04

739 82 6
                                    

Seungyoun menepati janjinya, sore menjelang petang ia sudah berdiri di depan gerbang rumah Chaeyeon sambil menenteng beberapa kantong makanannya yang sempat ia beli melalui layanan drive thru. Pakaian Seungyoun cukup simpel, sekedar baju dirangkap jaket denim dan celana jeans robek-robek yang dipilih untuk bawahannya, toh dirasa juga mereka tidak ada niatan kencan ke luar.

"Iya, aku udah di depan Chae. Cepat bukain dong pagarnya!" Begitulah Seungyoun, tidak ada manis-manisnya sedikitpun main suruh-suruh saja.

Berapa menit menunggu, muncul bayangan seseorang berjalan dari sela-sela gerbang besi itu berdiri. Pasti Chaeyeon, pikir Seungyoun.

Engsel gerbang digeser, tarikan dari dalam hingga gerbang terbuka. Awalnya senyum Seungyoun lebar sekali, lengkap dengan lengannya yang hampir membuka lebar —niatan memeluk— namun kala meniti wajah si pembuka gerbang baik-baik, niat itu sirna disusul dengan cengiran malu seolah tertangkap basah akan mencuri.

"Kak Seungyoun, maaf yaa Kak Chaeyeon-nya lagi di dapur bantuin mamah masak" itu suara Chaeryeong. Adik Chaeyeon yang berjarak satu tahun tetapi memiliki wajah hampir mirip sekali dengan kakaknya.

Haduh, mampus kalau ia salah peluk tadi.

"E-eh, enggak papa. Oh iya, ini kakak bawa banyak cemilan. Lumayan kan kalau belum jadi masakannya, dimakan dulu aja" Seungyoun menyerahkan salah satu dari kantong makanan yang ia bawa.

Chaeryeong tersenyum cerah, "Makasih, huh Kak Chaeyeon tuh kenapa sering banget ngedumel. Padahal pacarnya baik gini" pujian Chaeryeong berbuah senyuman percaya diri dari Seungyoun.

"Saya yang beruntung dapat dia Yeong"

Chaeryeong hanya menghembuskan nafas pelan, "Iya deh, eh jajanannya aku aja yang bawa. Kakak mau masukin mobil kan?"

"Oh iya, ini deh sekalian. Makasih Yeong"

Chaeryeong mengibas tangan, seolah itu bukan hal yang berat.

Setelah memarkirkan mobilnya di pelataran rumah keluarga Lee, Seungyoun pilih segera menyusul masuk ke bagian dalam rumah, tepatnya dapur. Sudah dua tahun pacaran, bukan hal canggung lagi untuk bolak-balik mengitari rumah keluarga Lee.

Lagian, pacaran mereka di sah-sah-kan saja kok oleh kedua pihak keluarga, asal jangan yang neko-neko semuanya fine.

"Sedang latihan jadi istri idaman, huh?" Datang-datang ke sudut dapur, Seungyoun justru menggoda pacarnya dengan kalimat gombalan klasik atau basi—menurut Chaeyeon— tentu yang digoda tetap fokus pada masakannya.

Mamah Lee tertawa, "Ih, mantu idaman mamah datang juga. Lama ya tadi nunggu di gerbangnya. Padahal sih mamah udah nyuruh Chaeyeon keluar dari tadi" wanita empat-puluh-lima-tahun itu menyambut baik kedatangan Seungyoun, "Tapi dia malah nyuruh balik ke adiknya. Maafin Chaeyeon yaa, Youn"

Seungyoun tersenyum tulus, "Enggak apa kok tante. Yang penting saya udah disini, oh iya om mana tante?" Tanyanya sekalian menggantikan tugas Mamah Lee yang tengah membawa piring-piring ke meja makan, "biar saya aja tante"

"Eh, makasih lho. Ya si om belum datang jam segini mah. Masih rapat kayanya"

Raut Seungyoun dibuat bersedih, "Yah, padahal mau nemenin main catur kan lumayan ada lawannya kalau sama saya" sedih dibuat-buat, memang sih keluarga Lee total memiliki 3 anak yang seluruh gendernya perempuan. Terkhusus untuk si bungsu yang masih menginjak tingkat SMP lebih memilih masuk ke sekolah berasrama, ingin mandiri katanya. Ya sudah tersisa sulung dan tengah, Chaeyeon dan Chaeryeong saja.

"Nanti malam aja, sambil ngopi" sahut Mamah Lee.

Chaeyeon yang memotong beberapa buah untuk kebutuhan serat sehari-hari mendengus, "Bohong itu mah. Seungyoun-Seungyoun aja main catur, bisa-bisa pion kuda geraknya miring bukan later L"

a f f e c t i o n -seungyoun ft. chaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang