Laras semakin keluar. Kebaya putih gading itu pun juga mampu menghipnotis beberapa pasang mata yang ada di sekitarnya.

"Lo ngga ada niatan buat nyari calon suami baru?". Ujar Willy yang sesekali memandangi Sonny.

"Gue gitu contohnya". Bima menimpali guyonan Willy dengan sangat baik.

"Amit-amit gue nikah sama lo". Sungut Laras.

"Ngga boleh gitu, pamali". Ujar Risa yang membantu Laras merapihkan area bawah kebaya.

"Kayanya gue harus berantem dulu sama cewek, baru bisa punya pacar deh".

Semuanya melirik ke arah Denny. Seketika ruangan itu penuh dengan gelak tawa. Tak terkecuali Sonny.

"Lo itu udah jomblo akut. Ngga usah sok-sok'an mau punya pacar. Nanti kalau lo punya pacar, ngga ada trio jomblo abadi lagi".

"Astagfirullah, makin pedes aja itu mulut". Tangan kanan Willy tepat berada di dadanya, mengelus dengan pelan sambil menggelengkan pelan kepalanya.

"Udah baju ke enam, jadi.... Mau yang mana,Mas?". Risa menatap Sonny dan juga Jay yang duduk bersisian. Sejujurnya, ia sudah lelah memilihkan kebaya yang akan di kenakan Laras. Selera Sonny dan juga Jay terlalu tinggi. Padahal, Laras santai saja terhadap kebaya manapun yang akan dikenakannya nanti.

"Kayanya yang kedua lebih bagus". Ujar Jay.

"Gue setuju". Kepala Sonny mengangguk pelan.

"KENAPA NGGA DARI TADI AJA KALIAN BILANG KAYA GITU?". Laras mulai emosi. Pasalnya, dua jam lagi ia harus segera pergi ke salah satu hotel. Band favoritenya akan mengadakan konser malam ini.

"Mam...pus". Willy memenggal satu kata itu, mengucapkannya pada Laras tanpa suara.

Laras menghembuskan nafasnya dengan kasar. Ia pun segera kembali ke dalam ruang ganti untuk mengganti pakaiannya.

Sambil menunggu Laras di dalam, Risa pun mengambil Kebaya berwarna putih tulang dan memberikannya pada salah satu staff butik yang sedari tadi menemani mereka, "Tolong di bungkus yang ini,Mbak".

"Terus, Lo sama Laras ada penambahan buat makanan atau di ubah?". Tanya Willy yang mulai serius.

"Lo atur aja. Soal catering, gue percaya sama lo".

"Mas Sonny yakin mau pakai hotel yang di Senayan? Apa ngga kekecilan buat resepsinya?".

"Kenapa ngga di Bali aja? Biar sekalian liburan". Bima menimpali.

"Kalau kalian mau nanggung akomodasi semua tamu, gue sih oke aja".

"Brengsek". Bima tertawa kecil mendengarnya.

"Kayanya butuh tambahan beberapa mawar lagi,Sa". Ujar Jay , tangannya sesekali mengecek beberapa lembar kertas yang berisikan design gedung resepsi.

"Ngga sekalian bunga kantil,Bang?".

"Buat lo ngemil?". Tanya Jay pada Denny.

Tak berselang lama, Laras sudah keluar. Kebaya nan anggun yang dikenakannya tadi, sudah berganti dengan sebuah kaos berwarna putih dan juga celana jeans yang sedikit longgar. Rambut yang ia gerai pun sudah terkuncir dengan begitu rapih, "Ayo". Ucapnya pada Sonny.

"Yang mesra dong". Goda Sonny.

"Malesin". Laras langsung keluar terlebih dahulu. Tanpa berpamitan pada yang lainnya.

Deep in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang