23

448 63 14
                                    

Ketika bel pulang berdering mobil Seungyoun sudah bertengger di dekat gerbang sekolah yang terbuka lebar. Chaeyeon menjengitkan alis bingung, akhir-akhir ini mereka memang jarang berkomunikasi. Ingat, ada masa-masa dimana mereka sibuk sendiri bahkan tidak segan melupakan tukar kabar padahal kata orang-orang komunikasi adalah pondasi utama terbentuknya hubungan yang sehat karena fungsi komunikasi yang dapat meminimalisir kesalahpahaman atas masalah apapun yang kelak menerjang mereka.

Mau dikata bagaimana lagi, Chaeyeon lelah lebih dulu dengan jam belajar yang menyiksanya, dan mungkin, yeah mungkin Seungyoun juga punya kegiatan padat bersama papah pria Cho itu. Walau jarang kabar-kabar, mereka saling izin kok selama kosongnya posisi masing-masing mendampingi satu sama lain. Seungyoun berbicara langsung pada Chaeyeon agar diberi pengertian lebih banyak begitu juga Chaeyeon yang terbuka mengenai jadwal belajarnya yang semakin menguapkan waktu istirahat.

"Kok enggak bilang?" Pertanyaan dilontarkan Chaeyeon begitu ujung sepatunya tiga puluh centimeter lagi bersinggungan dengan sepatu Seungyoun, "Mukanya juga nekuk, padahal baru ketemu lho" komentar Chaeyeon mengundang gerakan menggaruk tengkuk dari si lawan bicara.

"Maaf, capek" pendek Seungyoun berusaha jujur, "Masuk ayo, udah malam begini" perintah Seungyoun sambil memutar tubuh ke bagian pengemudi.

Chaeyeon manut mengikuti perintah Seungyoun, membuka bagian penumpang depan, lalu duduk rapih dan memasang safety belt dengan benar. Sebelum mobil Seungyoun benar-benar melaju pergi, Chaeyeon menolehkan kepalanya ke samping, "Mampir ke kedai eskrim dulu boleh?"

Pemuda Cho itu ikut menoleh bingung, "Tumben? Biasanya lebih pilih supermarket buat pocky?" Tanya Seungyoun terheran.

Wajah penasaran Seungyoun dibalas tarikan pipi oleh jemari kecil Chaeyeon, gemas pada Seungyoun, "Bukan buatku, buat kakak. Moodnya buruk banget, sampai manyun mulu"

.
.
.
.

"Rasa apa?"

Seungyoun mendengung, malas berpikir, "Kamu aja yang pilih"

Chaeyeon melihat-lihat lembar menu dengan cermat, membuat waiters di depan mereka menunggu sedikit lebih lama, "Matcha atau tiramisu?" Masih bertanya tanpa menatap Seungyoun. Chaeyeon benar-benar Lee Chaeyeon, disuruh pilih sendiri, ia malah meminta Seungyoun tetap ikut andil memilih.

"Tiramisu"

Tersenyum sejuk, ia gumamkan pesanan Seungyoun dan dirinya pada sang waiters yang sigap menuliskan keinginannya.

"Terima kasih" ucap Chaeyeon diakhir.

Sembari menunggu pesanan datang, pandangan Chaeyeon bergerak ke seluruh arah memperhatian setiap detail dekorasi kedai eskrim yang mengangkat desain tempo lama alias vintage, ruangannya dingin berkat air conditioner yang terpasang apik di sisi-sisi atas kedai namun berkesan hangat akibat lampu-lampu bernuansa temaram yang digunakan sebagai penerangan, paduan warna cat dindingnya juga baik, cream dan putih serta penggunaan beberapa wallpaper motif bunga-bunga kecil namun tidak ramai semakin membuat penampilan kedai terasa sempurna. Puas berputar-putar, ia fokuskan diri ke arah pacarnya yang masih setia memainkan gawainya tampak menggulir —entah pesan atau pun timeline—malas-malasan, dari mimik wajah.

Chaeyeon berdeham, "Kak"

"Hmm?"

Memangku dagu dengan telapak kanannya, Chaeyeon memasam walau tidak berhenti memberi atensi penuh pada lekuk rupa pacarnya. Tampan sih, tapi cuek judesnya Seungyoun itu kurang ia sukai. Mendesah pasrah, Chaeyeon raih jemari Seungyoun yang tidak memegang benda pipih berlogo apel tergigit itu lalu meremasnya pelan.

a f f e c t i o n -seungyoun ft. chaeyeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang