Part 17

249 30 7
                                    

Author POV


"Aryo udah baikan sekarang". Ujar Laras saat Sonny masuk ke dalam kamar.

Pria itu sudah sangat rapih pagi ini.

"Makasih ya,Ras. Maaf kalau gue masih ngerepotin....".

"Selama itu urusan Aryo, gue ngga masalah". Potong Laras tanpa mengalihkan pandangannya pada Sonny. Kedua tangannya masih sibuk mengganti pakaian bayi laki-laki itu.

"Bima.....".

"Gue lagi ngga mau bahas itu sekarang".

"Sorry".

"Nah, udah selesai". Ujar Laras, ia segera memberikan Aryo pada Sonny.

"Anak Ayah....". Ujar Sonny sembari menggendong Aryo, "Ayah kerja dulu, Aryo ngga boleh rewel hari ini". Diciuminya beberapa kali pipi tembam Aryo. Ia pun mengembalikan bayi itu pada Laras, "Gue ke kantor dulu ya, maaf hari ini harus ngerepotin lagi karna Indah ada ujian pagi".

"It's oke".

Sonny segera keluar dari kamar. Rasanya begitu canggung saat berhadapan dengan Laras. Menghilangnya Bima ia pun tahu, namun dirinya tidak bisa berbuat apa-apa karna sulitnya berkomunikasi dengan Bima.

"Denger kan apa kata Ayah kamu tadi, ngga boleh rewel anak ganteng". Ucap Laras begitu gemas saat Aryo kembali menguap. Ia pun membawanya ke balkon. Setidaknya bayi itu butuh cahaya matahari pagi saat ini.

Rasa canggung masih menyelimuti dirinya saat berhadapan dengan Sonny.

Dirinya memang sengaja menghindari Sonny bahkan Aryo semenjak Bima menghilang. Hanya itu yang mampu dilakukannya saat ini. Namun, semua usahanya telah gagal. Ia tidak bisa menghindari Aryo.

Didudukinya sofa panjang yang berada di teras balkon kamar Indah, pandangannya jatuh pada bayi lelaki yang mulai memejamkan matanya. Bayi yang menghiraukan hangatnya cahaya matahari pagi yang menerpa wajahnya.

Entah sampai kapan dirinya bisa melakukan hal seperti ini. Ia harus bisa melepas Aryo secepatnya, meski hatinya tidak ingin melakukannya.

"Mbak Laras disini toh". Ujar Fitri.

"Iya,Mbak. Lagi ngejemur Aryo". Laras tersenyum simpul pada gadis yang sudah lama sekali ia kenal.

"Aku bawain Mbak Laras sarapan, Aku taruh di meja dekat ranjang". Fitri duduk di samping Laras, "Mbak Laras mandi dulu aja, trus sarapan. Biar aku yang jagain Aryo".

"Gak ngerepotin,Mbak?".

"Sama sekali ngga,Mbak".

Laras segera memindahkan Aryo pada pangkuan Fitri dengan hati-hati. Ia pun kembali masuk ke dalam untuk mandi terlebih dahulu.

"Coba ya Mbak Laras mau nikah sama Mas Sonny lagi, kamu pasti bakalan hidup bahagia banget". Gumam Fitri sambil memandangi wajah Aryo.

Tak lama setelah Laras mandi, ia segera menyantap sarapan yang dibawakan oleh Fitri. Sepiring nasi goreng tanpa kecap yang menjadi kesukaannya jika berkunjung ke rumah Sonny.

"Kamu udah makan,Fit?". Tanyanya saat sampai dibalkon dengan piring yang berada ditangan kirinya.

"Udah Mbak tadi".

"Kayanya udah cukup berjemurnya,Fit". Ucap Laras disela-sela mengunyah nasi gorengnya.

Fitri beranjak dari sofa. Bayi itu masih terlelap dalam tidurnya meski dahinya sedikit berkeringat.

"Tante sama Om kapan balik?". Kini Laras sudah duduk di kursi belajar milik Indah, ia memandangi Fitri yang meletakkan Aryo pada ranjang. Tak lupa, guling-guling kecil diletakkan di sisi kanan dan juga kirinya.

Deep in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang