Pada akhirnya aku akan kalah, ku akui kau berhasil membuatku menyerah melawan rasa cinta yang selama ini mengusik jiwa.
-Diva-
Diva baru saja tiba ke sekolahnya. Dia berjalan menuju ke kelasnya sambil sesekali melempar senyuman dan menyapa orang-orang yang ada disekitarnya.Langkah Diva terhenti tepat di depan koridor ketika mendengar seseorang yang memanggil namanya Diva berbalik badan, dan sedetik kemudian tubuhnya membeku. Gerald, lelaki itu tiba-tiba memeluk Diva.
"Selamat ya Div lo lulus, gue bilang apa coba lo itu pasti lulus" ucap Gerald sambil tersenyum lebar.
"Hah? Maksudnya apaan Rald?" Tanya Diva
Gerald melepas pelukannya pada Diva, dia kemudian mengambil napas panjang.
"Lo lulus ujian Bu Sovia tempo hari Div, meskipun nilai lo ngga terlalu tinggi tapi itu udah lumayan banget Div" ucap Gerald kemudian memeluk Diva kembali
"Seriously?" Ucap Diva yang masih tidak percaya dengan ucapan Gerald.
"Iyaa lah. Kalo lo ngga percaya lo ikut gue sekarang" Gerald menarik tangan Diva membawa sang empunya ke mading tempat hasil ujian di tempel.
"Permisi ... maaf yaa" ucap Gerald terus berjalan kedepan hingga mereka tiba tepat di papan pengumuman yang berisi nilai ujian para siswa tempo hari.
Diva mencari namanya dan benar apa yang dikatakan Gerald. Diva lulus ujian.
"OMG gue beneran lulus astaga gue ngga nyangka sumpah. Rald lo tolong cubit pipi gue deh kali aja gue cuman mimpi" ucap Diva sambil menunjuk pipi kanannya
"Apaan sih lo emang ngga mimpi lah" ucap Gerald meyakinkan
"Yesssssss gue lulus mapel Bu Sovia, akhirnyaaaaa" Diva berteriak sambil melompat-lompat di hadapan Gerald. Gerald yang melihat tingkah laku Diva pun hanya bisa tertawa.
Semua orang melihat ke arah Diva dan Gerald. Gerald yang sadar akan hal itu pun langsung menarik Diva keluar dari kerumunan orang banyak tersebut.
"Ehh eh kenapa sih?"
"Lo diliatin orang daritadi, ngga malu apa loncat sambil teriak-teriak ngga jelas kayak orang setress"
"Ngeselin lo, udah ah kalo gitu gue duluan ke kelas"
Diva berjalan meninggalkan Gerald. Merasa tak terima ditinggal begitu saja lelaki itu pun menyusul Diva dan berjalan di sampingnya.
"Lo harus traktir gue ya pulang sekolah nanti"
"Iya udah tenang aja gue traktir pasti"
Kegiatan belajar mengajar berjalan seperti biasanya.
Kring kring
Bel pulang pun akhirnya berbunyi. Semua siswa sudah pulang dan hanya tersisa Diva, Gerald dan Fanya saja di dalam kelas. Tak lama kemudian Fanya juga pamit pulang
"Gue duluan ya" ucap Fanya
"Loh kok gitu? Lo ngga ikut kita Fan" Tanya Diva
"Ya kali gue ikut orang mau pacaran, bisa-bisa jadi obat nyamuk doang gue"
"Siapa yang pacaran sih?" Diva berusaha membela dirinya dari tuduhan Fanya.
"Yaudah sono pulang" ucap Gerald tiba-tiba
"Iyee ini juga mau pulang" jawab Fanya
"Byeee Div" ucap Fanya lagi yang kemudian melirik ke arah Diva seraya mengejek Diva
"Fanyaaaa ngeselin bangettt lo"
Setelah berteriak Diva melihat ke arah Gerald.
