"Apapun itu, jalanih dengan hati ihklas. Dan yakinlah usaha takkan mengkhianati hasil."
==================================
Entah dosa apa ia dulu, hingga harus memiliki sahabat macam Nisa ini. Hah, Fanisa Maharani anaknya om Dirga dan tante Elma. Mengapa anak kalian sampak seperti ini ya Tuhan! Gimana gak kesal coba, orang baru juga tidur jam lima. Tiba-tiba dipaksa bangun oleh makhluk seblek bin tolol. Siapa lagi kalo bukan sahabat baiknya dari sejak ia masih SD.
(Tigapuluh menit yang lalu)"Bangun, woi!" teriakkan dengan suara super cempreng Nisa menggema sejak ia masuk ke kamar bernuansa abu-abu ini. "Arginaaaa, bangun...!" Untunglah, hari ini Nisa memiliki senjata rahasia jika nanti hulk versi cewek yang kebetulan menjadi sahabatnya juga akan marah padanya karena telah mengganggu jadwal hibernasi sang sahabat.
Sedang gadis yang direcoki tampak masa bodoh. Malah menutup sebelah sisi wajahnya dengan bantal. Namun, hal itu tak membuat Nisa menyerah. Dengan sekali ancamannya, Gina yang masih setengah sadar seketika bangun dengan ekspresi jijik dan menatap cewek berponi di sampingnya dengan was-was.
Satu hal yang menjadi ketakutannya. Tidak kelemahannya. Lah, sama aja keles. Oke, apapun itu. Satu hal yang dapat membuat seorang Argina Khaislova bergedik jijik serta ketakutan, menyebabkan munculnya sisi lain dari dirinya. Dan hal ini hanya di ketahui oleh beberapa orang saja.
Kucing.
Binatang yang sebagian orang menganggapnya makhluk yang imut dan lucu, namun tidak untuk cewek tomboy ini. Baginya kucing itu menjijikkan. Membayangkannya saja pasti berhasil membuatnya mual dan berakhir tak makan sepanjang hari.
Dan ancaman Nisa berhasil membuat Gina mau menuruti kemauan gadis itu. Hah, sial. Gina masuk ke kamar mandi dengan terus mengumpat dalam hati. Mau apa sih gadis itu. Ia masih saja mendumel hingga turun ke bawah.
Lihatlah, gadis yang tadi telah mengganggu acara hibernasinya. Sedang asyik bercengkrama dengan Omanya. Hah, dua drama queen. Please kill me now!
Dengan langkah berat, ia akhirnya mengikuti kemana pun sang sahabat akan membawanya pergi. Dan sepanjang perjalanan yang entah kemana ini Gina memejamkan kedua matanya. Ia benar-benar mengantuk.
~~∞O∞~~
Gina dengan mata malas, di tambah dengan perasaan kesal, menatap datar ke arah tersangka utama perusak ketenangan hidupnya. Fanisa yang memang kadar kepekaannya sangat kurang (dan takkan pernah peka), dengan tidak berperikepekaannya menyeret Gina begitu saja.~~Bagai pengembala menarik domba gembalanya yang bandel tak mau pulang. Heh!~~Jangan tanya gimana keadaan Gina sekarang. Gadis itu sedari tadi mencoba menahan gejolak cinta, eh maksudnya gejolak amarah. Yang sudah mencapai ke ubun-ubun.
'Sabar, Gin. Sabar...'–ucap Gina pada dirinya sendiri.
"Gin, coba lihat. Wah keren ya. Ah, ini ... coba lihat, wah. Gin, yang ini juga ...." dan bla bla bla. Fanisa benar-benar.....Apakah dia tak peduli dengan kondisi Gina sekarang. Lihatlah, wajah temboknya bertambah mengerikan saja. Padahal dia tahu sendiri, sahabatnya itu anti dengan yang namanya keramaian.
Ahk, Fanisa....
Sementara Fanisa sibuk dengan dunianya sendiri, tentu saja belanja. Gina hanya berdiri seperti orang bodoh, tak jauh dari tempat Nisa sedang bernegosiasi dengan salah satu penjual kerajinan tangan. Sesekali Gina menghindar saat ada orang yang ingin lewat.
'Nisa ... kenapa kamu begitu tidak berperipekanya sih? Saya rasanya mau pingsan tahu!'–Apalah daya, walau sudah menampilkan wajah memelasnya pada Fanisa. Nyatanya gadis gila itu tetap tak mengerti dan tanpa menghiraukan Gina, ia bahkan menarik Gina lagi ke stan lain yang menarik perhatian gadis itu.
Entah kemana perginya kekuatan Gina. Saat dalam kondisi seperti ini, ia selalu menjadi lemah. Menyebalkan!
~~∞O∞~~
Nisa dengan tampang polos, oh jangan lupa wajah tanpa dosanya itu, ingin rasanya saya tenggelamkan ke dasar palung Marina. Lihatlah, bahkan ia sekarang tengah duduk di depannya tampak asyik menikmati semangkuk es krim vanilla nya. Dan sejak mereka kembali dari tempat tadi, Gina tak bersuara. Hanya memberikan tatapan spesial untuk sahabat gilanya itu.
Hingga mangkuk es krim telah tandas pun, tak ada juga yang kunjung bersuara. Dan Gina, gadis itu masih setia memandang sahabatnya. Dan mendapat balasan tatapan terlampau polos dari Nisa.
"Eh elah Gin, Lo gitu amat marahnya. 'Kan sekali-kali Lo keluar gitu menikmati dunia luar. Dan Lo harusnya bilang makasih sama gue, karena gue Lo bisa menyaksikan pemandangan ibukota. Selain itu–" Nisa terpaksa menghentikan bacotannya, ketika Gina mengangkat sebelah tangannya.
"Pulang!" ucapnya tegas sarat akan amarah yang siap kapan saja akan meledak. Saat mengatakan kata tadi, Gina telah kembali ke mode datar. Eh, 'kan seorang Argina selalu lempeng kek tembok belakang sekolah.
Nisa menatap nyalang ke arah Gina yang mulai meninggalkannya keluar. 'Hah, bakal susah nih urusannya'....Nisa menelan ludahnya dengan susah payah sembari menangkup wajahnya.
Astaga, padahal niatnya tadi 'kan baik...Ia hanya ingin membantu. Arrrgh!
~~∞O∞~~
"Cukup jangan mengusik hidup saya, maka Anda akan tetap aman."
–Argina Khaislova A.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Darkness Girl[TAMAT]
Adventure17+ ✔||REVISI||✔ #Neverland High School Series : Mempersembahkan #Disponsori Oleh Teh Manis Buatan Ibu Bagi yang baca cerita ini makasih, karena Anda sudah mau meluangkan waktu Anda untuk sekedar lirik atau baca cerita dari saya. Dan maaf juga kare...