29. Epilog : Akhir Waktu Yang Tak Diinginkan?(Revisi)

160 4 2
                                    

Apa yang kauharapkan takkan menjadi kenyataan. Karena aku bukanlah bahan ekspetasi yang cocok. Aku hanyalah jiwa yang menumpang hanya untuk sekedar berbagi ketidakjelasan. Aku adalah keabstrakan yang nyata. Bersamaku hidupmu akan sangat membingungkan.

Aku adalah jiwa pemalas yang gampang merasa bosan. Yang mungkin saja ditemukan mengenaskan di dalam bilik kamar. Aku adalah lambang jiwa rebahan yang kegiatannya tak bisa jauh dari kasur. Aku mewakili para pengangguran yang selalu eksis membayangi wajah-wajah pemimpin yang lalai dan lupa.

Jiwaku yang kotor telah tercemar segala dampak modernisasi yang tak bertanggung jawab. Menyalahkan sepenuhnya pada otak kutu kami, tanpa mengimbau yang lain dan mengantisipasi korban selanjutnya.

Memahamiku adalah kemustahilan yang nyata, karena aku sendiri juga tak bisa. Bila kamu mampu, artinya kamulah separuh jiwaku yang belum kutemukan. Hingga raga kita menyatu, apakah akan tetap sama?

Berharap lebih padaku adalah kemustahilan yang nyata, karena perjalanan hidup yang memberitahukan padaku. Cukup percaya dan yakinlah, maka aku akan mewujudkannya.

Aku adalah jiwa yang tersesat yang membutuhkan sosok pembimbing yang mau menuntunku ke rute yang benar. Aku adalah sosok imaji yang selalu hadir dimimpi sang pujaan hati, menerornya dengan barisan kata hipnotis.

Aku adalah musafir, yang berkelana jauh hanya untuk bertemu denganmu. Impian setiap umat.
.
.

.
.

.
.

###'Kemenangan & Kejutan Dari Kawan Lama'

Sebuah ruangan di sebuah apartemen mewah pusat kota, seorang pemuda tengah berdiri di depan jendela kamarnya. Didepannya pemandangan deretan bangunan pencakar langit menyambut indra penglihatannya, ditambah suasana aktivitas para warga pada malam hari di bawah sana. Hiruk-pikuk khas kehidupan kota menemani malamnya.

Lekukan senyum tipis tercipta, untuk sejenak ia memejamkan matanya. Pemuda ini sedang menikmati sesuatu yang membuatnya begitu senang sekali. Sesekali bersenandung ria, mengikuti alunan musik yang berasal dari gramophone tua tak jauh dari tempatnya berdiri.

Nuansa ruangan yang sedikit remang-remang, membuat suasana nya jadi agak menakutkan.

”Hmm....“

”Hahahaha!“

Tawanya bergema di ruangan itu. Tawanya lalu terganti dengan kekehan mengerikan. ”Kehehehekehhehekhekhe!“

Disudut ruangan dekat dengan tempat diletakkan gramophone, ada meja yang diatasnya terpajang kumpulan topeng yang tersusun rapih.

”Hahaha, aku lah sang pemenang! Ahahahaha!“ tawanya yang rada menakutkan bergema dalam ruangan tersebut.

Lagi-lagi seringaiannya terlihat, pemuda itu lalu mengambil segelas cairan berwarna merah. Ia minum dan menikmati minumannya. ”Hm, game over!“ ujarnya bersamaan dengan berakhirnya lagu yang tadi terdengar.

'Kring!Kring!Kring!'

'Kring!Kring!Kring!'

'Kring!Kring!Kring!'

Suara ring tone menggema, suaranya gadis memecah kesunyian. Terus berdering lalu tak lama kemudian tak terdengar lagi.

Perlahan, ia mendekat lantas meraih ponselnya di nakas.

'Klik!'

Kurang dari lima detik dirinya membuka kunci ponselnya, ia langsung menerima sebuah pop up notifikasi pesan masuk dari 'Nomor Tak Dikenal!'

Apa kau baru saja merayakan kemenanganmu? Uhm, akan dibiarkan selama lima menit kalau begitu. Kalau waktunya telah berakhir, tolong terima panggilan dariku ok!? Ada hal penting yang ingin ku ucapkan!