"Jadi ngga nih perginya?"
"Iyaa jadii"
Mereka berjalan bersama menuju ke parkiran. Gerald telah sampai duluan ke parkiran sedangkan Diva masih berjalan di belakang dengan langkah gontai. Tak lama kemudian Diva sampai di parkiran.
"Bener kata adeknya ni cewe lemot" ucap Gerald pelan akan tetapi masih terdengar di telinga Diva.
"Ngomong apa lo barusan?"
"Ngga ada Div udah deh ni pakek helm" Gerald memasangkan helm ke kepala Diva untuk membuat gadis itu berhenti berbicara alhasil gadis itu benar-benar diam seperti yang Gerald harapkan.
Setelah 30 menit menyusuri jalanan kota Jakarta yang cukup ramai tibalah mereka di sebuah kafe di dekat taman kota.
Mereka masuk ke dalam kafe itu. Tak lama kemudian seorang pelayan datang untuk mencatat pesanan mereka
"Kami sedang ada diskon untuk sepasang kekasih yang ingin menyumbangkan sebuah lagu didepan" ucap pelayan tersebut sambil menunjuk ke arah tempat biasa seorang penyanyi kafe menghibur pengunjung
Diva terkejut. Pelayan kafe ini adalah kesekian orang yang mengira Gerald dan Diva berpacaran.
"Kita ngga...." Diva hendak memberi tahu pelayan tersebut soal hubungannya dengan Gerald yang hanya berteman. Tapi usaha Diva sia-sia Gerald sudah lebih dulu menutup mulut Diva dengan tangannya
"Serius mbak? Iya-iya kita pacaran kok kalo gitu saya terima tawaran mbak, nanti biar saya yang nyanyi disana" ucap Gerald sambil merangkul Diva agar sang pelayan tersebut tidak curiga.
"Ohh baiklah kalo begitu. Saya tinggal dulu ya mas mbak"
Pelayan itu berjalan pergi, Diva melepaskan rangkulan Gerald dari bahunya.
"Maksud lo apaan sih ngomong gitu"
"Udah bawel banget lumayan dapet diskon ketimbang nyanyi doang mah kecil"
"Ya tapi ngga gituu"
"Apaan sih? Udah lo tunggu disini aja diem duduk manis liat gue nyanyi. Tapi lo jangan baper lagunya bikin baper soalnya" ucap Gerald sambil menggoda Diva
"Najisss tau ngga"
Gerald berjalan ke depan mengambil gitar kemudian duduk disebuah kursi yang memang sudah disediakan.
Gerald mulai memainkan gitarnya menghasilkan bunyi petikan gitar yang begitu indah. Sesaat kemudian Gerald mula bernyanyi
Jikalau kau cinta, benar-benar cinta
Jangan katakan, kamu tidak cintaJikalau kau sayang, benar-benar sayang
Tak hanya kata atau rasa kau harus tunjukkanJangan sampai hingga waktu perpisahan tiba dan semua yang tersisa hanyalah air mata, hanya air mata
Mungkin saja cinta kan menghilang selamanya dan semua yang tersisa hanyalah air mata, hanya air mata cinta...
Semua pengunjung memberi tepuk tangan setelah Gerald menyelesaikan nyanyiannya. Dan Diva? Gadis itu diam membeku, lagu yang barusan Gerald nyanyikan seolah menusuk kedalaman hati Diva dan memberinya isyarat untuk mengakui kalo memang dia telah mencintai Gerald.
Tbc
Jangan lupa voment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku , Kamu dan Dia yang kamu cinta ( ON GOING )
Novela Juvenil-Divanya Sesilia Reputri Level terbodoh saat mencintai adalah ketika aku merasa kalau kamu juga mencintaiku. -Gerald Satya Yowanda Karena aku tidak bisa memilih kepada siapa hati ini akan berlabuh. -Arizka Arta Wijaya Pengorbanan yang dia lakukan me...