'Kring!Kring!Kring!'
'Kring!Kring!Kring!'

Ia menggeser ikon bertanda menjawab panggilan masuk. Kemudian diam saja, tak mengatakan sepatah katapun. "Kejutan!"

Pemuda itu terdiam setelah mendengar suara sang penelpon. "Apa kau masih ingat padaku?" Ia tak mampu menjawab, hanya terdiam.

"Setelah sekian lama, akhirnya aku menemukanmu!" ujar orang di seberang sana. "Kau setuju tidak, bila aku mengakhiri semuanya sekarang?" Keheningan yang menjawab pertanyaan dari sang penelpon.

Saat berniat akan menjauhkan ponsel dari telinganya, terdengar lagi suara dari ponselnya. "Ehn, apa aku lupa mengatakannya, ya? ... Jika kau menutup panggilan ini, maka segalanya akan berakhir mal .... " Belum sempat orang itu menyelesaikan kalimatnya, sambungan telponnya ditutup begitu saja.

"Omong kosong!"

Sementara itu di seberang orang yang menelpon tadi, memandang ganggang telepon dengan prihatin. "Yang, padahal aku masih menunda hingga sepuluh menit kedepan. Tapi, ya sudahlah inikan pilihannya."

Dalam lamunan, tiba-tiba saja dirinya dikagetkan dengan suara penanak nasi yang bersuara. Padahal ia tak pernah ... tunggu, ini bukan suara dari penanak nasi. Matanya mengedar mencari sumber suara.

Hingga netralnya memandang lekat-lekat pada pigura yang terpajang diatas meja. Sekilas memang tak ada yang aneh, tapi jika diperhatikan dengan teliti maka kamu akan menemukan titik merah berkedip pada baju salah satu anak dalam pigura. Tepatnya pada anak yang tersenyum lebar dengan kue tart di hadapannya. Sementara di samping kiri dan kanan anak tadi terdapat dua bocah cewek-cowok yang juga menyunggikan senyum bahagia.

'Selamat Ulang Tahun, Johny!'

Sejenak dirinya mematung, masih teringat jelas bagaimana bahagianya ia saat merayakan ulang tahun terakhir bersama orang tuanya serta dua bocah yang menjadi sahabat kecilnya duapuluh tahun silam. Sebelum sebuah peristiwa yang mengubah segalanya. Kebahagiaannya di rebut. Tak ada yang tersisa darinya.

Setetes air matanya mengalir begitu saja. Seketika rasa penyesalan menggerogoti paru-paru hingga membuatnya sesak. "Maafkan aku ...."

Titik merah itu mulai berkedip dari lambat ke semakin cepat.

'Biiiiip!'

Suara ledakan di salah satu lantai apartemen mewah berhasil membuat gempar seluruh kota. Suara ledakan yang begitu tiba-tiba pada saat orang-orang menjelang ke tempat peristirahatan.

Kobaran asap membubung bercampur dengan udara malam yang dingin. Suara gaduh sirene menjadi latar suasana malam itu.

Para awak media mulai mengerumuni tempat kejadian. Para petugas mulai melaksanakan pekerjaan mereka.

Diantara suara bising itu, berdiri seseorang dengan pakaian serba hitam. Ia memandang lurus pada bangunan apartemen yang tengah berkobar dengan sang jago merah. Tatapannya sarat akan kesedihan yang mendalam. Cukup lama ia berdiam diri disana.

Kemudian setelah dirasa cukup, sosok itu lantas beranjak pergi.

'Drrt! Drrt! Drrt!'

(Unknow Number)

Misi selesai, kamu boleh istirahat.

Setelah membaca pesan teks tersebut, ia lantas membuka SIM card ponselnya. Kemudian ia patahkan lalu membuangnya ke selokan.

'SsssuatDOAR!'

Ledakan susulan terdengar, kali ini ledakannya lebih besar dibanding ledakan pertama tadi.

.......

THE END

.......

>>Sampai nanti.....>>

Salam manis dari saya untukmu, wahai pembaca setia 'My Darkness Girl'.....Dah!

Wangi-wangi, 22 Oktober 2020

Srtk
Penulis.

My Darkness Girl[TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang